Part 07: Penyelamatan

1744 Words
Lukas bertopang dagu bosan, ia sudah membersihkan rumah sesuai perintah dan sekarang ia bingung mau ngapain lagi, diliriknya jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 6 sore. "Rahel kemana ya kok belum pulang," gumamnya karena terakhir kali ia melihatnya ketika wanita itu hendak keluar rumah, Lucas akhirnya berdiri mencari salah satu pekerja yang ada di rumah itu. "Eh Pak-pak!" panggilnya pada seorang penjaga yang kebetulan berkeliling. "Kenapa?" "Biasanya Rahel pulang jam berapa ya?" tanyanya membuat penjaga itu mendelik kaget. "Jangan memanggil atasanmu tidak sopan begitu, kamu harus memanggilnya Nyonya!" Lucas memutar bola mata malas, "iya iyaaa ... Nyonya Rahel biasanya pulang jam berapa?" ulangnya dengan nada tidak niat. "Nyonya biasanya pulang jam 5." "Loh sekarang kan udah mau jam 6!" Lucas melotot kaget. "Berarti Nyonya sedang lembur, sudah kamu ngapain nanya-nanya Nyonya mending kamu kerja sekarang!" titahnya membuat Lucas mendengus mencibir. "Ye orang aku udah kerja!" dumelnya sembari pergi dari sana, namun entah kenapa perasaannya tiba-tiba tidak enak, "Ck apaan sih gue lebay banget, kayak lagi syuting film aja pake firasat-firasatan segala." Kekehnya menggeleng geli namun tangannya justru merogoh handphonenya untuk mencari kontak Rahel. "Ini gue telepon cuma karena gabut aja kok." Ujarnya menjelaskan padahal tidak ada siapapun disana. Lucas tersentak kaget tak menduga teleponnya akan diangkat secepat ini, "hal-" "Lucas tolong saya!" Lucas seketika menegak dengan jantung seperti berhenti berdetak, "kamu kenapa? Ada apa?!" paniknya mulai cemas. "Tolong selamatkan aku, ada orang-orang gila yang mengejarku- DOR DOR DOR! "Buka pintunya!" "-t..tolong aku.." lirih Rahel terdengar begitu putus asa. "Kamu dimana sekarang?!" Lucas bergegas keluar rumah menuju garasi, terdengar suara sengau Rahel yang menjelaskan keberadaannya. Tanpa pikir lama ia langsung mengambil salah satu kunci mobil dan menggunakannya, untung saja sebelumnya ia sudah dijelaskan juga tentang segala hal di rumah ini. "Kamu tenang, jangan matikan teleponnya," bisik Lucas mulai menyalakan mesin mobil dengan tangan tremor, "sebisa mungkin cari tempat aman buat bersembunyi, aku akan segera sampai ... aku akan secepatnya sampai." Sugestinya berharap mampu menenangkan wanita di seberang sana. Namun tangisan Rahel justru makin terdengar kencang. *** BRAK! Lucas berjalan besar-besar dengan napas memburu dan mata merah lebar, seorang berbaju hitam segera menghadangnya namun dalam sekali tendangan lelaki tadi langsung tersungkur ke lantai. Kerusuhan yang dibuatnya membuat beberapa pelayan di restauran itu langsung mundur takut, Lucas mengepalkan tangannya langsung menarik kerah salah satu diantara mereka dan mencekiknya. "Dimana wanita itu sekarang?!" bentaknya. "K-kkami tidak tau." "DIMANA?!" pekiknya melengking dahsyat membuat semua orang disana langsung berlutut ketakutan, "kalau kalian tidak mau bicara maka aku akan patahkan leher kalian satu persatu!" ancamnya mungkin bagi sebagian orang terdengar hanya bualan namun tangan Lucas sungguh-sungguh menerkam leher pelayan tadi benar-benar seperti akan memelintirnya yang tentu saja membuat semua orang disana ketakutan, bahkan salah satu diantara mereka ada yang sampai berkeringat ketakutan. "Ddd-di sana." Tunjuk salah satu pelayan yang sepertinya sudah sangat ketakutan. Lucas mendecih, melempar tubuh pelayan di tangannya kasar dan segera berlari menuju pintu yang bertuliskan "area pegawai" itu. BRAK! Bola mata Lucas membulat sempurna dengan gigi bergemelatuk, rahangnya mengeras dibarengi tatapan maut yang membuat siapapun langsung mundur begitu melihatnya. Rahel yang baju atasnya terbuka setengah dengan rok yang hampir di lucuti itu menatapnya dengan lemas seolah sudah tidak ada tenaga sekedar berteriak, nampak wajah memar di area pelipisnya dan beberapa luka gesekan di siku dan lengannya. Seorang pengawal berbaju hitam yang sedang memegangi Rahel dan pria paruh baya tadi menatap Lucas kesal. "Cepat singkirkan orang itu!" pekik lelaki paruh baya itu membuat si lelaki berbaju hitam segera maju dan pertarungan sengitpun tidak dapat terelakkan, namun