Aku memutuskan untuk membersihkan rumah. Dari menyapu, mengepel, bahkan memindahkan sofa di lantai atas yang tadinya menghadap ke arah jendela ke tempatnya semula, menghadap kamarku. Tak ada gunanya lagi memandangi rumah sebelah. Aku sudah memutus hubungan dengan masa lalu. Ponsel di meja sebelah sofa bergetar, menandakan ada panggilan masuk. Segera kuangkat panggilan yang ternyata dari Delia. “Hai!” sapanya riang. “Gimana perkembangan kabar lo? Masih hidupkan?” Aku terkekeh mendengar pertanyaannya. “Tumben nelpon?” “Maksud lo tumben? Gue khawatir tahu sama lo. Terakhir lo ngontak gue, lo bilang nggak bisa nganterin ke bandara. Abis itu lo nggak ada kabar lagi. Lo nggak apa-apa kan?” “Sori, ada kepentingan mendadak, Del. Jadinya gue nggak bisa nganterin lo waktu itu. Dan ya, gue nggak