KEMBALI KE RUMAH

1054 Words
Sebuah mobil mewah berhenti di depan rumah Septian. Rachel tersenyum sambil terus melanjutkan langkahnya meninggalkan rumah besar yang sudah ditempatinya selama dua tahun bersama Septian. Tidak ada lagi tangis dan air mata. Semuanya telah berakhir. Dia memang mencintai Septian. Akan tetapi, dia bukanlah wanita bodoh yang akan terus bertahan setelah tahu pengkhianatan sang suami. Cukup sudah selama ini dia mengabdi, menjadi istri yang baik dan juga menantu yang baik di hadapan mertuanya. Seorang lelaki berusia empat puluhan keluar dari mobil mewah itu. Lelaki itu dengan sigap meraih koper yang dibawa oleh Rachel, kemudian memasukkannya ke dalam bagasi mobil. Setelah itu, dengan sopan dia menunduk hormat setelah membukakan pintu mobil untuk Rachel. Rachel tersenyum, mengucapkan terima kasih yang langsung dijawab dengan anggukan dan juga senyum pria itu. Wanita yang baru saja memutuskan pergi dari rumah suaminya itu masuk ke dalam mobil mewah tersebut. Tak berapa lama kemudian, mobil melaju meninggalkan rumah penuh kenangan itu. Di depan pintu rumah Septian, lelaki itu beserta Reni dan Dita menatap tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Bener bukan, dugaan mama? Rachel itu pasti selingkuh! Lihatlah! Dia bahkan tanpa tahu malu meminta selingkuhannya menjemput dia di sini!" Reni kembali mengompori Septian. Rasanya, dia sungguh tidak percaya melihat menantunya itu naik mobil semewah itu. Dia saja yang merasa punya banyak uang saja tidak pernah merasakan naik kendaraan mewah seperti yang dinaiki Rachel. "Nggak nyangka ya, Bu. Mbak Rachel ternyata wanita simpanan. Jual diri!" Dita menimpali. Septian yang mendengar ucapan dua perempuan berbeda generasi itu hanya diam tak menanggapi. Dia masih merasa syok dengan kepergian Rachel yang begitu tiba-tiba. Penampilan Rachel yang begitu sempurna mengingatkan Septian pada saat istrinya itu masih bekerja. Rachel sangat cantik. Seandainya saja setiap hari penampilannya seperti itu, mungkin saja dia tidak akan berpaling pada Dita. Ah! Sebenarnya bukan masalah penampilan, memang dasar Septiannya saja yang tidak bisa menahan godaan saat Dita merayunya. Lelaki itu lemah iman. Meskipun dia mengakui jika cintanya hanya untuk Rachel, tetapi, saat Dita menyodorkan tubuhnya secara cuma-cuma, lelaki itu dengan sigap menerkamnya. Cintanya mungkin memang buat Rachel, tetapi, tubuhnya bukan hanya Rachel saja yang menikmati. Memang dasar lelaki baji*ngan! Septian masuk ke dalam rumah. Pria itu masuk ke dalam kamar yang baru saja ditinggalkan oleh istrinya. Baru beberapa menit Rachel pergi dari kamar itu, rasanya seperti ada yang hilang. Septian menatap nanar seluruh penjuru kamar yang biasa ditempatinya bersama sang istri. Semua kenangan yang ada di kamar itu melintas di kepalanya silih berganti. "Sayang ... kamu tidak serius ingin meninggalkan aku bukan?" Septian menatap satu-satunya foto yang masih tersisa di dinding kamar itu. Foto pernikahannya dengan Rachel. Di sana, mereka berdua tersenyum bahagia. Menikah dengan Rachel adalah sebuah kebahagiaan untuk Septian. Wanita cantik yang membuatnya jatuh cinta saat pandangan pertama. "Rachel, maafkan aku. Aku sungguh menyesal karena sudah menyakiti kamu. Tapi, aku juga tidak bisa melepaskan Dita." Septian berucap lirih. Apa dia menyesal dengan kepergian Rachel? Tentu saja! *** Mobil mewah yang ditumpangi Rachel tiba di rumah besar berlantai tiga. Rumah yang jauh lebih besar dan mewah dibanding dengan rumah yang ditempatinya bersama Septian. Sudah lama sekali Rachel tidak pulang ke rumah besar itu. Rumah yang dulu ditempatinya bersama kedua orang tuanya saat mereka masih hidup. Rachel turun dari mobil. Wanita itu menatap rumah besar itu dengan senyum mengembang