bc

Toxic Love-Alasan Kita Bertahan

book_age18+
6.4K
FOLLOW
84.9K
READ
family
HE
love after marriage
age gap
fated
friends to lovers
pregnant
arranged marriage
playboy
dominant
kickass heroine
heir/heiress
drama
tragedy
sweet
bxg
lighthearted
serious
kicking
bold
city
office/work place
childhood crush
rejected
secrets
love at the first sight
affair
friends with benefits
like
intro-logo
Blurb

Tujuh tahun bukanlah waktu yang singkat bagi Fayra Malaika Lais untuk menjalani kehidupan pernikahan yang terasa salah. Ragnala Shailendra Mirza, suaminya, tetap menjadi sosok yang dingin, jarang ada di rumah, dan kalau pun ada waktu hanya bila Ragnala menginginkan Fayra menghiburnya.

Waktu yang mereka habiskan bersama hanyalah formalitas semata mulai dari acara keluarga, bisnis, atau sekadar menjaga penampilan di depan orang lain. Di balik dinding rumah mereka yang megah, Fayra merasa seperti hiasan semata. Ragnala membatasi banyak hal dalam hidupnya. Setiap geraknya diawasi. Tidak hanya oleh Ragnala, tetapi juga oleh keluarga besar mereka. Fayra tidak bisa membuat skandal, atau nama keluarganya akan tercoreng.

Suatu waktu, kabar miring terdengar kencang mengenai Ragnala yang terlihat bersama perempuan lain. Meski tidak pernah melihat langsung, berita yang beredar cukup untuk meruntuhkan rasa percaya Fayra terutama dengan track record Ragnala dulu yang terkenal kerap gonta-ganti pasangan dengan mudah. Berulang kali ia mencoba berbicara dengan Ragnala selalu gagal dan berakhir dengan debat yang Ragnala tinggalkan.

Puncaknya Fayra mulai merasa muak dengan semuanya, dia merindukan dirinya yang dulu sebelum menikah dengan Ragnala. Ia sudah lelah mencoba menjadi istri yang baik, lelah menantikan Ragnala bisa berubah dan mencintainya.

Bila pun dia bertahan, bukan untuk Ragnala atau pun dirinya lagi, melainkan untuk Kasyapi Raynar Mirza—satu-satunya bagian paling indah dan berharga yang bisa ia miliki dari Ragnala meski tanpa cinta. Apakah Kasyapi alasan paling tepat untuk bertahan? Padahal Fayra berhak mendapatkan cinta yang layak dari pasangannya.

“Bertahan, entah apa yang kuharapkan dengan terus bersamamu dalam hubungan ini? Selain kehancuran hatiku, juga kehilangan diriku sendiri.” Fayra.

“Kamu jelas tahu pilihannya hanya ada dua. Tinggal jika ingin bersamanya, atau pisah tanpanya.” ~Ragnala.

chap-preview
Free preview
Cinta Bagian Kelemahan
Fayra menemukan Ragnala memang berada di sana, tidak sendirian melainkan sedang bersama seorang laki-laki dan dua orang wanita. Salah satu wanita duduk tepat dekat Ragnala, tampak begitu akrab. Fayra menatapnya lekat sambil merasakan gejolak emosinya yang mulai melingkupi. Namun, ia hanya diam mematung hingga Ragnala menemukan keberadaannya. Memandang dingin seakan tak mengharapkan gangguan darinya. Harusnya Fayra melangkah tanpa ragu, justru Fayra berbalik tanpa mengatakan apa-apa, berjalan cepat hingga sebuah tarikan kuat menghentikannya, dan berakhir berhadapan lalu menautkan tatapan lagi. Mata Fayra berkaca-kaca, ia sedang menahan tangis detik ini juga. Kesal karena sejak semalam yang harusnya jadi malam pengantin mereka, Fayra ditinggalkan sendirian. Baru menyadari pagi tadi, terbangun sudah tidak menemukan Ragnala disisinya. “Kenapa kamu di sini?” “Kenapa, katamu?!” Fayra berdecak, Ragnala terlihat tak senang mendapati kehadirannya di sana, “aku mencari suamiku yang sejak aku bangun tidak ada disisiku. Kamu juga tidak memberiku kabar, kalau bukan Eros aku paksa mengatakan keberadaanmu, aku akan tetap seperti orang bodoh menunggu kamu di kamar.” “Aku ada urusan.” Hanya menjawab sesingkat itu. Bukan Ragnala jika punya rasa bersalah, lalu menjelaskan tanpa diminta. Urusan dimalam pengantin? Apakah ada yang lebih penting dari dirinya? Pikir Fayra. “Dari kapan kamu meninggalkanku?” Fayra menjaga intonasi suaranya tetap stabil, padahal detik itu ia ingin sekali berteriak, menyalurkan luapan emosinya yang masih tertahan lalu mengakibatkan rasa sesak yang lebih mengimpit. “Semalam,” ia menjawab dengan ekspresi datar dan tenang seolah tidak perlu merasa bersalah sudah membuat Fayra sampai mencarinya. Perasaan Fayra langsung terasa sakit mendengar jawabannya, ternyata benar kalau Ragnala meninggalkannya sendirian di malam pertama mereka. Dia menarik lepas tangannya. “Apa menanti malam pengantin kita, kamu tidak seserius saat mengatakannya?” tidak seperti kelakarnya, Fayra jadi menyambungkannya. Kala Fayra merasa begitu gugup setengah mati semalam, sedangkan Ragnala menyelinap pergi untuk bersama orang lain saat ia ketiduran. “Kita kembali ke hotel!” Ragnala enggan menjawabnya. “Aku yang akan kembali, kamu teruskan saja bersama teman-temanmu ini! Sama perempuan itu!” Ragnala berdecak, menatap gadis yang sudah jadi istrinya. “Aku tidak selingkuh di malam pengantin kita, kamu terlalu mudah menyimpulkannya.” “Bagaimana aku tidak menyimpulkan, saat suamiku pergi dari malam pengantin dan aku harus menghadapi pertanyaan keluargaku tentang keberadaanmu?! Tapi, kamu malah di sini bersama perempuan lain!” Kesal Fayra. Bagaimana bisa ia jatuh cinta begitu dalam pada pria sedingin ini? Yang bahkan menganggap sesuatu yang seharusnya sangat penting, jadi ia anggap sepele. “Aku sudah bilang barusan, aku ada urusan penting.” “Ya, terserah. Aku mau kembali ke hotel!” Fayra tetap berbalik pergi. Ragnala menatap punggung istrinya, langsung menyusul dan kembali menahan lengannya. “Aku—Ragnala turunkan aku!” Selanjutnya memekik kencang saat begitu saja tubuhnya diangkat, dia dipanggul dibahunya membuat posisi kepala Fayra mulai pusing. Ragnala memang bersikap acuh, tapi paling tidak bisa diacuhkan oleh siapa pun. *** Ragnala langsung membawanya kembali ke hotel. Fayra bersedekap dengan menahan marah selama perjalanan. Sesampai di hotel, Ragnala biarkan Fayra berjalan di depannya. Bahkan saat berada di lift pun, dia menjaga jarak. Fayra sesekali melirik suaminya, tidak ada usaha untuk merayunya. Jangan harap akan ia dapatkan. Ia melirik Ragnala, tubuh suaminya memang tinggi dan besar dibanding dirinya. Akan mudah mengangkat tubuh Fayra seperti tadi. Lalu Fayra kembali menatap lurus ke depan, memerhatikan posisi mereka yang berdiri berjarak dari pantulan dinding lift. Pernikahan impian, semua yang ada di hari kemarin mulai dari gaun pernikahan, dekorasi hingga lokasi, semuanya sesuai dengan wedding dreame seorang Fayra. Berlatar danau Como, Italia, Fayra dan Ragnala resmi menikah. Tentu saja dengan papanya sendiri, Xabiru Alyan yang menyerahkan Fayra pada laki-laki pilihannya. Rasa haru terasa saat detik-detik pernikahan, terutama saat Papa dengan lantang menitipkan Fayra, memercayakannya pada Ragnala. Dihadiri dua keluarga, pun beberapa kerabat yang jauh-jauh datang untuk merayakan suka cita, bahagianya. Pernikahan ditutup dengan makan malam istimewa penuh nuansa romantis dan intimate. Setelah semua acara selesai, yang ingin Fayra lakukan kembali ke kamarnya dan melepas pakaian serta atribut yang ada ditubuhnya termasuk hapus make up. Ada jeda waktu untuk Fayra juga menyiapkan diri, gaun tidur pengantinnya seputih yang ia gunakan pagi walau lebih berbeda. Fayra pun ingat sempat duduk dengan perasaan gugup. Pun sampai Ragnala muncul, sudah melepas jas lalu melemparnya begitu saja ke sofa. Dia melirik Fayra sekilas sebelum meneruskan langkah ke kamar mandi. Tanpa ada sepatah kata pun. Fayra juga ingat saat semalam pilih berbaring untuk menunggu Ragnala. Namun, rasa lelah membuat kelopak matanya mulai memberat dan tertidur. Semuanya teringat jelas sekarang, sampai pagi tadi ia dibangunkan dering telepon dari sang Mama, barulah menyadari semalaman ia ditinggal sendirian. Sementara itu Ragnala tahu Fayra kesal padanya, sikapnya akan merepotkan bila bertahan hingga nanti bisa bertemu dengan salah satu keluarga apalagi Kakak dari Fayra, menimbulkan kecurigaan yang tidak perlu. Ragnala tetap konsisten diam, membiarkan Fayra memimpin langkah hingga tiba di kamarnya. Ragnala berjalan melewati Fayra, namun Fayra mencekal lengannya. Ragnala hanya terdiam dan memerhatikan saat Fayra perlahan mengikis jarak sambil terus menatapnya. “Kamu tidak akan menjelaskan lebih?” tuntut Fayra kembali. “Aku sudah menjawabnya, kamu mau aku memberi jawaban yang mengada-ngada?” karena memang kenyataannya dia ada urusan penting, Ragnala dari awal mereka dekat tidak suka banyak bicara sekali pun Fayra menuntut penjelasan lebih lagi. “Bukan begitu, kamu meninggalkanku semalaman. Aku butuh penjelasan darimu.” Dia masih tidak terima. “Aku kembali ke hotelku, tidur di sana karena ada tamu penting yang harus kutemui, termasuk yang tadi kamu lihat.” Fayra diam, “kamu bisa beritahuku, bukan pergi begitu saja!” Ragnala berhenti lalu duduk di sisi tempat tidur, Fayra menatap suaminya. Rasanya tetap saja sesak, pernyataan Ragnala tak cukup meredakan kecewanya. “Kalau kamu keberatan kita satu kamar, kamu bisa bicara denganku. Kita akan mengaturnya supaya orang tua dan keluarga kita tidak tahu!” Katanya menutup perdebatan yang tak selesai, Fayra pilih masuk ke kamar mandi. Dia melepas pakaiannya dan berjalan menuju bawah shower. Fayra terdiam sambil mengusap rambutnya, menikmati air yang jatuh mengguyur dari atas kepala hingga seluruh tubuhnya. Apa ia mulai menyesal mencintai Ragnala, dan pilih meneruskan pernikahan ini? Baru hari pertama, terlalu awal saja sudah membuatnya mulai sakit. Suara pintu kamar mandi terbuka, membuat Fayra terkesiap. Dia berbalik dan menemukan Ragnala berjalan ke aranya sambil melepas satu persatu pakaiannya. Fayra memalingkan tatapannya saat Ragnala menurunkan celananya sekaligus, membuat kondisi mereka sama. Ini pertama kalinya untuk mereka berada diposisi saling terbuka. Fayra menahan napas saat merasakan kehadiran Ragnala di belakang tubuhnya, tangan mulai mengusap lembut pinggang sebelum mendekap dan membawanya merapat. Kapasitas air showernya mengecil, Ragnala menunduk dan mencium belakang telinga hingga lehernya yang membuat Fayra merasakan sekujur tubuhnya meremang. “Aku punya alasan lain meninggalkanmu semalam,” Fayra berbalik, berhadapan dengan Ragnala. “Apa?” “Membiarkanmu istirahat, bila aku tetap di sini, kamu tidak akan mendapatkannya.” Jawaban Ragnala membuat kening Fayra mengernyit, ia tidak paham sama sekali, padahal ia pun semalam menantikannya. “Bukankah kamu pergi karena tidak mau menyentuhku?” Ragnala menatap kian lekat sepasang netra indah berbulu mata lentik itu, “menyentuhmu adalah bagian yang paling kunantikan.” “Rag—“ Tak ada waktu menuntut penjelasan lebih, saat Ragnala meraih wajahnya dan langsung menyasar bibirnya. Cumbuan yang menjadi awal dari hubungan baru mereka. Ketika Ragnala mengklaim dirinya sebagai miliknya lebih jauh, Fayra tahu jika tujuan semalam agar ia dibiarkan istirahat sudah benar, karena dia butuh tenaga untuk bisa menyeimbanginya. Beberapa waktu berlalu, hingga pada satu momen Fayra menatap lelaki itu yang terlelap nyenyak, mengabaikan tubuhnya yang terasa lelah dan tak nyaman. Sudut bibir Fayra tersenyum, rasa kesal dan marahnya yang sejak pagi ada menghilang dengan mudah. Dia merapat, memeluk Ragnala sambil bergumam, “seharusnya aku tidak pernah ragu, dan menyesal mencintaimu.” Fayra menemukan posisi nyaman, mulai terpejam, saat itulah mata Ragnala bergantian yang terjaga. Dia mendengarnya mengatakan semua itu. Fayra akan menarik kalimatnya barusan jika tahu, bahkan Ragnala tidak yakin pernikahan mereka akan bertahan selama setahun.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
151.8K
bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
292.3K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
167.4K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
4.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
212.2K
bc

Ketika Istriku Berubah Dingin

read
3.3K
bc

TERNODA

read
192.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook