Hanya demi seorang wanita tua, Gerry sampai naik pitam. Ia tidak rela bosnya mengabaikan kaki yang penuh darah hanya untuk terbang ke Surabaya dan menyeret Anna pulang. “Kalau Anda tetep maksa ke sana, jangan salahkan saya kasih tahu nyonya, kalau suaminya mati kehabisan darah!” Itu kalimat terakhir yang keluar dari mulut Gerry sebelum dia sendiri yang menendang pintu mobil dan mengambil alih arah. Regan memang keras kepala. Tapi kali ini, tubuhnya sudah tak bisa diajak kompromi. Luka di paha kirinya menganga, dan meski sempat membantah keras, dia akhirnya dipapah Karl masuk ke mobil. Gerry yang biasanya santun, kali ini benar-benar kalap. Hanya dengan tatapan tajam dan satu gertakan, dia memaksa bosnya kembali ke Jakarta. Agak kurang ajar memang. Tapi Regan tidak langsung pulang ke