Alora memalingkan wajah, mengumpat dalam hati. Bohong kalau jantungnya tidak berdegup kencang. Tangannya saja sampai basah berkeringat. Seenteng itu mulut Regan memberikan label. Janda Kesayangan, katanya. Ada-ada saja pria ini. Entah dia serius atau hanya bercanda. Tapi Alora tidak bisa menganggapnya sebagai lelucon belaka. Ada sesuatu dalam tatapan Regan yang membuatnya sulit mengabaikan—keseriusan yang tersirat jelas, seolah dia benar-benar mengklaim Alora untuk dirinya. “Ka-kamu ngagetin, tau gak,” sahutnya gugup, berharap bisa mengalihkan pembicaraan. Regan menghela napas, lalu mengangkat tangannya, menelusuri garis rahang Alora dengan ujung jarinya. Bukan sentuhan yang intens, tapi cukup untuk membuatnya semakin salah tingkah. "Saya selalu suka reaksimu yang seperti ini," gumamn