Bab 5
895 Words
Roni masih tersenyum miring dan menatap Seina dengan tatapan ingin memakannya.
"Aku pikir kau bukan wanita seperti itu Seina, tapi ternyata kau sama seperti sekretaris pada umumnya." kata Roni yang tidak di mengerti oleh Seina.
"Aku sudah menahannya dari semenjak pertama kali bertemu, sekarang tolong puaskan aku, aku akan memberikan apapun yang kau mau." kata Roni yang membuka jasnya dan membuat Seina semakin panik.
"Tuan, anda salah paham, aku bukan wanita seperti itu. Tolong lepaskan aku, aku segera bertunangan dengan kekasihku, Aldo,, Aldo adalah kekasihku." kata Seina menjelaskan yang mungkin akan membuat Roni takut dan akhirnya mundur.
Bukannya takut tapi Roni malah tertawa.
"Puaskan aku Seina, apa kau sudah melihatnya, milikku sudah ingin memasukimu." kata Roni yang mendekat dan ingin memeluk Seina namun Seina memberontak, dia bahkan mendorong Roni sampai tidak sengaja terjatuh,
"Wanita j*lang, berani sekali kau menolakku, tapi kau tidak menolak saat di sentuh oleh direktur perusahaan lain." kata Roni yang marah dan bahkan menatap tajam ke arah Seina
"Aldo adalah kekasihku, Tuan. Kau salah paham." kata Seina mencoba menjelaskan.
Namun Roni yang sudah sangat b*******h dengan Seina tidak memperdulikan perkataannya, dia dengan paksa mencium dan ingin mencumbunya,
Bahkan Seina kini sudah menangis, dia memberontak dan akhirnya dengan berani menendang pusaka Roni yang membuat dia sangat kesakitan.
Seina menggunakannya untuk kabur dari sana. Beruntung pintu apartemennya tidak di kunci
Dengan tergesa-gesa dia keluar dari sana sampai dia menabrak seseorang ketika sudah berada di parkiran apartemen.
"Ada apa Seina?"
Seina terkejut sengan siapa yang dia tabrak
Dia masih terbengong dan gemetar.
"P-paman, paman di sini." ucap Seina yang masih ketakutan dan sesakli melihat ke belakang.
"Kenapa kau menangis? Dan ada apa? Kenapa kau di sini?" Tanya Tristan.
Ya, yang tidak sengaja bertabrakan dengan Seina adalah Tristan, dia tadinya memang mampir sebentar ke apartemennya yang kebetulan juga berada di sana, dia ingin mengambil barang istrinya yang ada di apartemen. Namun malah tidak sengaja bertabrakan dengan Seina yang dengan lari dan sepertinya ketakutan.
"P-paman, tolong aku.. aku.. aku ingin di lecehkan dengan bosku, dia... dia ingin menjebakku. Dia ingin memperkosaku." kata Seina yang masih menangis. Tristan bisa merasakan tubuh Seiina bergetar karena ketakutan.
Wajah Tristan menggelap, dia tidak menyangka jika bos Seina ternyata lelaki hidung belang.
Tristan melihat dari kejauhan memang ada seorang pria yang berlari dan itu adalah Roni, bos Seina yang tadi bertemu dengannya saat meting.
Roni terkejut saat Seina bersama Tristan.
"Sial" umpat Roni lalu memilih untuk kembali ke unit apartemennya.
Tristan memeluk tubuh Seina yang masih bergetar,
"Kau aman sekarang, aku akan pastikan dia mendapatkan hukumannya." kata Tristan namun Seina hanya diam saja, dia masih terisak dan sangat syock dengan apa yang baru dia alami,
Dia tidak menyangka, kalau bosnya akan melakukan hal seperti itu padanya.
"Aku akan menghubungi Aldo" kata Tristan yang di angguki oleh Seina,
Dia kini memang membutuhkan kekasihnya untuk menenangkannya.
Tak lama Aldo datang karena memang perusahaan dan apartemen Tristan tidak jauh.
Aldo langsung mengtuk jendela mobil Seina, Seina langsung keluar dan memeluk erat tubuh Aldo.
"Di mana dia?" Tanya Aldo, wajahnya juga menggelap, dia sudah membaca pesan dari pamannya dan tentu saja dia tidak terima dan ingin sekali menghajarnya.
"Tidak, jangan Sayang, tolong bawa pergi aku dari sini saja." kata Seina yang mencegah Aldo menghampiri Roni, dia lebih membutuhkan ketenangan terlebih dahulu, dari pada memberikan pelajaran untuk Roni.
"Bawa Seina ke mansion saja, Aldo." kata Tristan yang di angguki olehnya.
"Terima kasih paman, untung ada kau di sini" kata Aldo,
"Tidak masalah" ucap Tristan.
Aldo membawa Seina ke mobilnya, dia bisa melihat Seina yang masih ketakutan, dan itu membuat dia benar-benar marah, dia berjanji akan membuat Roni mendekam di penjara.
"Kau menginap di sini saja ya." kata Aldo yang akhirnya di angguki oleh Seina, dia pun masih takut untuk berada sendirian di apartemennya.
Aldo terus memeluk Seina.
"Ada apa dengan Seina?" Tanya Berline yang melihat Aldo memeluk Seina yang keadaannya bisa di bilang sedikit kacau,
"Nanti akan aku ceritakan, Tante" kata Aldo yang di angguki oleh Berline.
Tak lama suaminya juga pulang yang langsung di sambut oleh Berline. Dan menggandengnya menuju kamar.
"Sayang, apa kau tau Seina tadi pulang bersama Aldo dalam keadaan menangis dan sepertinya tidak baik-baik saja." kata Berline sambil membantu suaminya melepas jasnya.
"Ada kejadian tadi." kata Tristan melepas semua pakaiannya.
"Kejadian apa?" Tanya Berline penasaran.
"Bos Seina ingin memperkosanya." ucap Tristan yang membuat Berline terkejut,
"Bukankah bos Seina perempuan?" Tanya Berline, karena memang setau dia bos Seina perempuan dan bernama Lina ,
"Lina menikah lagi dengan lelaki bernama Roni, dan sekarang Roni yang memegang perusahaan Lina" .
"Dasar lelaki tidak tau diri" umpat Berline memaki Roni,
"Bukannya bersyukur mendapatkan istri seperti Lina, malah kelakuannya jelalatan" sambungnya.
"Begitulah lelaki kalau tidak puas dengan satu wanita" kata Tristan merengkuh pinggang suaminya.
"Apa kau juga begitu" tanya Berline mengalungkan tangannya di leher suaminya.
"Tidak, kau saja sudah memuaskanku, kenapa aku harus mencari yang lain" kata Tristan tersenyum lalu mengendus leher istrinya yang membuat dia terkekeh.
"Kecuali, jika kau menghianatiku, mungkin saja aku bisa melakukannya dengan wanita lain" sambungnya yang membuat Berline tersentak.
"T-tidak.. mana mungkin aku menghianatimu, aku akan menjadi wanita bodoh jika menghianatimu, kau sangat mencintaiku dan pandai memuaskanku" kata Berline tersenyum yang membuat Tristan tersenyum juga.
"Baiklah, aku akan mandi terlebih dahulu, nanti kau temui Seina dan tenangkan dia" kata Tristan yang di angguki oleh Berline.
Tristan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Sedangkan Berline merasakan jantungnya berdetak dengan kencang yang sepertinya dia menghawatirkan sesuatu.
- Writer
