Part 4 : Shi

1698 Words
"Ryuu-sensei, untuk apa Anda memanggil kami?" tanya Hoshi tetap tenang, Ia sudah tidak tahan lagi, sejak tepatnya tiga puluh menit yang lalu mereka datang ke kelas spesial, tapi Ryuu justru asik memainkan ponselnya, sembari tertawa sendiri tak menghiraukan mereka. "Ah, kalian sudah datang semua?" dengan wajah yang tak berdosa, Ryuu balik bertanya memeriksa mahasiswa khususnya satu persatu. Sudah ada tujuh orang, termasuk dirinya di dalam ruangan tersebut, yang artinya mereka telah terkumpul semua. Hoshi, Ayano, Anzu, Ken, Shin dan Daichi. Keenam anak didik istimewa yang menempati special class di Kingdom Academy. Seharusnya, kelas khusus diisi sepuluh orang terpilih, tetapi empat diantaranya sudah lulus di tahun ini. Jadi, kursi untuk kelas khusus masih tersisa empat slot kosong yang mungkin akan diisi dari mahasiswa baru. Dan inilah yang akan Ryuu bahas. "Baiklah kalau begitu, aku akan langsung bicara pada intinya saja. Kelas khusus akan kedatangan anggota baru. Apa kalian sudah tau itu?" tanya Ryuu berdiri dari kursinya. Ia menopangkan tubuh dengan tangan ke meja. "Tentu saja Ryuu-sensei, kami sudah mengerti akan hal itu, karena tiap tahun juga begitu," jawab Daichi. "Jadi, apa masalahnya?" timpal Ken. Ryuu tersenyum manis menatap mereka satu persatu. "Dalam sejarah universitas ini, di kelas spesial, hanya kalianlah yang sering membuat keributan, selain Hoshi, Ayano dan Anzu. Aku harap nantinya kalian akan memperlakukan mereka dengan baik. Khususnya kau, Ken, dan kau, Daichi." Mendengar itu Anzu terkekeh, ia melihat ke arah tiga s*****n yang sangat berbeda sifat dan karakter itu. Ken yang pemalas dan sering memerintah, Shin yang cuek dan pendiam, juga Daichi yang terlihat bersemangat, tetapi nyatanya tidak bisa diandalkan. "Lalu, siapa yang akan bergabung dengan kami, Sensei?" tanya Ayano. "Hm, aku belum tau siapa orangnya, tapi sekarang komite kampus sedang membicarakan hal ini, dalam beberapa hari ke depan aku akan membuat keputusannya, sudah ada beberapa orang tua mereka yang mengajukan anaknya untuk masuk ke kelas khusus. Tapi yang jelas, tentu saja uang akan berbicara, penawaran siapa yang paling besar, karena aku sangat menyukai uang," jelas Ryuu tersenyum sangat manis hingga matanya menyipit, membuat Ayano dan Anzu bergidik ngeri. Ryuu-sensei adalah orang yang paling tidak mudah ditebak. kadang ia bersikap ramah, tapi di lain sisi kadang ia bisa menjadi seperti monster. Hanya kelas khusus saja yang tahu sisi lain Ryuu-sensei, karena itulah Ken, Daichi dan Shin yang sebenarnya paling tidak suka dengan peraturan yang merepotkan, akan menurut jika itu perkataan dari Ryuu-sensei. Ya, tentu saja enam orang di kelas khusus saat ini adalah penyumbang uang terbesar untuk Kingdom Academy, ditambah nanti empat anggota baru yang mereka pun belum tahu siapa. "Jadi, dengarkan aku baik-baik, jangan berbuat onar, tetap dalam imej yang baik sebagai senior," lanjut Ryuu lagi. Semuanya mengangguk mengiyakan ucapan Ryuu. Memang seharusnya seperti itu, setidaknya Hoshi, Ayano dan Anzu adalah mahasiswa teladan di kampus yang bisa diandalkan, Shin adalah mahasiswa yang tak banyak bicara, jadi ia tidak akan melakukan apapun. Sedangkan sisanya? Ken dan Daichi adalah biang onar, tahun lalu saja, ada tiga mahasiswa baru yang bergabung dikelas khusus, tapi tak lama mereka mengundurkan diri karena ulah Ken dan Daichi yang menjadikan mereka b***k. Maka dari itu, Ryuu-sensei lebih memilih memasukkan senior ke dalam kelas khusus, agar setidaknya mereka diam, tidak melakukan apapun. "Omong-omong, tabloid kampus sudah terbit pagi ini." Tiba-tiba Ryuu mengalihkan pembicaraan. "Benarkah?" tanya Daichi bersemangat. Ryuu mengeluarkan sebuah buku besar, sedikit tebal yang ada di tumpukan kertas yang ia bawa. Pria itu menyeringai memandangi keenam orang di hadapannya dengan tatapan remeh. "Sepertinya, untuk selamanya kalian tidak akan bisa mengalahkan kepopuleranku," ucapnya dengan penuh percaya diri, sembari mendekati mereka, kemudian ia menaruh tabloid itu di atas meja Daichi. "Aku pergi dulu, karena banyak pekerjaan yang harus aku urus. Kalian ingatlah ucapanku, khususnya Daichi dan Ken," tukasnya mengacak rambut Ken. "Cih, apa-apaan dia itu," kesal Ken tak suka diperlakukan seperti anak-anak. Daichi langsung mengambil tabloid yang Ryuu tinggalkan, dan membuka halaman demi halaman. Seperti biasa, Daichi hanya akan selalu mencari satu tajuk dalam tabloid itu, karena ia tidak suka membaca dan hanya tertarik pada satu hal. Setiap per-semester, klub menulis akan selalu mengadakan peringkat kepopuleran mahasiswa yang mereka terbitkan dalam tabloid tersebut, persentase suara akan dihitung dari banyaknya mahasiswa yang memilih siapa idola mereka di kampus dan alasan apa yang menjadikan mereka menyukai orang tersebut. "Ah, Ryuu-sensei, mengapa dia selalu menjadi yang pertama?" umpat Daichi ketika menemukan tajuk pria-pria populer dalam Kingdom Academy di salah satu lembaran khusus. "Karna dia itu benar-benar bermuka dua, pandai mencari perhatian dan simpati," cerca Ken. Hoshi hanya tersenyum mendengar cemoohan Ken pada dosen mereka itu. "Cepat bacakan peringkat selanjutnya, aku ingin tau, apakah ada perubahan dari semester lalu?" suruh Anzu. Ia penasaran dengan siapa pria-pria terpopuler di kampus menurut para gadis. "Ryuu Watanabe Sensei, masih diurutan pertama. Ia disukai karena sifat ramah dan rendah dirinya, juga karena senyumannya yang sangat menawan, wajah maskulin, dewasa yang membuat wanita ingin dilindungi olehnya," baca Daichi. Ia merasa ingin muntah seketika, karena mengetahui alasan gadis-gadis itu menyukai Ryuu Sensei, mereka tidak tahu bagaimana iblisnya pria itu. "Sungguh aku merasa mual," tukas Ken. "Lalu, Shin! Kau ada diurutan yang kedua semester ini, mengalahkan Hoshi!" seru Daichi. Shin tidak peduli, Ia hanya diam tak menanggapi, baginya hal itu hanyalah hal bodoh yang tidak berguna. Kenapa mereka harus me-ranking seseorang hanya dari penampilan? "Wow, Shin, kau sangat populer belakangan ini," goda Ayano. "Apa alasannya?" tanya Anzu lagi. "Shin adalah pangeran es, yang tidak dapat tersentuh oleh siapapun, tatapan matanya yang tajam dan wajahnya yang terlihat tidak pernah tersenyum itu, membuat kami penasaran. Shin, tolonglah tersenyum untuk kami." Daichi terbahak setelah selesai membacakan bagian mengapa Shin disukai gadis-gadis. "Cih, menggelikan," ucap Ken ikut terbahak. "Cepat bacakan sampai selesai," Anzu semakin penasaran, ia paling suka mendengar alasan-alasan konyol mengapa gadis-gadis itu mengidolakan teman-temannya. "Hoshi, kau turun diperingkat tiga semester ini, alasannya, Hoshi terlihat seperti malaikat, dan pemilik senyum terhangat di kampus ini, Hoshi adalah tipe ideal yang para gadis cari untuk dijadikan kekasih, karena Hoshi adalah sosok yang kuat dan ia terlihat sangat bisa diandalkan dalam hal apapun." "Kali ini baru benar, sudah tidak usah diragukan lagi, Hoshi-lah yang terbaik, benar begitu bukan, Ayano?" tanya Anzu menyenggol lengan Ayano. "Anzu," tegur Ayano. Yang dipuji hanya tersenyum melirik ke arah Ayano, bukan rahasia lagi kalau Hoshi terlihat menyukai Ayano. Jika mereka adalah pasangan, mereka akan menjadi pasangan terbaik di Kingdom, benar-benar sempurna. Sayangnya sampai saat ini mereka hanya mengaku berteman baik, karena sepertinya Hoshi bertepuk sebelah tangan. Semua terdiam, suasana menjadi canggung. "Ken, kau keempat!" suara keras Daichi, sengaja mencairkan suasana yang baru saja terasa dingin. "Jangan bacakan alasannya, aku geli mendengarnya," larang Ken membuat Ayano, sang kakak tertawa. "Aku ingin mendengarnya," kata Ayano. "Aku ingin mendengar kenapa gadis-gadis itu menyukai adikku yang tengil ini. Cepat bacakan, Daichi-kun," pinta Ayano. "Alasannya, karena Ken terlihat sangat kuat dan menawan, wajah tampan yang berkeringat ketika sedang bermain bola basket itu, sudah meluluhkan hati kami, Ken, maukah kau menjadi pacarku?" Mendengar alasannya, dan kalimat yang terakhir, semuanya tertawa tak terkecuali Shin, yang menyunggingkan senyumnya meledek Ken. "Apa-apaan senyummu itu, Shin?" Ken memang paling kesal jika Shin-lah yang meledeknya. "Pilihlah salah satu diantaranya, Ken, untuk menjadi pacarmu," tukas Daichi. "Wajah mereka terlihat sama saja, tidak ada yang menarik bagiku." "Wah, adikku benar-benar pemilih," goda Ayano. "Lalu, bagaimana denganmu, Daichi? Apakah kau masuk dalam peringkat semester ini?" tanya Ken, ia mencoba mengalihkan pembicaraan. Daichi lalu melanjutkan membaca urutan-urutan yang tertulis disana. Banyak nama yang tidak terlalu ia kenal hingga ia menemukan namanya sendiri di urutan bawah. "Lihat ini!" seru Daichi menunjuk angka delapan. "Tentu saja pria yang menarik sepertiku masih menjadi idaman mereka." Anzu menyemburkan tawanya, mendengar rasa kepercayaan diri Daichi yang tinggi. "Aku heran, apa alasan mereka menyukaimu," ledek Ken. "Daichi adalah sinar matahari, kami menyukai sifat ceria dan mudah bergaulnya, karena setiap ada Daichi, suasana akan menjadi lebih hidup dan berwarna, dan Daichi sepertinya lebih mudah untuk didekati." Setelah Daichi selesai membacakan alasan miliknya, Ken tertawa begitu keras. "Pasti hanya gadis-gadis bodoh yang menuliskan itu." "Bagaimana dengan Ayano dan Anzu?" tanya Hoshi tiba-tiba. Daichi segera membalik bagian belakang untuk melihat peringkat wanita terpopuler di kampusnya. "Tentu saja, Ayano, kau selalu urutan pertama, dan Anzu, kau urutan kelima. Ayano adalah seorang dewi, dengan senyuman lembut yang sempurna, dia benar-benar tipe ideal hampir seluruh pria di kampus ini. Dan Anzu, wanita yang terlihat kuat dan tidak cengeng, Anzu sangat cocok dijadikan pacar karena pasti ia tidak akan merepotkan para pria, senyum manis Anzu membuat kami ingin berteriak," baca Daichi mendramatisir, dan tentu saja sukses mengundang tawa, serta kemualan bagi Ken. "Apakah pertemuan ini sudah selesai?" sela Shin di tengah tawa mereka, membuat semuanya kembali terdiam. "Ya, aku rasa cukup jelas," jawab Hoshi. "Ryuu-sensei sebenarnya memanggil kita hanya untuk pamer," timpal Daichi. "Dia benar-benar orang tua yang kekanakan," tambah Ken. Shin bangkit dari kursinya, ia memasukkan tangannya ke dalam kantung celana yang ia pakai. "Kalau begitu, aku akan pergi ke klub," kata Shin. "Apakah hari ini penyeleksian klub berkuda?" tanya Hoshi. "Ya." "Aku juga belum mengumumkan anggota baru klub karate, Daichi akan membantuku menyeleksi mereka, nanti." "Huh, benar-benar merepotkan," keluh Daichi mengalihkan pandangannya yang hanya dibalas senyuman oleh Hoshi. "Klub Seni juga akan menyeleksi anggota baru hari ini, besok aku akan memberikan pengumuman pada mereka," sambung Ayano. Mendengar mereka terlihat bertanggung jawab pada klub masing-masing, Anzu mendekatkan dirinya kepada Ken. "Kau juga, jangan bersantai saja!" tukas Anzu merangkulkan tangan ke bahu Ken. Ken yang terkejut refleks melepasnya. "A-aku tidak bersantai," ucapnya tergagap. "Kau harus membantuku," tambahnya lagi. Anzu meringis, menunjukkan deretan gigi putihnya. "Tentu saja, aku kan seniormu," sombong Anzu. Shin melirik mereka dan tidak bereaksi apapun, tanpa pamit ia meninggalkan ruangan itu. "Kalau begitu, ayo Daichi, kita juga harus bekerja keras," ajak Hoshi menarik lengan Daichi. Dengan bermalas-malasan pria itu menuruti ucapan Hoshi. "Dan Ken, ayo kita ke klub," ajak Anzu. "Aku juga akan pergi ke klub Seni, masih banyak yg harus aku lakukan disana," pamit Ayano. Mereka pun pergi meninggalkan kelas spesial, masing-masing menuju ke klub yang mereka tangani. Penyeleksian anggota klub ditentukan dengan pertanyaan yang diajukan ketika calon anggota mengisi formulir, seperti apa alasan mereka masuk ke klub itu dan apa kelebihan mereka yang membuat mereka merasa pantas masuk ke klub tersebut, juga termasuk penilaian fisik yang akan ditentukan pada saat pemanggilan calon anggota baru. Jadi, klub mana yang kalian pilih?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD