"Hanya sebatas bayangan saja. Selamanya akan seperti itu! "ujar Sony tegas, lalu masuk ke dalam dan kembali keluar dari kamar hotelnya, dengan pakaian yang sudah rapi, dan tentu dengan tangan yang sudah memeluk Maura, sang kekasih dari sampingnya.
Sony langsung melewati tubuh Dea yang masih berdiri termenung karena masih tidak percaya dengan pernyataan Sony yang tidak akan mencintai dirinya.
Setelah cukup lama Dea hanya diam saja, Dea pun mulai membawa langkahnya menuju ke mobil, dan Dea kembali menekan dadanya saat melihat Sony ada di kursi belakang bersama Maura.
"Jadi ini ceritanya aku yang akan berkencan dengan tunangan ku, atau aku yang akan mengantar tunangan ku berkencan dengan wanita lain. "Gumam Dea dalam hati sambil tersenyum kecut, lalu menyalakan mobilnya untuk segera pergi.
Selama perjalanan, Dea menatap lurus ke depan, mencoba untuk tegar saat mendengar decapan di kursi belakang, dimana Sony dengan tanpa perasaan b******u mesra dengan kekasihnya.
"Sony, jangan seperti ini, di depan kan ada tunangan kamu. Aku tidak enak sama dia, "kata Maura mencoba menyudahi permainan bibirnya dengan Sony.
"Tidak apa-apa. Dia mengerti kok. Lagian dia juga tidak lupa kalau aku punya kekasih, yaitu kamu. "Ujar Sony dengan nada lembutnya, membuat Maura langsung mencuri pandang untuk melihat reaksi Dea, yang ternyata Dea tetap dengan wajah datarnya.
"Dea, kamu baik-baik saja kan, tidak apa-apa kan kalau aku sama Sony begini? "tanya Maura yang seperti merasa bersalah dan tidak enak hati pada Dea.
"Tidak masalah. "Jawab Dea datar, dan memarkirkan mobilnya di parkiran setelah sampai di restoran mewah. Dengan penuh perhatian, Sony membantu Maura keluar dari mobil, dan saat Maura menyuruh Sony untuk membantu Dea juga, Sony langsung menolak.
"Kasian Dea, pasti dia berharap untuk di perlakukan seperti aku, "kata Maura saat melihat Dea turun sendiri dari mobil tanpa di bantu Sony.
"Dia bisa melakukannya sendiri, karena dia tipe wanita yang kuat dan pemberani. Sudah, ayo masuk. "Ujar Sony yang langsung mengajak Maura masuk, dan membiarkan Dea berjalan sendirian di belakangnya.
Jujur saja Dea tidak sekuat yang dikatakan oleh Sony. Dea juga wanita biasa yang bisa sakit hati, kecewa, dan merasa masa depannya hancur karena telah mencintai pria yang salah. Saat ini, bagi Dea, pertunangan ini hanyalah sebuah belati yang berhasil menancap di hatinya, dan membuat hatinya hancur, bukan kebahagiaan dan kesenangan yang ia dapatkan seperti bayabgannya dulu. Sesakit inikah mencintai sendiri, beribu-ribu cinta yang ia miliki untuk Sony, namun setetes saja ia tidak mendapatkan cinta dari Sony. Sony menyiram seluruh cintanya pada wanita lain, yaitu Maura, kekasihnya, dan selamanya akan seperti itu, pikir Dea.
Bagaimana Dea tidak berpikir demikian, saat Dea memergoki Sony sedang bertukar keringat penuh kenikmatan di hotel, Sony tidak merasa bersalah atau hanya sekedar minta maaf, bahkan dengan terang-terangan b******u mesra kekasihnya di depan matanya langsung, seakan-akan menunjukkan pada seluruh dunia, termasuk dirinya kalau Sony begitu sangat mencintai Maura, ditambah sekarang Dea harus menyaksikan perhatian Sony pada Maura, sedangkan pada dirinya hanya menatap dengan jijik.
Dea mencoba untuk menguatkan hatinya, dan tidak memperlihatkan luka di hatinya.
Setelah kencan buta itu selesai, lebih tepatnya kencan itu dinikmati Sony dan kekasihnya, tidak dengan Dea, karena Dea hanya jadi bayangan saja, Tiba-tiba hujan turun dengan begitu derasnya, hingga rasa dingin mulai menembus kulit putih mulus Dea, membut Sony yang melihat Dea kedinginan, langsung melepaskan jasnya, dan seketika Dea tersenyum saat melihat Sony melepaskan jasnya.
"Terimakasih, Sony. "Kata Dea dengan senyum yang mulai merekah dari bibir indahnya. Sayangnya seketika senyuman itu berubah jadi tangisan saat melihat Sony memakaikan jasnya pada Maura, yang Dea kira jad itu untuk dirinya. Sony tidak menjawab ucapan terimakasih Dea, dan memilih membalas senyuman Maura yang tengah tersenyum pada dirinya karena sudah tidak merasa dingin lagi.
"Ayo, pulang! "dengan tanpa memikirkan Dea yang akan kehujanan, dengan teganya Sony mengajak untuk pulang. Dea ikut berdiri dan terpaksa menerobos hujan deras mengikuti langkah Sony dan Maura dari belakang.
"Antar Maura pulang dulu sebelum kita pulang. "Kata Sony sebelum Dea menyalakan mobilnya.
Tanpa mengelap air hujan yang membasahi tubuhnya, Dea langsung menancap pedal gas mobilnya menuju ke rumah Maura, sebelum pulang.
Dan saat menuju ke rumahnya, Sony dan Dea berganti posisi. Sony yang bawa mobilnya.
Sesampainya di rumah Kakek Irawan, Irawan langsung mendekati mobil yang membawa Dea dan juga Sony dengan tatapan penuh kemarahan.
"Sony, apa yang kamu lakukan pada Dea...