Ch-5

1040 Words
"Hai nona manis?" Sapa Delon ketika sudah berdiri di depan Lidia Natalia. Wanita itu segera menoleh ke samping melihat siapa yang menyapa dirinya. "Astaga? Awhhhh.. Delon.. tampannya.. emmhhh!" Rajuk-nya sambil berdiri dari kursinya. Tanpa ragu-ragu Lidia mengalungkan kedua tangannya di belakang lehernya. Delon tersenyum kemudian mendekatkan wajahnya di sisi wajah Lidia. "Ikut Delon sebentar mau? Fiuuh!" Ujarnya iseng-iseng saja, seraya meniup lubang telinganya. "Ahhhhh.. Delonn.. emmhhh.. kemana sayang?" Rengeknya seraya menempelkan ujung hidungnya di pipi sang Atlet. "Ke tenda Delon." Bisiknya sambil mengusap area sensitif Lidia Natalia, yang masih terbalut rapat dengan celana jeans ketat. "Akkhhh... Emmhhh..awhhh.. geli sayang.. ahhhhh.. emmhhh." Lidia tidak ragu mendesah-desah seraya menggigit daun telinga Delon juga meremas-remas kedua bahunya. Dalam bayangan Lidia Natalia pria itu pasti sangat pandai memuaskan birahinya. Apalagi tubuhnya sangat atletis dan berotot. Dia sangat bersemangat ketika pria itu menarik pergelangan tangannya agar mengikutinya masuk ke dalam tenda tempat pria tersebut beristirahat. "Delon buka ya?" Bisiknya di telinga Lidia. "Hem ehhh.." Rajuk Lidia yang sudah bersiap untu bermain. Saat pria itu menarik resleting celananya turun, Lidia sangat terkejut. Awalnya dia pikir pria itu memiliki ukuran melebihi Leno putra tirinya, tapi malah setengahnya pun tidak ada! Lidia agak ragu-ragu ketika pria itu mulai bemain dengannya. Karena ukuran yang jauh di bawah rata-rata tersebut membuatnya sedikit kesulitan untuk meraih klimaksnya. Dugaan Lidia benar, wanita itu tidak bisa mencapai apa yang dia mau lantaran Delon terlalu lemah dalam permainan tersebut. Lidia segera kembali dengan perasaan kecewa. Wanita itu terus meracau di dalam hatinya lantaran sangat kesal sekali. "Ah.. tahu begini, mendingan nggak usah!" Gerutunya kesal, dengan wajah bersungut-sungut. Menenteng tasnya bersiap keluar dari dalam tenda. "Sorry ya sayang, besok pasti Delon puasin." Ujar pria itu sambil tersenyum mengusap punggung Lidia. "Nggak perlu mas.. emmhhh.. makasih..ya..sudah ngajakin Lidia..emmhhh.." Tersenyum sambil mencubit pipi pria di sampingnya. Lidia bergegas keluar dari dalam tenda tersebut, dan dia segera menghentikan taksi agar secepatnya sampai di rumah kontrakannya. Sampai di sana wanita itu segera melanjutkan misi-nya yang tadinya sempat tertahan gara-gara Delon hanya mampu bertahan selama dua menit. Lidia Natalia masuk ke dalam kamar mandi mulai membasuh seluruh tubuhnya, dengan memperbanyak busa sabun, wanita itu mulai menuntaskan apa yang tidak dia dapatkan dari Sang Atlit. Desahan Lidia terdengar keras sekali sampai ke ruang tengah. Leno yang baru pulang hari itu mendengar mama tirinya terus menerus mendesah di dalam kamar mandi, dia tahu pasti Lidia sedang melakukan sesuatu untuk memuaskan apa yang wanita itu inginkan. Tanpa mengetuk pintu pria muda itu masuk ke dalam kamar mandinya, yang tak pernah Lidia kunci. Pandangan matanya di sambut tatapan erotis dari Lidia yang sedang melakukan sesuatu untuk mencapai ke puncak. Lidia senang sekali karena Leno sudah pulang dia mencoba mengusir rasa kesalnya dengan mencari solusi yang lain. Lidia segera memakai kembali bajunya lalu menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. Keduanya makan malam bersama. Lidia tidak ingin menceritakan semua kejadian yang dia alami bersama dengan geng serigala serta Delon sang atlit yang sudah membuatnya kecewa. “Bagaimana acaranya Ma? Seru?” Tanya Leno di sela acara makan malam tersebut. “Seru Len.” Sahutnya dengan suara pelan sambil menekuk wajahnya. Leno tidak mengerti apa yang terjadi dengan Lidia Natalia selama berada di acara pacuan kuda. Melihat semburat kesal dari raut wajahnya sudah jelas kalau wanita itu sangat kecewa. Leno juga merasa tidak enak jika terus mengejar Lidia dengan banyak pertanyaan. Usai makan malam Lidia segera mencuci perabotan dapur. Lalu mengambil setumpuk baju dari ruang belakang. Wanita itu mengangkat kain jemuran membawanya masuk ke dalam rumah. Lidia Natalia duduk di ruang tengah, wanita itu mulai melipatnya satu-persatu. Wajah Lidia terlihat lelah sekali setelah menyelesaikan pekerjaannya. Belum lagi dia harus merapikan dengan menyetrika semua baju putra tirinya tersebut. “Leno? Mama tidur dulu.” Pamitnya pada Leno yang sedang asyik melihat tayangan sepak bola di televisi. Pria itu hanya menganggukkan kepalanya melihat Lidia berlalu masuk ke dalam kamar. Tak lama kemudian Leno menyusulnya masuk, pria itu duduk di tepi tempat tidur Lidia. Dia melihat Lidia terjaga saat pria itu menyentuh lengannya perlahan. “Kenapa? Kamu butuh sesuatu?” Tanya Lidia sambil mengusap kedua matanya. Wanita itu bersiap bangun untuk mengambilkan sesuatu. Pikirnya Leno akan memintanya untuk membuat minuman hangat seperti biasa. “Nggak Ma. Leno hanya ingin bicara sebentar sama Mama. Mama rebahan saja tidak apa-apa.” Lidia kembali menarik selimut lalu rebah di atas tempat tidurnya. “Katakan saja, ada apa?” Tanya wanita itu seraya menguap karena sudah sangat mengantuk. “Leno ingin membayar pelayan saja di rumah ini. Supaya Mama tidak terlalu lelah mengurus banyak pekerjaan.” Ucapnya dengan hati-hati karena cemas Lidia tidak senang dengan keputusannya tersebut. Lidia mengangguk perlahan, tapi tidak bilang kalau dia setuju. Satu detik berikutnya Lidia mengambil telapak tangan Leno lalu diletakkan pada sisi pipi kanannya. “Mama mau saja, tapi lebih baik mama sendirian di sini. Karena mama tidak ingin hubungan antara kita berdua menjadi bahan olokan di depan banyak orang.” Ujarnya sambil tersenyum lembut. Leno mengangguk kecil lalu mengecup keningnya. “Leno mandi dulu.” Pamitnya sambil beranjak berdiri dari tepi tempat tidur Lidia Natalia. Pria itu melangkah menuju ke ruang belakang untuk membersihkan tubuhnya. Leno masih memikirkan hubungan gelapnya dengan mama tirinya tersebut. Sejak awal dia tahu kalau semua yang mereka lakukan tidak benar. Akan tetapi, dia juga tahu kalau papa kandungnya tak sekalipun pernah menyentuh mama tirinya tersebut. Leno berpikir untuk menikahi Lidia suatu hari nanti. Mengakhiri hubungan mereka yang terus berlangsung tanpa memiliki status apapun selama ini. “Aku mencintaimu Lidia, aku ingin kita tetap bersama hingga akhir nanti.” Bisik pria itu dalam suara pelan seraya menengadah menatap ke langit-langit kamar mandi. Air masih mengguyur deras tubuhnya. Usai membersihkan tubuhnya Leno melangkah menuju ke arah ruang tengah, pria itu melihat pesan masuk pada ponselnya. Ibu tirinya Rosa, memintanya untuk menjenguk Hendra. Wanita itu bilang kalau dia harus segera pulang karena kondisi Hendra semakin hari semakin memburuk akhir-akhir ini. Leno malas sekali membalas pesannya. Pria itu hanya membaca pesan tersebut tanpa ada keinginan untuk membalasnya. “Apaan sih Si Rosa! Orang kemarin aku telepon sama Papa katanya dia nggak apa-apa kok. Pasti cuma alasan dia saja supaya aku mau pulang ke rumah.” Serunya seraya mengganti handuk menggunakan baju piyama tidur. Pria itu masuk ke dalam kamar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD