Makan Malam Yang Dingin

868 Words
Hari itu, langit di atas kota Willowbrook terlihat kelabu, seolah mencerminkan suasana hati Lumina. Setelah seharian berkutat dengan tugas-tugas kuliah yang menumpuk dan persiapan ujian, dia merasa lelah secara fisik dan mental. Namun, dia tahu dia tidak bisa beristirahat dulu. Malam ini, dia harus kembali ke mansion Kingsford untuk mengajar Nigel, bocah lima tahun yang sudah seperti adik kecilnya sendiri. Meskipun lelah, Lumina selalu merasa senang saat bisa menghabiskan waktu dengan Nigel. Bocah itu adalah satu-satunya cahaya di tengah suasana dingin dan misterius yang menyelimuti mansion. Setelah tiba di asrama, Lumina langsung mengganti bajunya dengan cepat. Dia memilih pakaian yang sederhana namun rapi, seperti biasa. Sebelum pergi, dia melirik jam di dinding. Pukul enam sore. Biasanya, dia baru berangkat pukul 7 malam, tapi hari ini dia memutuskan untuk pergi lebih awal. Entah mengapa, ada perasaan aneh yang menggelitik hatinya, seolah ada sesuatu yang menunggunya di mansion itu. Saat tiba di mansion pukul 7 malam, Lumina merasa suasana di sekitarnya berbeda dari biasanya. Pagar besi tinggi yang biasanya tertutup rapat, kali ini terbuka sedikit. Dia menghela napas, mencoba menenangkan diri sebelum mengetuk pintu. Sebelum sempat melakukannya, pintu itu terbuka, dan di hadapannya berdiri pelayan mansion. "Miss Lumina? Sudah datang?" sapa pelayan tua tua itu dengan ramah. Matanya yang hangat menatap Lumina seolah senang dengan kedatangan wanita muda itu. "Selamat sore, Bibi," balas Lumina, sedikit rileks dan tersenyum. “Ayo masuk. Semuanya masih ada di meja makan untuk makan malam.” “Makan malam? Sepertinya aku datang di waktu yang tak tepat.” “Tidak, biasanya juga mereka jarang makan malam bersama. Nigel ulang tahun dan Tuan Jadynn yang menginginkan makan malam ini,” bisik pelayan. “Dia ada di rumah?” “Hmm.” Pelayan mengangguk. Meskipun sudah cukup lama mengajar di sana, tapi Lumina sangat jarang bertemu Jadynn, dan setiap kali bertemu, dia selalu merasa seperti sedang diuji nyali karena tatapan tajamnya itu. Lalu mereka berdua berjalan menuju ruang tengah, namun ketika melewati ruang makan—Annie memanggilnya. “Lumi! Kemarilah!” Lumina menoleh dan mengangguk sopan. Dia melihat Jadynn sekilas tapi pria itu tampak tak peduli. “Miss Lumi!!” panggil Nigel dan beranjak dari kursinya lalu memeluknya. Lumina menangkapnya dan menggendongnya. “Kau ulang tahun ya? Selamat, Boy. Semoga kau mendapatkan semua yang terbaik.” Lumina mengecup kening Nigel. “Lumi, duduklah. Ayo, makan malam bersama kami," kata Annie lagi sambil tersenyum. Lumina menurunkan Nigel dan berjalan menuju meja makan sambil menggandeng tangan kecil Nigel. Lumina canggung. Biasanya, dia hanya mengajar Nigel di kamarnya, dan jarang sekali diajak makan malam bersama. Tapi itu karena keluarga itu memang jarang makan malam bersama. Dengan hati yang sedikit gugup, dia duduk tepat di samping Jadynn karena Annie duduk di ujung meja. Lalu pelayan mengambilkan Lumina makan dan kebetulan Lumina memang masih belum makan. "Lumina, aku senang kau bisa bergabung. Ayo, makanlah." Lumina mengangguk. Meja makan itu terlihat mewah, dengan peralatan makan yang terbuat dari perak dan piring-piring mahal pastinya. Namun, suasana di sekitarnya terasa dingin dan kaku. Tak ada obrolan yang mengalir lancar, hanya suara sendok dan garpu yang sesekali berdenting. Nigel, seperti biasa, adalah satu-satunya yang mencoba memecah keheningan. "Miss Lumi, kau tak memberiku hadiah?” Lumina tersenyum, mencoba merespons dengan antusias. "Kau ingin hadiah apa?” tanya Lumina dengan lembut sambil mengusap bibir Nigel yang belepotan. “Aku ingin kau,” jawab Nigel dengan polosnya. Annie tertawa, berbanding terbalik dengan Jadynn yang masih berwajah dingin. “Dia sangat mencintaimu, Lumi. Dia bilang padaku ingin menikahimu. Ada-ada saja,” kata Annie sambil tersenyum. Lumina hanya tersenyum dan mengacak rambut Nigel. “Kau bisa meminta hadiah lain, Nigel.” “Kenapa?” Lumina mencubit pelan hidung Nigel. “Aku lebih suka pria dewasa dan tinggi,” jawab Lumina bercanda. “Kalau begitu, tunggu aku tinggi seperti Daddy.” Semua langsung terdiam ketika mendengar ucapan Nigel. Annie kemudian kembali mencairkan suasana canggung itu. “Nigel, ayo habiskan makanmu. Setelah itu kau belajar dengan Miss Lumi.” Nigel kemudian mengangguk dan kembali memakan makanannya. Lumina melirik sekilas ke arah Jadynn. Dan sialnya, pria itu juga melihat ke arahnya. Dia langsung memalingkan wajahnya dan melihat ke arah piringnya. Dadanya berdebar setiap melihat pria dingin itu. Tapi bukan rasa takut yang dirasakannya, melainkan rasa aneh yang berdesir di seluruh tubuhnya. Lumina merasa seperti terjebak di tengah ketegangan yang tidak terlihat. Apalagi dia tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Jadynn dan Annie. * * Setelah makan malam yang terasa sangat panjang, akhirnya Lumina dan Nigel pun berjalan bersama ke kamar. “Lumi, tunggu!” panggil Annie dan langkah Lumina berhenti. Lumina menoleh ke arah Annie. “Ya, Annie?” “Bisakah kau menginap di sini malam ini?” Lumina melebarkan matanya. “Menginap?” “Ya, aku harus pergi ke luar kota karena ada urusan.” Lumina berpikir sejenak, meskipun dia enggan tapi dia tak bisa menolak apalagi melihat wajah Nigel yang berharap. "Baiklah.” Annie tersenyum senang. "Kau baik sekali, Lumi. Nigel sangat menyukaimu. Aku senang dia punya seseorang sepertimu." Lumina merasa hatinya hangat mendengar pujian itu, tapi dia juga merasa sedih melihat Nigel seperti ini. Dia tahu ada sesuatu yang tidak beres dalam keluarga ini, tapi dia tidak tahu harus berbuat apa. Lalu Lumina dan Nigel kembali melangkah ke ruang belajar Nigel.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD