part 6

1302 Words
"Ri....ikut ke Tokyo yuk liburan?" "Nggak ah Ve, kamu kan liburan keluarga, aku nggak mau ganggu momen kekeluargaan kalian." Enggak Ri, aku sama kak Tama doang kok, papa sama mama nggak ikut."             "Apalagi itu, enggak enggak. Ntar aku sakit hati lagi lihat kak Tama jalan sama cewek Jepang."         "Kamu tuh ya...sudah aku bilang katakan perasaan kamu sama kak Tama sekarang, jangan sampai menyesal nantinya."             "Apaan sih Ve, tengsin lah aku nembak duluan, iya kalau diterima, jelas ditolaknya. Mau di taruh mana muka aku kalau ketemu dia, secara aku kan sering ke rumah kamu, lebih baik seperti ini aja, jadi secret admirer."           "Ya udah terserah kamu lah, yang ngenes kamu ini bukan aku."        "Jangan gitu dong Ve."         "Lah aku kan sudah kasih saran."       Maria cemberut mendengar ucapan Veronika.                 "Pokoknya aku nggak mau tahu, kamu harus ikut aku liburan ke Jepang 2 minggu, so segera lakukan pengajukan cuti. Kita berangkat minggu depan."           Maria hanya bisa berdecak kesal mendengar kalimat terakhir Veronika, sahabatnya yang satu ini memang suka memaksakan kehendaknya namun ia sudah terbiasa dengan sikap Veronika ini, ia yang anak tunggal nyaman dengan Veronika yang ia anggap saudara. Namun terbersit rasa bahagia karena bisa berlibur bersama Tama, walau resiko nantinya Tama akan jalan bersama gadis Jepang disana.       ~~~        ~~~      Veronika merebahkan diri di ranjang besar dalam kamar hotel, akhirnya ia berangkat juga berlibur bersama Tama juga Maria, mereka menginap di hotel Keio Plaza Hotel dan booking 2 kamar, satu kamar untuk Veronika dan Maria sedangkan satu kamar untuk Tama. Veronika ingin menghibur diri dan melupakan Alvian, ia yakin ia bisa walau butuh waktu untuk melakukannya.         Ia melihat Maria keluar dari kamar mandi dengan memakai tanktop dan hotpants, ia segera bergabung bersama Veronika di atas ranjang, perjalanan panjang Jakarta-Tokyo membuat mereka kelelahan dan ingin istirahat.    ~~~ ~~~ Veronika sudah bersiap, dengan rok jeans di atas lutut, kemeja wanita dan jaket, dengan sepatu slip on dan tas selempang, ia melihat Maria yang masih bergelung di ranjang dengan selimut tebal. Ia ingin membangunkan sahabatnya itu tapi ia tak tega, Maria sepertinya masih sangat kelelahan. Ia pun memutuskan untuk keluar sendiri jalan jalan, ia ingin menikmati Tokyo seorang diri mungkin ia bisa menghabiskan waktu dengan menjelajahi jalanan Tokyo.           Ia keluar hotel dengan santai, ia menimbang nimbang kemana ia hari ini, ia langkahkan kakinya menyusuri trotoar jalanan dengan hiruk pikuk penduduk Tokyo yang juga menyusuri trotoar dengan langkah cepat. Hanya dirinya saja yang berjalan dengan santainya. Ia ikuti kemana kakinya berjalan menikmati panorama musim semi di Tokyo. Dihirupnya udara musim semi yang cenderung dingin, ia rapatkan jaketnya menghalau rasa dingin.      Hari beranjak malam, tapi Veronika masih asyik duduk di sebuah cafe outdoor yang bersisian dengan sungai. Bunyi ponselnya membuat Veronika mengalihkan pandangan dari aliran sungai yang tenang.      "Halo kak..."      "Ve...kamu kemana? Ini Maria kebingungan mencari kamu."      "Ve cuma jalan jalan kak, tenang aja sih."     "Kamu jangan berfikiran macam macam Ve."         "Macam macam gimana maksud kakak?"        "Kamu nggak coba mau bunuh diri kan disini?"        "Hahaha apa sih kak, sembarangan ...enggaklah.., aku nggak sepicik itu kali. Udah ah, ntar juga aku balik, tenang aja bye." Veronika mengakhiri sambungan teleponnya sepihak.        Ia hanya menggelengkan kepalanya, tak menyangka kakaknya berfikiran jika ia akan bunuh diri, hal itu tidak pernah sama sekali terbersit dalam pikirannya. Ia memang sangat sedih tapi ia tak akan melakukan hal yang difikirkan Tama. Ia yakin diluar sana masih banyak pria setia dan jauh lebih baik daripada Alvian.    Veronika meninggalkan cafe outdoor dengan langkah santai, udara malam yang dingin mulai menusuk tulang, Veronika merapatkan tangannya ke lengan atasnya untuk menghalau rasa dingin. Ia melihat seorang wanita tua yang kebingungan di trotoar dan ingin menyeberang, Veronika mempercepat langkahnya dan mendekati wanita itu. Tak berapa lama Veronika sudah berada di samping wanita itu.     "Are you okay?" tanya Veronika.      Wanita itu menatap Veronika, namun masih diam.     "I'm okay, I just lost?"            "Lost? how could be?"       "I just confused."     "Okay let me help you."     "I'm stay overnight at imperial hotel Tokyo, but I go to shopping and I forgot how to go back."     "Oh...let me take you back to the hotel."     "Really??"    "sure."       "Thank you, its kind of you, by the way my name mrs. Aaliyah christian and I from New Zealand."       "My name Veronika Syailendra from Indonesia."       "Indonesia? Its beautiful country."       "Yes it is, come on." Veronika membawa mrs. Aaliyah ke stasiun kereta terdekat dan mengantarkannya ke hotel Imperial. Ia mencari letak hotel di peta yang berada di stasiun. Veronika mengantarkan mrs. Aaliyah sampai di kamar hotelnya.     "Want to enter for a while," tawar Mrs. Aaliyah pada Veronika.        "No thanks, I must go back to my hotel."     "Okey, thank you Veronika for helping me."        "You're welcome mrs. Aaliyah, bye."       Veronika berjalan keluar dari hotel Imperial, gemerlap kota Tokyo membuatnya tersenyum, ia langkahkan kakinya sambil memandangi hiruk pikuk orang Tokyo yang hilir mudik di jalanan. Ia berjalan tanpa melihat depan hingga ia berjalan ke tengah jalanan hingga sebuah mobil hampir menabraknya namun sang pengemudi bisa mengendalikan mobil dengan baik hingga tepat menginjak rem, Veronika yang terkejut memekik hingga ia terjerembab jatuh di aspal.        "Aaaaahhhhhh..." Veronika meringis kesakitan karena kaki dan lututnya lecet terkena aspal. Seseorang keluar dari mobil dan mendekatinya.      "Are you okey? Why you suddenly in the middle of the street?" tanya pria itu pada Veronika yang melihat lututnya yang lecet dan berdarah.       Veronika mendongakkan kepalanya dan matanya membola.       "Kamu??!!" pekik pria itu terkejut.     "Dokter Alka??" ucap Veronika penuh rasa heran.      Alka kemudian membantu Veronika berdiri dan membawanya ke tepi jalan, ia melihat kaki Veronika yang lecet karena Veronika hanya memakai rok dan kemeja yang dilapisi jaket.      "Biar saya antar ke rumah sakit, sepertinya kamu terluka," tawar Alka pada Veronika.     "Tidak usah dokter, saya nggak apa apa," jawab Veronika menolak, namun Alka tetap membawa Veronika menaiki mobil. Ia menyuruh sopir menjalankan mobilnya.        "Apa kamu selalu ceroboh seperti ini, atau jangan jangan kamu mau bunuh diri? kamu itu seorang dokter, mampunyai kewajiban menolong orang, tapi kalau mentalmu lemah seperti itu, apa jadinya?"       Veronika yang menunduk menoleh pada Alka  yang duduk di sampingnya. Ia melihat Alka mengambil sesuatu di jok belakang mobil, sebuah kotak obat.     "Dokter Alka lucu sekali, siapa juga yang mau diri, saya tidak sepicik itu," jawab Veronika.      "Baguslah kalau memang begitu, lalu kenapa kamu tiba tiba berada di tengah jalan?"       "Itu tadi saya terlalu menikmati keindahan malam di Tokyo hingga tak sadar berjalan ke tengah jalan."    Alka mengangguk tanda mengerti. Ia membuka kotak obat dan mencoba mengobati lutut Veronika namun ia tangannya ditahan oleh Veronika.    "Biar saya sendiri."    "Jangan, biar saya bantu," Alka melanjutkan mengobati lutut Veronika yang berdarah.     "Oouch..." pekik Veronika kesakitan saat kapas yang berisi cairan antiseptik menempel di lututnya yang terluka. Ia menatap Alka dengan wajah tak percaya, ia mengenal atasannya itu adalah orang yang cukup tegas dan kaku, selama ia bekerja di rumah sakit Budi Utomo dan beberapa kali bertemu dalam beberapa keadaan, atasannya itu tak sekalipun beramah tamah dengan orang, apalagi setelah kabar perceraiannya terdengar, sikapnya semakin dingin walau sesekali tersenyum.    Alka yang sudah selesai mengobati luka di lutut veronika dan menyadari di tatap oleh Veronika juga menatap Veronika.      "Kenapa? Ada yang salah dengan wajah saya?" tanya Alka kemudian. Veronika yang ketahuan segera mengalihkan pandangannya ke arah lain.     "Eh....enggak dok, nggak ada Maaf," jawab Veronika.      "Baiklah, biar saya antar kamu ke hotel tempatmu menginap."      "Nggak usah dok, saya turun disini saja."     "Kakimu sakit, apa kamu mau jalan kaki?"     "Itu..."        "Nama hotel kamu...!" ucap Alka sedikit keras.      Keio Plaza Hotel," jawab Veronika.     "Hoteru ni modoru,"(kembali ke hotel) ucap Alka pada driver.       Veronika hanya diam saja, ia juga malas berdebat dengan atasannya itu. Hening dalam mobil yang membelah jalanan Tokyo.           "Dokter Alka sedang ada acara di Tokyo?" tanya Veronika untuk memecah keheningan.      "Bukan urusan kamu."       Jawaban Alka membuat Veronika kembali diam.   "Orang ini apa punya double personality? tadi baik banget mengobati lukaku sekarang jutek gitu," batin Veronika bingung, tapi Veronika bersyukur bertemu orang yang ia kenal dan menolongnya.     Lynagabrielangga
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD