Luna dan Arvin berjalan santai dan berhenti tepat di depan rumah lama Arvin. Sejak tadi memang Luna memperhatikan Arvin tak banyak bicara. Kejadian di pelataran rumah sakit tadi pasti menjadi bahan pikiran kekasihnya tersebut. "Kak Arvin kenapa?" tanya Luna. "Mama kamu nggak suka sama aku. Kalau dia maksa kita putus, gimana?" Memang terlalu dini memikirkan masa depan. Hanya saja, Arvin sudah telanjur bergantung pada Luna. Tak bisa dia bayangkan hidupnya tanpa gadis centil itu. "Ya kalau putus, jadian lagi, Kak." Arvin terhenti. Luna hanya tersenyum cantik sambil berbalik dan menggantungkan lengannya di bahu Arvin. "Masa depan kita masih panjang. Kalau ditanya kapan nikah, pengen buru-buru aja, sih. Tapi pastinya Kak Arvin mau berjuang lebih lagi buatku, kan? Mana mungkin kita nikah,