"Kamu tuh sebenarnya kapan sih liburnya, nggak weekend nggak weekdays tetep aja kerja."
Mendengar komentar disertai nada julid itu membuat Rahel seketika melirik sinis.
"Aku sedang pusing kerjaan jangan nambah-nambahin membuatku kesal deh."
Lucas mencebik, duduk di sebelah Rahel dan mengambil laptop di pangkuannya membuat wanita itu mendelik tajam.
"Lucas ... pekerjaanku banyak!"
"Ck ini kan hari Minggu, ayo kita jalan-jalan, kita ga pernah loh jalan-jalan."
Rahel memutar bola mata, "kalau kamu mau jalan-jalan ya sana pergi aja sendiri, kamu bisa pakai mobil di garasi."
Lucas seketika mendelik tak percaya, kenapa wanita satu ini kaku dan tidak peka sekali sih, sebenarnya ia mengencani wanita modelan apa deh.
"Ck! Padahal temen-temenku kalau liburan selalu kencan." Dumelnya menggerutu.
Rahel menghela napas panjang, "kamu harus ngerti dong aku bukan anak kuliahan yang punya banyak waktu luang dan pekerjaanku juga banyak."
Meskipun masih kesal namun Lucas berusaha terlihat baik-baik saja. "Hm iya, yaudah aku temenin kamu disini aja deh, lagian kencan kan bisa dilakukan dimanapun."
Rahel tertegun begitu saja melihat sikap bijaksana lelaki ini, meskipun masih suka merajuk seperti bocah namun Lucas tetap mau mengerti posisinya, entah kenapa ia jadi tidak tega pada lelaki ini.
"Memangnya kamu pengen pergi kemana?"
Lucas menggedik asal, "aku sih kemana aja bebas, yang penting sama kamu." Jawabnya apa adanya.
Rahel tanpa sadar menutup mulutnya salting, padahal pengucapan dan ekspresi lelaki ini tidak berniat gombal namun tetap saja membuatnya tersipu.
"Kalau sore gimana? Kamu mau?"
"Ha?!" Lucas langsung menegakkan duduknya.
Rahel berusaha terlihat tenang sambil berdehem singkat, "kalau sekarang aku gak bisa, tapi kalau sore aku usahain bisa."
"Mau! Aku mau banget!" serunya terlampau semangat membuat Rahel jadi tersenyum tipis.
"Hm oke," Simpul Rahel mengangguk kecil.
Lucas mengulum bibirnya yang sejak tadi merengut, dan langsung cengar-cengir sendiri seperti orang bodoh.
***
"Cas aku ke kamar mandi dulu ya," pamitnya berdiri dari kursinya, Lucas langsung ikut berdiri yang tentu saja membuat Rahel mengernyit bingung. "Kamu mau ke kamar mandi juga?"
"Iya nganterin kamu."
Rahel seketika melotot tidak santai, "ngapain?" tanyanya ngegas.
Lucas mencebik, "emangnya gak boleh?"
"Nggak lah! Udah kamu disini aja sekalian nunggu pesanan kita datang!" titahnya jelas melarang lelaki ini mengantarnya ke kamar mandi, lagian memangnya dirinya anak kecil apa perlu diantar segala.
Ngomong-ngomong karena bingung mau kemana jadi mereka keluar tanpa rencana, dan seperti kencan klise pada umumnya mereka pergi nonton bioskop, bermain di timezone(meskipun sebenarnya hanya Lucas yang keasikan main), dan sekarang mereka sedang makan di restoran.
Setelah menyelesaikan urusannya di kamar mandi Rahel beranjak kembali ke tempat duduknya tadi, namun belum sampai di tempat duduknya ia jadi menghentikan langkah kakinya ketika melihat seorang gadis mendekat kearah Lucas dengan malu-malu.
Rahel tanpa sadar menajamkan pandangannya dengan wajah datar.
"P..permisi Kak."
Lucas yang sedang bermain handphone mengangkat wajahnya, melihat yang datang bukan kekasihnya ia jadi memasang wajah tidak minat.
"Kenapa?"
"Ah itu, kenalin saya Amira." Ujar gadis berambut curly se punggung dengan poni rata yang menggemaskan itu.
Lucas mengangkat sebelah alisnya dengan ekspresi heran. "Trus?" dirinya suruh ngapain ha, lagian kenapa gadis ini tiba-tiba datang dan memperkenalkan diri coba, jangan-jangan dia sales lagi.
Gadis cantik itu tidak nampak gentar meskipun mendapatkan respon datar dari Lucas, "M-mas namanya siapa?"
"Em .. Lucas."
Gadis itu menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga malu-malu. "S-saya boleh minta nomor handphone Mas?"
"Ha?" Lucas melongo.
Rahel di tempatnya pun ikut melotot tak percaya, apakah jaman sekarang gadis-gadis jadi tidak sungkan untuk mendekati lelaki duluan?!
"Kalau tidak boleh, saya minta media sosial Masnya aja gak papa."
"Buat apa? Mbak mau promosi barang ke saya?" ceplos Lucas tanpa filter yang tentu saja membuat gadis itu mengerjap kaget.
"Pfft.." Rahel spontan mengalihkan tatapannya sambil menutup mulutnya menahan kekehan geli.
"Nggak kok!"
"Trus kenapa tiba-tiba minta nomor telepon dan media sosial saya?"
"K...k-karena Mas tipe saya banget."
Sial!
Rahel tanpa sadar mengumpat dalam hatinya, apalagi melihat respon Lucas yang sepertinya makin kesenengan dan kepedean itu. Awas saja lelaki itu akan ia beri pelajaran.
Lucas sebagai orang paling narsis jelas langsung besar kepala mendapatkan pujian seperti itu dari seorang gadis, dengan tampang tengil seperti biasa ia mengelus dagunya sambil mendongakkan kepala pongah.
"Berarti Mbak pinter pilih tipe, saya memang ganteng sih." Kekehnya dengan songongnya namun seketika langsung terdiam ketika mendapati Rahel datang dengan ekspresi dingin dan langkah besar-besar seperti hewan buas yang akan menyerang mangsanya.
Brak!
Bukan hanya Lucas dan gadis tadi, tapi beberapa orang di sebelah mereka jadi ikut terlonjak kaget, Rahel yang barusan duduk dengan tidak santai itu bersedekap, menatap dua orang di depannya yang seperti orang kepergok selingkuh itu.
"K-kamu udah balik dari kamar mandi?" tanya Lucas entah kenapa jadi gugup sendiri melihat ekspresi menyeramkan Rahel.
Rahel melirik tajam. "Udah tau masih nanya!" judesnya membuat Lucas langsung terhenyak diam.
Gadis berambut curly yang masih disana itu menatap Rahel tak terbaca, menyadari hal itu Rahel jadi kesal, kenapa gadis ini masih tidak mau pergi, apakah gadis ini tidak sadar jika dirinya adalah kekasih Lucas.
"Sayang aku tiba-tiba tidak lapar lagi, kita pergi aja."
Lucas mengerjap cepat. Sayang?!
Gadis tadi nampaknya juga kaget sekali, seketika melenggang pergi dengan wajah merah padam malu, Rahel jadi tersenyum miring dengan puas. Namun senyumnya harus luntur ketika ia melihat Lucas yang mengulum bibirnya malu-malu kesenengan.
"Sayang~" panggilnya dengan nada menggoda yang membuat Rahel sangat ingin memukul kepalanya.
***
"Udah lah sayang jangan cemburu lagi, lagian cintaku cuma buat kam–"
"Kamu bisa diem gak sih!"
Lucas langsung memperagakan gaya menjahit mulut sambil manggut-manggut yang membuat Rahel makin jengkel, kenapa lelaki ini menyebalkan sekali sih!
"Ck! Kamu sering ya begitu!" tuduh Rahel membuat Lucas mengernyit.
"Ngapain?"
"Ya gitu! Sok kecakepan, mana sengaja senyum-senyum gak jelas. Di kampus kamu juga sering begitu kan?!"
Bukannya kesal dituduh seperti itu Lucas justru nampak senang sekali karena sekarang wanita yang biasanya selalu cuek ini mendadak cemburu kepadanya, ternyata enak juga dicemburuin, Lucas makin ketagihan dengan ekspresi menggemaskan Rahel ketika marah.
"Hm ... iyasih."
Rahel melotot tak percaya, tatapannya berubah sangat tajam. Lucas yang menyadari itu justru tersenyum tanpa beban.
"Kejadian kayak tadi memang gak terhindarkan, yah mau gimana lagi soalnya aku ganteng sih." Gediknya dengan wajah belagu yang minta dijadiin makanan kuda.
Rahel mendengus, makin kesal saja pada bocah satu ini. Namun sejujurnya jauh di lubuk hatinya terdalam ia sungguhan takut, ia sudah berani membuka hatinya kembali pada lelaki bagaimana jika lelaki ini nantinya sama seperti mantan suaminya? Rahel akhirnya memilih menjalankan mobilnya karena hari ini memang dia sengaja tidak membawa supir.
Grep.
Cup.
"Nggak perlu cemas, di hatiku cuma ada kamu. Bahkan jika artis seperti Selena Gomez mau mendekatiku aku tetap akan menolaknya."
Rahel menjauhkan kepalanya masih ngambek, "aku sedang menyetir, minggirlah atau kita akan menabrak."
Lucas diam-diam tersenyum samar. "Kita cari hotel saja, sudah malam daripada capek menyetir." Usulnya.
"Jangan bermimpi!" ketus Rahel membuat Lucas langsung merengut kecewa.
Namun siapa sangka tiba-tiba hujan turun dengan begitu derasnya bahkan disertai petir yang sangat keras. Terpaksa mereka menghentikan perjalanan karena gelap dan bahaya.
Lucas seketika bersorak dalam hati, bahkan alam pun juga merestuinya! Hiyaa ... saatnya ia beraksi.
***
"Maaf karena banyak yang memesan kamar jadi tinggal satu Kak, bagaimana?"
Rahel menghela napas, mereka tidak punya pilihan dan terpaksa berteduh di hotel paling dekat dengan tempat mereka. Tapi sialnya disini pun ternyata juga penuh karena pastinya banyak orang yang senasib dengan dirinya.
Rahel sebenarnya sangat ingin menolak, namun tidak lucu jika mereka harus tidur di dalam mobil.
"Yasudah."
"Baik silakan selesaikan administrasinya dulu ya Kak."
Dan Lucas yang sejak tadi menunggu di belakang makin tidak bisa menahan senyuman penuh artinya.
***
"Jangan mepet-mepet!"
"Ya mau gimana lagi kasurnya sempit."
Rahel mendengus, "Ck yaudah aku tidur di sofa aja."
"Kamu keberatan tidur sama aku? Yaudah biar aku aja yang tidur di sofa." Lucas berdiri dari tidurnya, mana mungkin membiarkan wanita itu tidur di sofa.
Rahel tersentak, tanpa sadar menggapai tangan Lucas menahannya. "Tidur aja disini." Cicitnya hampir tak terdengar.
Lucas menoleh. "Tapi tempatnya sempit, aku takut kamu gak nyaman."
Rahel membasahi bibirnya, "gak papa."
Lucas seketika mengulum senang bibirnya, langsung kembali ke posisinya tadi. Kasur yang mereka tempati tidak seharusnya dipakai 2 orang sehingga jarak mereka benar-benar hampir terkikis karena space yang tidak memadai.
"Kamu sudah tidur?" Bisik Lucas.
"Belum."
Lucas tersenyum kecil, "mau langsung tidur?"
Rahel seketika mengangkat wajahnya menatap Lucas sepenuhnya. "Iya, memangnya mau ngapain lagi?"
Bola mata Lucas bergerak tanpa bisa ditahan ke arah bibir ranum yang berwarna peach itu, tanpa sadar Lucas jadi menelan ludah. Lagian tempat dan suasananya benar-benar sangat mendukung sih.
Lucas melingkarkan tangannya ke pinggang Rahel, menariknya mendekat membuat wanita itu menahan napas beberapa saat.
"Lucas."
"Hm?"
"Tolong jangan selingkuhi aku."
Lucas mengerjapkan matanya syok, Rahel menghela napas dengan tatapannya sendu. "Dulu mantan suamiku menyelingkuhiku." Jelasnya yang membuat Lucas sangat kaget mendapati informasi baru itu.
"Dasar lelaki b******n," umpat Lucas sudah terbawa emosi.
Rahel menghembuskan napasnya perlahan. "Sejujurnya aku takut dengan hubungan ini, kamu masih ingin bebas tapi aku akan terluka jika membiarkan kamu bersama wanita lain."
"Mana mungkin aku bersama wanita lain." Balas Lucas langsung.
Rahel menunduk dalam, "tadi ketika melihat gadis itu mendekatimu aku jadi sadar jika kamu pantas mendapatkan yang lebih baik daripada aku."
"Sssstt kenapa ngomong begitu sih, aku nggak suka ya!" tegas Lucas.
Rahel tersenyum kecut, "dia cantik dan masih seumuran kamu, daritadi aku juga berpikir kalau hubungan kita sebenarnya menyulitkanmu, bahkan weekend pun aku masih harus bekerja, aku jarang ada waktu buat kamu." Lirihnya serak.
Lucas memeluk erat Rahel, mengecupi ujung kepalanya berkali-kali mendengar semua unek-unek wanita ini membuat Lucas jadi lega, niat awalnya yang ingin modus ke Rahel sirna karena ia sekarang hanya ingin memberikan kenyamanan pada wanita ini. Namun di sisi lain ia pun lega, tandanya wanita ini mulai percaya dan membuka hati untuknya sepenuhnya.
"Ingat ini baik-baik," Lucas berbisik, tersenyum lembut dengan tulus. "Aku hanya menyukaimu, tidak ada yang lain."