“Siapa namamu, Nak?” tanya wanita tersebut saat dalam perjlanan. “Nama saya, Zaya, Nyo“Siapa namamu, Nak?” tanya wanita tersebut saat dalam perjlanan. “Nama saya, Zaya, Nyonya.” “Zaya? Nama yang indah. Tetapi kau tidak perlu memanggil saya, Nyonya. Nama saya, Arum. Bila perlu, panggil ibu atau tante saja.” “Ibu?” Zaya mengulangnya dengan kening yang mengerut. Nyonya Arum tersenyum, lalu berkata. “Saya akan lebih senang jika ada anak perempuan yang memanggil saya ibu.” “Kenapa seperti itu?” “Karena itu membuat saya mengingat pada anak perumpuan, satu-satunya anak. Andai saja dia di sini, usianya sama denganmu,” jawab Nyonya Arum dengan suara yang sendu. Zaya bisa melihat tatapan sedih di mata wanita yang sedang bersamanya itu, dan rasa bersalah memenuhi hatinya. “Maaf, saya tidak b