Ł Di ruangan Dokter Marvel. Sejak tadi Mercy harus menerima nasib di mana ia hanya harus (tepatnya, bisa) duduk diam di atas kursi sambil mendengarkan a sampai z bermacam ocehan omelan pria itu alias Marvel tentang adik yang paling ia sayangi. Di satu sisi Mercy sendiri cukup keberatan karena dimiripkan dengan orang yang sudah tak ada lagi di dunia ini alias mati. Tapi di hadapan pria itu seperti ada suatu hal yang entah bagaimana jadi buat ia sama sekali tak bisa membantah atau menyangkal kalimatnya sekalipun itu bukan sesuatu yang benar-benar tepat. Mercy jadi berpikir, apa jadi orang yang pintar itu memang harus seperti ini, ya? Mereka semua seperti akan jadi lebih tua timbang usia mereka sebenarnya. Lihat saja pria dokter yang ada di depannya satu ini, sejak tadi dia sudah bicara ter