Di kamar hotel itu, lampu- lampu redup menciptakan bayangan samar di dinding. Asap rokok dari jemari Leo berputar pelan ke udara, seakan ikut menari bersama detak jantung Kayla yang semakin kacau. Tatapan matanya lurus pada pria yang duduk santai di kursi besi balkon itu, seolah semua beban ada di pundaknya seorang diri. "Leo…" suara Kayla parau, nyaris pecah. "Kenapa kamu selalu menaruh jarak sama aku? Padahal aku sudah mengorbankan segalanya hanya untukmu." Leo menoleh sekilas. Ada tatapan dingin bercampur bimbang di matanya. "Kamu tahu ini tidak mudah. Kita bukan dua orang asing. Kita sepupu." "Sepupu?" Kayla melangkah maju, tubuhnya bergetar antara amarah dan kerinduan. "Kamu pikir aku peduli? Aku mencintaimu, Leo. Bahkan … aku sudah mengandung anakmu." Kata -kata itu menusuk jantu