pada wajahnya. "Akhirnya ... aku kembali pulang setelah sekian lama," ucap Rachel. Wanita itu tidak melepaskan senyumannya. Di depan pintu, beberapa orang wanita berseragam berjejer menyambut kedatangan mereka. "Selamat datang ke rumah, Nona Rachel. Kami senang karena akhirnya Nona Muda kembali ke rumah ini." Lima orang perempuan itu menyapa Rachel dengan ramah, kemudian kembali menundukkan kepala memberi hormat pada sang majikan yang sudah dua tahun ini tidak pernah pulang ke rumah besar itu. Mereka berlima adalah asisten rumah tangga yang bekerja di rumah itu selama bertahun- tahun semenjak kedua orang tuanya masih hidup. Rachel tersenyum melihat sambutan para pekerja di rumahnya "Terima kasih. Mulai hari ini, aku akan menetap di sini." Kelima orang itu tersenyum sambil saling berpandangan. Mereka sangat senang nona muda mereka akhirnya kembali ke rumah itu dan berencana menetap. "Kami akan melayani Nona Muda dengan senang hati." Mereka berkata dengan serempak membuat Rachel tersenyum. Wanita itu masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamarnya. Seorang asisten rumah tangga berjalan terlebih dahulu sambil menarik koper milik Rachel. Kedua netra perempuan itu memindai isi kamarnya. Senyum kembali merekah pada bibirnya. Semuanya masih seperti dulu. Tidak ada yang berubah. Sama seperti saat dia meniggalkan rumah itu sebelum menikah dengan Septian. Rachel merebahkan tubuhnya pada ranjang. Tidak menyangka jika dia akan kembali ke kamar itu sendirian, sama seperti waktu dia meninggalkan. Dulu, Rachel berpikir akan mengakui tentang dirinya yang sebenarnya pada Septian. Dia ingin membawa Septian ke rumahnya. Namun, belum sempat Rachel berterus-terang, Septian justru mengkhianatinya. Rachel sungguh sangat bersyukur karena dia mengetahui lebih cepat tentang kebusukan sang suami. Kalau tidak, mungkin Rachel akan menyesal. *** "Selamat datang ke rumah kembali, Tuan Putri." Seorang lelaki berwajah tampan menghampiri Rachel. "Ryan!" Rachel tersenyum menyambut kedatangan pria itu. Mereka berdua saling berpelukan untuk melepaskan rindu. "Kamu terlihat sangat jelek!" Ryan memindai wajah cantik Rachel yang sudah lama tidak dijumpai. Memang benar apa yang dikatakan Ryan. Rachel yang biasanya sangat cantik kini terlihat sedikit berbeda. "Tidak usah menghinaku!" Rachel terlihat kesal. Apalagi, saat Ryan memeriksa kuku-kuku jari tangannya. Pria itu menggeleng sambil berdecak. "Gila! Demi cinta buta kamu sampai merelakan kuku-kuku cantikmu jadi jelek begini." Dulu, Rachel paling takut kukunya menjadi rusak. Akan tetapi, saat menikah dengan Septian, wanita itu justru rela menjadi babu dan tidak lagi memperhatikan penampilannya. "Lihatlah! Tubuhmu juga tidak terawat. Kurus, kering, keriput di mana-mana. Astaga, Rachel! Ini benar-benar bukan seperti dirimu." Ryan kembali menghina membuat Rachel semakin kesal. Pria yang satu itu memang senang sekali menghina seseorang. Apalagi, jika seseorang itu berkepala batu. Dari awal, dia tidak pernah menyetujui hubungannya dengan Septian. Ryan mengatakan kalau Septian bukanlah orang baik. Akan tetapi, saat itu Rachel tidak mempercayainya. Wanita itu bahkan terang-terangan memusuhi Ryan. Kini, Rachel sangat menyesal. Apa yang dikatakan oleh Ryan ternyata benar. Septian tidak sebaik yang dia pikirkan. "Ryan, aku menyuruhmu ke sini bukan untuk menghinaku. Aku tahu aku salah. Aku ...." Rachel tidak melanjutkan ucapannya. Suaranya bergetar, kedua matanya sudah mengembun. Ryan menatap wanita cantik di hadapannya. Lelaki itu kemudian meraih tubuh Rachel ke dalam pelukannya. "Maafkan aku Ryan, seharusnya dulu aku mendengarkan nasihatmu. Kau benar, Septian ternyata bukanlah pria baik."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD