Adri menatap kuku-kukunya yang dicat bening. Kakinya bergerak-gerak gusar, takut dengan apa yang akan dihadapinya beberapa saat lagi. Wangi hidangan yang memikat indera penciuman sudah menyebar diseluruh ruangan makan berdesign elegan milik keluarga Permana tersebut. Rully sejak tadi menatap Adri prihatin. Dia berusaha menenangkan Adri untuk bersikap lebih santai, namun meskipun gadis itu tersenyum menunjukan Dia baik-baik saja, tapi Rully tau Adrinya hanya berpura-pura. Bahu Adri nampak tegang. "Adri, ingat kata-kata aku barusan, ok?" bisik Rully lembut. Adri menatap bola mata Rully mencari perotolongan untuk minta dibebaskan dari kungkungan kegelisahan dan ketakutan ini, namun sulit rasanya. Adri mendesah kecil lalu mengangguk. "Oke..." "Wah sepertinya kalian udah nunggu

