Chapter 7

722 Words
Menurut Shinta dengan sikap manis Raka waktu lalu adalah hal terakhir yang membuat moodnya jatuh berantakan dan mulai kembali mengobral kemesraan yang seharusnya di lakukan sepasang kekasih. Namun Shinta salah. Sikap Raka semakin hari semakin berbeda, batas waktu untuk melihat wajah tampan yang di cintainya pun sangat terbatas, entah kenapa akhir-akhir ini Raka selalu pulang terlambat. Shinta selalu menunggu pria itu sampai larut malam, bahkan sampai ketiduran di atas sofa dan paginya Shinta akan menemukan tubuhnya sendiri sudah meringkuk di dalam selimut diruang kamarnya. Raka lah yang membawanya dan Shinta akan selalu merona karena perbuatan manis itu dan mulai memikirkan masakan special untuk sarapan kekasihnya. Tetapi Shinta hanya menemukan Ibu Raka saja yang turun tangga untuk sarapan sedangkan Raka? Pria itu sudah berangkat pagi-pagi sekali. Shinta berpikir, apa perusahaan Raka bangkrut hingga membuat pria itu begitu rajin ke kantor bahkan sampai melupakan kekasihnya sendiri. Tetapi Ibu Rima cukup sedikit menjelaskan bahwa Raka memang cukup sibuk di perusahaan, ketika Shinta dengan berani mempertanyakan keberadaan Raka yang selalu absen di jam makan malam ataupun sarapan. Hingga membuat Shinta mengangguk maklum dan mengerti. Sudah hari kesebelas, dan Raka masih sama, pulang pada jadwal tidak biasanya, Shinta mematung di jendela lantai dasar menatap ke arah luar dan berharap mobil Raka tiba untuk pulang. Ponselnya masih ia gegam dan masih menunggu Raka membalas pesannya, setidaknya beritahu Shinta bahwa laki-laki itu masih makan makanan dengan benar. Namun nihil, ponselnya sudah menjadi rongsokan sampah yang tak pernah berbunyi lagi. Mungkin tidak begitu, karena Shinta masih menemukan ponselnya berdering memberitahukan bahwa ada pesan masuk, namun bukan pesan dari Rama yang Shinta inginkan, tetapi dari Raka. Shinta menghela napas, bergerak untuk memilih tidur mengingat waktu sudah pukul satu dini hari, tetapi cahaya lampu yang menyorot dari luar bersama suara mobil yang mulai memasuki gerbang membuat Shinta bergegas kembali ke tempat semula dan menemukan tubuh Raka yang terlihat keluar dari mobil dengan setelan formalnya. Bibir Shinta mengembang cantik, bagaimana bisa laki-laki itu masih terlihat sangat tampan walau dalam keadaan sudah sangat malam. Shinta bergegas berlari kepintu untuk membuka dan langsung menubruk tubuh Raka yang terlihat terkejut dengan pelukan Shinta. Shinta terlalu merindu. Dan sedetik kemudian Raka tersenyum, merengkuh tubuh Shinta semakin erat, bahkan tubuh mungil Shinta terangkat dan Raka dengan santainya masuk kedalam lalu menutup pintu dengan kakinya. Raka jatuhkan tubuh Shinta di atas sofa bersama tubuhnya yang menindih tubuh mungil Shinta. Menatap Shinta dengan sorot pandangan berbeda, lalu mulai mencium bibir Shinta bersama gumaman pelan. "Aku juga merindukanmu sayang." *** Shinta mulai cukup paham bahwa dalam kisah asmaranya ada yang salah. Tidak hanya butuh perlakukan atau kata-kata manis saja. Sebagai wanita … perhatian juga sangat di butuhkan, dan nyatanya sekarang Raka terlalu sibuk, tidak ada perhatian lagi hingga bau parfum di tubuh Raka saat semalam pun tidak lagi Shinta kenali.  Sehingga Shinta merencanakan sesuatu untuk bisa membuat dirinya bertemu Raka lalu mulai memperbaiki kisah ini untuk bisa di kenali lagi, mencoba memberanikan diri untuk kekantor Raka dengan modus membawa makanan untuk majikannya. Shinta sudah menuruni angkutan umum dan menjinjing bekal makanan untuk makan siang Raka nanti, Shinta berpikir pasti Raka akan senang. Mulai melangkah memasuki gedung percangkar lagit dan mulai berbicara tentang tujuannya datang kesana kepada resepsionis. Bersyukur Shinta punya alasan kuat ketika ia berbicara bahwa Ibu Rima yang menyuruh untuk mengantar makanan untuk anak tercintanya. Hingga Shinta bisa leluasa berjalan memasuki lift untuk ke ruang kantor Raka setelah wanita cantik tadi memberitahukan letaknya. "Pantas saja dia betah di sini, banyak wanita cantik," dengus Shinta dengan mengerucutkan bibirnya dan menunggu lift yang di naikinya berhenti di lantai yang di tuju Shinta. Setelah lift terbuka Shinta mulai berjalan dan menemukan wanita cantik lainnya terlihat sedang serius membaca kertas yang tidak Shinta mengerti. Dengan perlahan Shinta mulai mendekati wanita itu dan berucap, "Permisi Nona saya mau mengantarkan bekal Tuan Raka dari Nyonya." Wanita itu terlihat kaget, menatap Shinta. Sedangkan hati Shinta mulai memaki iri, —bagaimana caranya bisa secantik dan semulus itu. "Oh, kau masuk saja ke dalam, tapi jangan berisik karena sedang ada tamu di dalam, makanannya simpan di meja dekat sofa yang ada di sisi ruangan sebelah kanan." Lalu kembali fokus di pekerjaan. "Terimakasih." Dan tidak ada jawaban. Shinta tidak mempedulikan itu, dengan senyum yang sedikit di sembunyikan Shinta mulai berjalan dan membuka pintu ruangan Raka perlahan, masih dengan senyum di bibirnya dengan sedikit mengecek bekalnya agar tidak tumpah. Shinta hanya berharap semoga Raka memakan makanan buatannya dengan lahap. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD