Hari ini pembagian kelas di Kingdom Academy sudah selesai. Semua mahasiswa dan mahasiswi baru dibagi menjadi enam kelas, kelas A sampai dengan kelas F dan ada dua puluh orang perkelasnya.
Perguruan tinggi ini memang tidak menerima banyak mahasiswa. Pertahun, Kingdom hanya menerima seratus dua puluh hingga seratus lima puluh orang untuk menempuh pendidikan disana, karena Kingdom adalah perguruan tinggi khusus.
Seperti perguruan tinggi pada umumnya, untuk masuk ke Kingdom pun ada beberapa cara. Cara pertama adalah cara khusus yang memang diperuntukkan untuk lima puluh persen pewaris yang ada di seluruh Jepang. Sisanya, dua puluh lima persen melalui tes masuk dan dua puluh lima persen melalui jalur undangan atau prestasi. Jadi, beberapa pelajar memang berasal dari keluarga yang biasa, yang memang punya kemampuan akademik tinggi dan mempunyai potensial untuk menjadi usahawan. Sedangkan sebagian banyak berasal dari anak orang-orang kaya yang bertujuan untuk melanjutkan bisnis dan perusahaan keluarga mereka.
Yang paling istimewa di Kingdom, ada kelas khusus yang hanya diisi oleh sepuluh orang pilihan dari perwakilan mahasiswa dan mahasiswi tingkat satu sampai tingkat akhir. Kelas khusus itu tercipta karena permintaan dari beberapa miliarder yang menginginkan anaknya mendapat pendidikan ekstra, saat ini beberapa orang yang berada di kelas khusus adalah anak dari sepuluh orang terkaya di Jepang. Tentu saja hal itu tidak gratis, orang tua mereka harus membayar sejumlah uang untuk pihak kampus.
Secara menyeluruh Kingdom berfokus pada jurusan bisnis dan manajemen, tetapi yang membedakan adalah mata kuliah pilihan. Mahasiswa dan mahasiswi dibebaskan memilih mata kuliah yang sesuai dengan minat dan bakat mereka, serta wajib memilih klub ekstra kulikuler yang mereka inginkan, seperti klub musik, klub berkuda, klub memanah, klub karate dan sebagainya. Kingdom menyediakan fasilitas itu untuk kalangan elit agar mereka memiliki kemampuan yang lebih, selain dari pelajaran bisnis yang mereka dapatkan.
Dan, karena itulah Reina berdiri disini, di depan pintu ruangan klub berkuda.
"Permisi."
Reina masuk memberi salam, di dalam ruangan ada beberapa orang yang sedang sibuk bercengkrama sembari menumpuk lembaran-lembaran kertas menjadi satu.
Tetapi, seisi ruangan terdiam begitu melihat Reina masuk. Bagaimana tidak? Di hadapan mereka saat ini, sosok wanita cantik tersenyum ramah, mata yang cokelat terang, senada dengan rambut yang hari ini sengaja Reina buat bergelombang, kulit yang putih sempurna dengan riasan tipis, membuat Reina terlihat bak seorang idol.
"Y-ya?" seseorang menanggapi Reina hingga tergagap.
"Apakah, formulir pendaftaran klub berkuda masih ada?" tanya gadis itu memutar pandangannya menyelusuri ruangan, tetapi seseorang yang ingin ia lihat tidak ada.
"Tentu saja! Kau mahasiswi baru, ya? Tentu saja masih ada," jawab salah satu pria antusias mendekati Reina. "Silahkan," Ia memberikan selembar kertas pada Reina.
"Terimakasih," ucap Reina mengambil kertas itu kemudian berpamitan karena merasa tidak nyaman menjadi pusat perhatian.
Reina buru-buru pergi meninggalkan ruangan itu dengan berlari-lari kecil hingga ke taman.
"Dimana dia?" gumam Reina. "Bukankah ketua klub seharusnya berada di ruangannya untuk menyambut calon anggota baru? Kenapa dia tidak ada?"
Gadis itu melemas seketika, ia terlanjur berpisah dengan Miyu dan Sora yang juga mencari klub impian mereka masing-masing. Sebenarnya Reina sangat ingin masuk klub teater, tetapi, jika ia tidak masuk ke klub berkuda, Shin akan susah untuk digapai. Tidak akan ada kesempatan untuk bertemu pria itu selain di klub yang sama.
Reina menghela napas, ia menemukan sebuah kursi panjang kosong di pelataran kampus. Ia memutuskan untuk duduk disana sembari melihat-lihat formulir yang sudah diambilnya tadi. Ia menyandarkan punggungnya ke kursi itu dan mendongak ke atas, ke langit biru yang sedikit terik. Tangannya terulur keatas, memegang kertas formulir untuk menutupi wajah cantiknya dari sinar matahari nakal yang menusuk melalui celah dedaunan pohon.
Reina kembali menghela napas. "Shin.. apakah kau masih mengingatku?" bisik Reina mengingat pertama kalinya ia bertemu dengan Shin Yamamoto, empat tahun yang lalu.
Saat itu ...
"Reina sangat menyebalkan."
"Jika bukan karena dia anak orang kaya, aku tidak akan mau berteman dengannya."
"Iya, benar. Aku benci ketika para pria lebih memilihnya di banding kita."
"Karna dia-lah pria-pria itu mau datang."
Reina mendengarnya, mendengar semua teman yang ia anggap sangat dekat dengannya ternyata tidak menyukainya, mereka membicarakan Reina di belakang. Reina masih berusia empat belas tahun kala itu, jadi Reina anggap pergi bersama teman-temannya dan bertemu pria-pria seusia Reina adalah hal yang menyenangkan, tapi ternyata ia hanya seseorang yang menyebalkan dimata mereka. Padahal, hari ini Reina berniat akan mentraktir semua temannya agar mereka senang, padahal hari ini Reina sudah berdandan secantik mungkin dan juga ia sudah bilang kepada supirnya untuk pulang duluan dan membiarkan Reina bermain bersama teman-temannya. Tapi, Reina justru mendengar hal yang menyakitkan sebelum langkah Reina sampai.
Tanpa berniat untuk melanjutkan pertemuan, ia memutar balik, pergi meninggalkan teman-temannya itu. Reina menangis, menerobos kerumunan orang-orang yang datang untuk merayakan festival musim panas di taman hiburan itu.
Tiba-tiba tanpa sengaja, Reina remaja menabrak seseorang, pria yang memakai sweter berwarna hitam dan menggunakan topeng hyottoko, yang merupakan topeng wajah laki-laki dengan ekspresi lucu dan konyol, mirip seperti anak-anak. Reina jatuh terduduk menatap pria itu dengan wajah yang menyedihkan, mata dan hidungnya yang memerah karena menangis, rambutnya yang sudah ia tata secantik mungkin pun menjadi berantakan.
Pandangan mereka bertemu, mata hitam pekat dibalik topeng menatap Reina dalam diam. Tanpa berkata-kata, pria itu mengulurkan tangannya, membantu Reina untuk berdiri. Ia menggenggam tangan Reina dan menariknya untuk pergi.
Ternyata, pria itu mengajak Reina ke sebuah stan yang menjual berbagai macam topeng.
Masih dalam kebisuan, pria yang tidak Reina ketahui itu membeli satu topeng okame, topeng yang merupakan pasangan dari topeng hyottoko, yang digambarkan sebagai wajah perempuan bulat dan besar dengan bulatan merah pada pipinya yang gemuk, mata yang menyipit menggambarkan topeng itu sedang tersenyum. Topeng hyottoko dan okame adalah topeng yang melambangkan keberuntungan juga aura positif.
Setelah membayarnya, si pria hyottoko memberikan topeng okame itu pada Reina.
"Pakai ini," ucapnya singkat.
Seperti dihipnotis, Reina menuruti perintah pria asing itu, lagipula topeng itu juga berguna untuk menutupi wajah dan mata Reina yang bengkak. Ia segera memakai topengnya.
Si pria hyottoko kembali mengandeng Reina. Ia mengajak Reina menaiki bianglala, tanpa meminta persetujuan Reina atau mengatakan sepatah katapun dari mulutnya. Tetapi ntah kenapa Reina masih menurut, ia pun ikut terdiam.
Bianglala terus berputar dalam keheningan, hanya terdengar sayup-sayup orang berbicara dan tertawa, serta lagu-lagu khas musim panas yang diputar beberapa stan festival.
Saat mereka berada di puncak, bianglala itu berhenti, sepertinya ada seseorang yang naik.
Reina memberanikan diri untuk menatap pria hyottoko itu. Pria itu hanya diam sembari menopang dagunya menatap ke arah luar bianglala.
Ingin rasanya Reina membuka obrolan. Ia ingin menanyakan banyak hal pada pria itu. Kenapa dia menggunakan topeng? Siapa dia sebenarnya? Kenapa mengajak Reina menaiki bianglala? Kenapa dia tidak mengajak Reina bicara? Kenapa dia tidak memandang Reina dan justru memandang ke arah lain? Reina bahkan ingin melihat wajahnya. Tapi, semua pertanyaan itu ntah mengapa tidak dapat Reina sampaikan. Ia hanya merasa jauh lebih baik, karena ada seseorang di sampingnya yang tidak menuntut penjelasan kepada Reina, mengapa ia menangis, karena akan sangat menyakitkan jika Reina menjelaskan alasannya, ia akan kembali ingat.
Hati Reina merasa lega, karena ia tidak sendiri.
Setelah selesai menaiki bianglala, pria hyottoko itu menuntun Reina ke kedai eskrim. Ia memesan satu cup eskrim, sembari mengantri. Topeng itu menatap ke lurus ke depan, ntah apa yang ia pikirkan, ntah seperti apa wajahnya, Reina hanya ingin mengucapkan terimakasih karena membuat perasaannya membaik.
"Tuan muda! Tuan muda!"
Terdengar suara bariton pria memanggil. Muncul dua orang berjas hitam mendekati mereka dan membungkuk ke arah pria hyottoko, dua orang yang terlihat kelelahan dengan napas tersengal-sengal itu terlihat sangat lega.
"Tuan muda, kemana saja, Anda? Tuan besar mencari Anda," ucap salah satu pria berjas itu.
Yang di ajak bicara hanya diam tak menjawab, ia menengok sekilas ke arah pria-pria yang nampak seperti bodyguard itu masih dengan memakai topengnya, kemudian kembali membuang tatapannya ke depan tanpa merespon pria-pria besar itu.
"Tuan--"
Kalimat si pria besar terputus ketika penjual eskrim mengulurkan eskrimnya kepada si pria hyottoko. Dia mendekat ke arah Reina dan memberikan eskrim itu pada Reina.
"Te-terimakasih," ucap Reina terbata, ia sedikit terkejut dengan apa yang pria hyottoko lakukan.
Kemudian, masih dengan tanpa mengatakan sepatah katapun pada Reina, si pria Hyottoko melangkah pergi, diikuti kedua pria besar yang mencarinya tadi.
Reina tidak terima, ia bahkan belum mengetahui siapa pria itu. Ia tak tinggal diam. Reina berusaha mengejar langkah si pria hyottoko.
"Siapa namamu?" tanya Reina menggenggam lengan pria itu, sebelum ia sempat masuk ke dalam mobilnya.
Setidaknya Reina tahu siapa pria yang dalam diam sudah menghiburnya.
"Shin, Shin Yamamoto," jawabnya pelan, kemudian menghilang.
"Reina?"
Panggilan seseorang membuyarkan lamunan Reina.
"Miyu."
"Kenapa kau melamun?"
"Tidak apa-apa, aku hanya memikirkan suatu hal."
Miyu melipat roknya dan duduk di sebelah Reina. "Memikirkan apa? Apa kau sudah selesai mendaftar?"
Reina menggeleng. "Aku sudah mengambil formulirnya. Kau sendiri? Bagaimana?"
"Aku sudah mendaftar."
"Klub apa yang kau ikuti, Miyu?"
"Klub membaca."
Jawaban Miyu sontak membuat Reina terkekeh. "Tidak adakah minatmu di tempat lain?"
"Tidak," dengan tegas Miyu menjawab. "Aku suka membaca novel dan komik, Reina, kau pasti tau itu," lanjutnya.
"Ya, sangat sesuai dengan dirimu."
"Bagaimana dengan Sora? Klub apa yang dia ambil?"
Reina mengedikkan bahunya. "Aku belum tau."
"Dia orang yang menyenangkan, Reina."
"Aku tau, dia pasti akan cocok denganmu, Miyu. Beruntung kalian bisa sekelas."
"Tenang saja, Reina, kita masih bisa memilih mata kuliah yang sama untuk bisa mendapatkan kelas yang sama," pungkas Miyu.
Reina tersenyum, dengan tiba-tiba memeluk Miyu. Rasanya, walaupun teman Reina banyak, hanya Miyu saja yang mau berteman tulus padanya.
***
Sementara itu di tempat lain..
"Selamat siang! Perkenalkan, aku Sora Fujiwara, semoga kalian bisa menerimaku!"
Dengan semangat Sora memperkenalkan diri di hadapan anggota klub karate yang dia minati. Sora pernah mengikuti ekskul karate dulu saat di sekolah menengah, tetapi tidak ia lanjutkan karena ia harus fokus kepada pendidikannya untuk mengejar beasiswa. Karena apa yang ia inginkan sudah ia dapatkan, Sora saat ini bertekad untuk ikut kegiatan karate kembali. Ia ingin menjadi wanita yang kuat, agar jika suatu saat ada yang mengganggunya, Sora akan menghajar mereka dengan tangannya sendiri, karena Sora harus melindungi dirinya sendiri.
Salah satu pria tersenyum melihat semangat yang Sora tunjukkan. Ia mendekati Sora dan memberikan selembar formulir untuknya.
"Pertama-tama, kau harus mengisi formulir terlebih dahulu, di klub karate, ada ketentuan yang harus dipenuhi untuk bergabung dengan kami," terang pria itu.
"Apa itu?" tanya Sora tersenyum santai menunjukkan gigi-giginya.
"Hanya ketua saja yang bisa menentukannya, kembalikan formulir ini besok, saat ini ketua tidak ada di tempat."
"Oh, begitu, baiklah, kalau begitu, sampai jumpa besok, Senpai! Besok aku akan kembali lagi!" Sora pergi meninggalkan ruangan klub sembari melambaikan tangan.
"Gadis yang sangat enerjik," gumam pria yang memberikannya formulir tadi yang masih sempat Sora dengar.
Tentu saja, seperti namanya, Sora, yang berarti langit. Gadis itu akan terus melambung tinggi mengejar cita-citanya dengan semangat, dan ia akan terus cerah, secerah langit musim panas di Kingdom Academy ini!
***