seperti biasa Lucas mampu menyingkirkan penjaga tadi dengan mudahnya, otot yang dimilikinya bukan sekedar pajangan karena ia mendapatkannya lewat berlatih bela diri. Sekarang tinggal lelaki paruh baya tadi, pria berkepala setengah botak itu beringsut mundur menyadari jika dirinya sudah terpepet, apalagi ekspresi menakutkan Lucas membuat pria tadi benar-benar menciut seperti tikus. "J-jangan berani-berani sama saya, kamu tidak tau siapa saya?!" bentaknya masih bermulut besar. Lucas terus mendekat dengan ekspresi makin dingin dan menakutkan, "memangnya siapa?" tanyanya dengan suara bass rendah. "S-saya direktur J'Kop Company, kamu tau kan itu perusahaan besar, jika kamu berani menyakiti saya mak-" BUGH! "AAAAARGHH!" Lelaki paruh baya itu langsung meraung sambil memukul-mukul lantai kesakitan ketika perutnya yang bulat ditendang Lucas, "mau kamu presdir atau apapun itu memangnya aku peduli?" kekehnya menyeringai miring sebelum menangkup rahang pria itu dan menghujaninya dengan pukulan bertubi-tubi bahkan sampai membuat gigi pria tadi copot. "Aa..ampun.. ampuni saya.." Lucas tidak mendengar rintihan lelaki itu, seolah sekarang ia sudah benar-benar gelap mata. Ia terus memukuli lelaki tadi bahkan ketika lelaki itu sudah pingsan, tidak ada yang menghentikannya sampai sebuah tangan melingkar lembut di perutnya, Lucas terkesiap spontan menoleh ke belakang. Rahel dengan keadaan kacaunya menatapnya sayu. "Sudah, kamu mau jadi pembunuh?" lirihnya serak. Lucas melepas cengkraman di kerah lelaki tadi membuat lelaki itu langsung terjatuh naas ke lantai karena memang sudah tak sadarkan diri, secara perlahan ia memutar tubuhnya dan langsung melepas kaos yang dikenakannya dan memakaikannya ke tubuh Rahel sehingga dirinya sekarang shirtless. Melihat keadaan perempuan itu yang tidak karuan membuat Lucas tidak mampu menanyai apapun lagi sekarang, ia langsung menggendong tubuh Rahel pergi dari tempat menjijikkan itu segera. Tanpa ia duga Rahel membalasnya dengan pelukan erat, bahkan samar-samar ia bisa merasakan jika tubuh wanita ini gemetaran. Lucas makin mengeratkan pelukannya, mengecup ujung kepala Rahel perlahan. "Sekarang kamu sudah aman." Bisiknya lembut ke telinga Rahel. *** Lucas tidak mengatakan apapun sejak dari restauran itu sampai setibanya mereka di rumah, Rahelpun nampak membungkam rapat mulutnya seolah enggan membahasnya. "Shhh.." desis Rahel samar merasakan luka di tubuhnya tergesek ketika ia diturunkan di ranjang, Lucas tentu saja langsung menatapnya cemas. "Kita ke rumah sakit ya, atau nggak biar aku panggil dokter saja kesi-" "Gak usah." Lucas lagi-lagi melenguh pelan, namun melihat situasinya sekarang ia tidak akan keras kepala dan egois. "Kalau begitu sini biar aku obati," kali ini Lucas sedikit memaksa karena tidak mungkin juga membiarkan luka-luka wanita itu dibiarkan terbuka. Rahel membuang muka namun tidak mengatakan apapun untuk menolaknya yang tentu saja membuat Lucas tersenyum lega. Ia segera bangkit mengambil kotak P3K dan secara sigap mengobati luka Rahel, ketika wanita itu mulai terlihat meringis kesakitan ia segera meniup lukanya secara perlahan yang membuat Rahel sedikit tenang. "Makasih." Lucas terkesiap, Rahel makin membuang mukanya nampak ingin menyembunyikan wajahnya, jujur sekarang ia sangat malu, takut, dan trauma. Perasaannya seperti tercampur aduk tak karuan. Lucas menyendukan matanya melihat bahu wanita itu yang sedikit bergetar, jelas sekali jika sekarang Rahel masih ketakutan. "Aku akan temani kamu disini." Rahel yang sejak tadi membuang muka tanpa sadar menatap Lucas sepenuhnya, Lucas tersenyum samar menunjukkan keteduhan di matanya. "Aku ada disini, kamu sekarang aman." Ujarnya memberikan sugesti yang tentu saja membuat Rahel membeku di tempat, dan tanpa diduga air matanya kembali meluruh begitu saja, Lucas membulatkan matanya kaget namun langsung memeluk Rahel sigap. Rahel mencekram punggung Lucas erat-erat, membenamkan wajahnya ke d**a bidang Lucas dengan isakan pilu yang sesak. "H-hiks ... apa salahku k-kenapa aku ... kenapa aku diperlakukan seperti ini!" Rahel meraung, menangis, rasanya seperti sedang menumpahkan semua keluh kesahnya kepada Lucas, padahal selama ini ia selalu berhasil memendamnya sendirian tapi entah kenapa ketika bersama Lucas ia seperti lepas kendali. Lucas mengeratkan pelukannya, mengusap lembut rambut Rahel dan hanya diam mendengar semua keluh kesahnya tanpa berniat membalas. "A-aku takut ... hiks m-m..mereka ingin–" "Ssssttt," Lucas menggeleng, "jangan diingat lagi, aku gak akan biarin hal itu sampai terjadi." Balas Lucas tidak tahan mendengar kelanjutan ucapan Rahel, membayangkannya saja sudah membuat Lucas benar-benar emosi yang segera ingin membunuh para lelaki k*****t itu. Dan akhirnya merekapun berpelukan sampai Rahel terlelap karena terlalu lelah. Lucas segera menidurkan Rahel dengan hati-hati lalu membenarkan selimutnya, selanjutnya ia mengeluarkan handphonenya. "Ada tugas buatmu." Ujarnya pada orang di seberang telepon sembari menatap Rahel dengan tak terbaca. *** Klotak ... klotak ... Lucas menoleh ke arah tangga begitu mendengar gema suara sepatu hak tinggi, begitu melihat Rahel ia langsung bergegas mendekat. "Gimana keadaan kamu?" tanyanya cemas. Rahel mengalihkan tatapannya dengan canggung, "a-aku sudah tidak papa." Jawabnya sedikit terbata malu, setelah kejadian semalam rasanya ia benar-benar canggung ketika bertemu Lucas. "Sekarang kamu mau kemana?" "Aku mau kerja." "Kamu sudah gila?!" Rahel reflek mendelik kecil menatap Lucas, bukannya takut Lucas justru balik menantang tatapannya. "Memangnya tidak kerja sehari akan membuatmu miskin? Hari ini kamu tidak boleh bekerja!" "Aku sudah benar-benar tidak papa." Lucas menyugar rambutnya frustasi, nampak tak habis pikir dengan jalan pikir wanita di depannya ini. Wanita ini baru saja dilecehkan semalam bahkan ia masih ingat betul bagaimana ketakutannya wanita ini semalam, tapi bisa-bisanya sekarang dia justru nampak tenang mengatakan ingin bekerja. Bukankah itu sangat gila! "Aku sudah terbiasa." Lucas mengerjap bingung mendengar ucapan Rahel barusan, Rahel nampak menatap ke bawah dengan senyuman getir. "Aku sudah terbiasa diperlakukan semena-mena oleh orang yang lebih berkuasa meskipun yang semalam adalah yang terparah, tapi inilah kehidupan lagian dengan aku mengurung diri atau menangispun tidak akan membawa pengaruh apapun padaku jadi lebih baik aku segera melupakannya." Lucas terperangah tak menyangka, benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikir wanita di depannya ini. "Kamu sering diperlakukan seperti itu tapi kenapa kamu diam saja! Kamu harusnya melaporkan mereka semua!" pekik Lucas saking habis kesabarannya. Rahel mengepalkan tangannya dengan bibir mendecih geli. "Kamu pikir aku siapa? Aku punya kuasa apa? Melaporkan mereka justru akan merugikanku sendiri karena mereka bisa melakukan apapun untuk bebas yang ada aku yang malah terkena imbasnya!" balas Rahel tak kalah nyaring, ia sangat tersindir mendengar ucapan Lucas, apakah lelaki ini pikir dirinya selama ini hanya diam dan pasrah tanpa alasan, tentu saja ia tidak sebodoh itu. Lucas menahan napasnya beberapa saat, namun ia tidak mengatakan apapun lagi karena takutnya justru makin membuat keadaan memanas. Rahel yang baru sadar ucapannya sedikit terlalu keras jadi tersentak sendiri, dengan kikuk ia berusaha menenangkan dirinya sendiri. "Maaf aku terbawa suasana." Lirihnya memelan. Lucas mengerjap, tak lama tersenyum geli melihat itu, astaga ini sungguh perubahan besar wanita ini mau meminta maaf kepada dirinya. "Ayo sarapan," ajak Lucas menarik tangan Rahel memilih mengganti topik pembicaraan, entah sadar atau tidak tapi Rahel tidak menolaknya dan menurut-menurut saja ketika di tarik-tarik oleh Lucas yang tentu saja membuat Lucas kesenengan. Mereka berdua makan bersama, awalnya sangat lancar sampai ketika Rahel yang seperti biasa selalu membaca berita di tab nya tersedak detik itu juga. "Astaga makannya pelan-pelan aja." Cemas Lucas langsung memberikan minum. Rahel minum namun matanya masih melotot lebar menatap berita yang baru dibacanya, membuat Lucas yang penasaran mencuri lirik. Dan ternyata isi beritanya: "Tertangkapnya Direktur J'Kop Company atas Tuduhan Pelecehan Pada Puluhan Pegawainya." Detik itu juga sebuah seringaian puas terbit di bibir Lucas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD