04 - Dikhianati

1550 Words
Aurora tidak ingin membuang-buang waktu dan berlama-lama lagi, dia langsung to the point saja, walaupun sebenarnya dia merasa tidak tega melihat darah disudut bibir Sam, namun, dia tidak ingin menunjukkan perasaan bersalahnya itu. Apalagi dengan melihat wajah Sam yang terlihat jelas sangat tidak bersahabat terhadapnya, membuatnya merasa takut. "Apa maumu? Kenapa ingin bertemu denganku!" Ketus Aurora langsung tanpa basa basi lagi, dengan wajah yang sangat serius. Sam yang terlihat jelas sangat kesal, marah bercampur emosi, terus saja menatap intens dengan sepasang manik yang merah, rasanya ingin sekali dirinya melampiaskan amarahnya, kalau saja tidak mengingat bahwa Aurora adalah seorang gadis. Dia masih berusaha untuk menahan dirinya, sambil mengepalkan kedua tangannya. Dia menghela nafas dengan frustasi, 'Apa wanita ini hanya berpura-pura lugu dan tidak tau apa yang sudah terjadi karena perbuatannya? Aku paling benci dengan gadis yang sok naif sepertinya, begitu memuakkan, penampilannya dikampus terlihat seperti gadis culun, sementara diluaran sana, dia sangat jauh berbeda. Sangat konyol, begitu memuakkan, aku yakin bahwa dirinya lah yang dengan sengaja menyebarkan foto-foto kebersamaan kami.' Batin Sam yang memang tidak percaya sama sekali dengan Aurora. "Tentang foto kamu kan yang menyebarkannya? Aku tau kamu ingin terkenal dikampus ini, sampai-sampai berani melakukan hal bodoh seperti itu. Aku paling benci melihat gadis sepertimu." Seru Sam sambil memegang kedua bahu Aurora. Aurora membelalakkan kedua matanya dengan tidak percaya, Dia tidak percaya bahwa pria dihadapannya itu malah sembarangan menuduhnya melakukan hal sama sekali tidak pernah dilakukannya. Bahkan dirinya sendiri saja syok dengan foto kebersamaan mereka yang saat ini sedang beredar luas. "Kamu gila?" Ketus Aurora sambil menepis kedua tangan pria dihadapannya itu dengan kasar. "Lalu siapa kalau bukan kamu!" "Dengar baik-baik, aku dikampus ini hanya ingin berkuliah saja, tanpa ingin membuat masalah sama sekali. Bahkan aku tidak ingin mengetahui semua hal bodoh yang terjadi. Sangat menggelikan bila kamu menuduhku melakukan hal konyol seperti itu hanya untuk aku terkenal? Kalau emang tujuanku dari awal ingin terkenal, aku tidak akan berpenampilan culun seperti ini, aku tidak ingin banyak orang mengenalku, kamu kira aku ingin bertemu denganmu? Bahkan aku tidak pernah berpikiran sejauh itu, kalau saja aku bisa mengulang waktu lagi, aku tidak akan sudi untuk pergi kemarin malam bila kejadiannya akan sampai seperti ini!" Terlihat jelas bahwa Aurora sangat marah, dia masih tidak menyangka akan dituduh seperti ini. Tentu saja Sam tidak dengan mudah mempercayai ucapan Aurora, dia masih berpikiran bahwa semua yang sudah terjadi adalah perbuatan gadis dihadapannya. "Aku akan mencari tau kebenarannya, tapi kalau sampai kamu, aku tidak akan tinggal diam saja! Aku akan membuat sisa waktumu dikampus ini seperti di neraka!" "Silahkan saja! Cari tau secepatnya! Aku tunggu sampai minggu ini, kalau sampai kamu tidak bisa membuktikan apapun juga, kamu harus rela meminta maaf kepadaku dihadapan semua orang karena sudah menuduhku dengan perbuatan yang sama sekali bukan aku pelakunya." Balas Aurora, entah apa yang membuatnya begitu berani membalas setiap ucapan pria menyebalkan dihadapannya itu. Bukan berarti selama ini dia diam saja orang lain bisa menfitnahnya seenaknya? Apalagi dituduh dengan perbuatan licik yang tidak dia yang melakukannya, begitu menyebalkan. "Oke sepakat!" Sam mengulurkan tangannya. Aurora hanya menatapnya, tanpa ingin membalas untuk menjabat tangan Sam sama sekali. "Oke!" Setelah itu, dia pergi dengan cepat dengan perasaan campur aduk, rasanya untuk melihat wajah pria itu aja membuat emosinya meluap-luap. Seketika wajah tampan Sam menjadi tidak berarti apa-apa untuknya. Seperti biasanya kalau sedang emosian seperti ini, pasti Aurora pergi ke tempat favorite nya hanya untuk menikmati ice cream kesukaannya, rasanya kepalanya begitu panas saat ini. Tidak seperti biasanya, kali ini dia memesan semangkuk ukuran besar ice cream vanila. Dengan rakusnya dia menikmatinya sambil kembali mengingat bagaimana pria menyebalkan itu menatapnya, tatapan penuh dengan kebencian. "Dia pikir dia itu siapa? Percuma saja tampan kalau kelakukannya minus seperti itu!" Aurora terus saja mengomel-ngomel seorang diri, tanpa sadar semangkuk besar ice cream pesanannya sudah habis begitu saja. **** Sejak kejadian itu, Sam sama sekali tidak bisa menghubungi kekasihnya, Cantika. Rasanya dunianya seketika runtuh. Sudah ratusan chat dia kirimkan, tapi hanya dibaca tanpa dibalas sama sekali, teleponnya terus di riject oleh gadisnya. Sam berusaha untuk mendatangi kekasihnya di Apartemen pemberiannya, namun, Cantika tidak ingin membuka pintu sama sekali, Bunga pemberiannya pun dibuang ditempat sampah oleh gadisnya. Dirinya terlihat sangat frustasi, dia ingin meminta maaf secara langsung kepada kekasihnya. Namun, semua jalan dan usahanya sia-sia. Ini adalah hari ke 5 dia berusaha untuk meminta maaf, namun, kekasihnya masih tidak ingin menemuinya. Sam sudah berada ditempat parkiran Apartemen Cantika dengan membawa seikat mawar merah berukuran besar, dengan membawa sebuah kalung berlian sebagai permintaan maafnya. Biasanya bila dia melakukan sebuah kesalahan, perhiasan dan black card kartu no limit miliknya sangat ampuh untuk mendapatkan sebuah senyuman dari kekasihnya. Dia sudah membayangkan betapa senangnya hal itu, saat dia ingin membuka pintu mobil, dari kejauhan dia melihat Cantika yang sudah berdandan sangat cantik, seksi berjalan keluar lalu masuk kedalam sebuah mobil, tapi mobil itu bukan miliknya. Seketika Sam diselimuti rasa penasaran. Dia mengikuti terus kemana mobil itu pergi. Begitu banyak pertanyaan yang saat ini dikepalanya, tapi dia masih berusaha untuk berpikiran positif kepada kekasihnya itu. Apalagi selama ini Cantika lah yang sudah menemani, mengerti dan tidak ingin hubungan mereka berdua dibuka di publik, dengan alasan pasti akan menyulitkan Sam nantinya. Gadis itu juga rela, kalau dikampus berpura-pura tidak saling mengenal satu sama lain, walaupun sebenarnya Sam tidak ingin memiliki hubungan tersembunyi seperti itu. Tapi, dia secara perlahan mulai mengerti mengapa kekasihnya melakukan semua ini. Cantika yang cantik, seksi, manja dan perhatian, populer, model terkenal berkat bantuan dari Sam. kariernya kian cemerlang membuat hidupnya sangat sempurna. Bagaimana tidak sempurna? Memiliki hidup yang diimpikan bahkan diinginkan oleh para gadis seusianya. Apalagi kalau sampai satu kampus mengetahui bahwa dialah kekasihnya seorang Sam. Sudah bisa dipastikan bahwa derajat sosialnya akan semakin tinggi. Mobil yang sejak tadi diikutinya dari belakang telah menepi, Sam pun menepikan mobilnya dengan tetap menjaga jarak supaya tidak terlihat oleh Cantika. "Dion?" Serunya dengan syok. Sejak kapan teman dekatnya yang begitu pendiam terhadap para gadis itu malah jalan bareng dengan kekasihnya secara diam-diam dibelakangnya? Dia masih tidak habis pikir, kecurigaannya semakin besar ketika melihat Dion membukakan pintu mobilnya lalu mempersilahkan Cantika turun sambil mengecup tangannya. Keduanya saling berpandangan dan saling tersenyum satu sama lain. Begitu menyakitkan, tepat dihadapannya dia melihat kekasihnya berselingkuh dengan teman baiknya yang sudah dianggapnya sebagai saudaranya sendiri sangking dekatnya. namun, tega mengkhianatinya seperti ini. Sam masih berusaha untun mencerna apa yang sedang terjadi. Dia menggelengkan kepalanya, masih berusaha untuk berpikiran positif kepada kedua orang dihadapannya itu, rasa cinta yang dimilikinya kepada Cantika membuatnya tidak bisa menerima kenyataan yang sudah sangat jelas dihadapannya itu. Setelah melihat Dion dan Cantika berjalan memasuki mall, Sam pun turun dari mobilnya, bergegas menyusul keduanya masuk kedalam. Sam tetap berjaga jarak dengan keduanya agar tidak ketahuan, dia secara diam-diam malah merekam kebersamaan Dion dan Cantika dengan hati yang sangat hancur. Keduanya terus berpegangan tangan, sambil sesekali Dion membelai rambut Cantika, terlihat jelas gadis itu menikmatinya, lalu dengan manjanya malah bersender di bahu Dion. "Bagaimana bila ada yang melihat kita berdua?" Tanya Dion. "Aku yakin Sam akan lebih percaya kepadaku, daripada melihat sebuah foto yang tidak jelas bukan? Bahkan saat ini dia sudah kebingungan saat aku mengabaikannya." Cantika terlihat begitu percaya diri, dia merasa Sam sudah sangat mencintainya, bahkan walaupun dia ketahuan jalan dengan pria lain, dia akan bisa menjelaskannya dengan baik lalu membuat Sam mempercayainya kembali. "Aku tidak percaya bahwa kamu begitu memanfaatkan sahabatku itu!" Balas Dion lalu keduanya saling tertawa. "Dia yang terlalu bodoh!" "Apa kamu tidak akan menyesal kalau nanti Sam mengetahui tentang kita?" "Hmm, kenapa harus menyesal? Kamu menyesal tidak menjalani hubungan diam-diam denganku selama hampir setahun ini?" Dion menggeleng, "Aku bahkan tidak menganggapnya seperti sahabatku! Aku terlalu mencintaimu, Cantika." Rasa cintanya kepada gadis itu membuatnya gila hingga rela kehilangan seorang sahabat terbaiknya seperti Sam yang sudah dengan tulus menerimanya dan menganggapnya sebagai seorang saudaranya sendiri karena hidup Sam yang teramat kesepian. Hanya bersama dengan Dion lah dia bisa menjadi dirinya sendiri, keduanya bisa selepas itu jika sedang bersama. Saling melengkapi kekurangan masing-masing. Hingga suatu ketika Cantika muncul dan membuat Dion juga secara sembunyi-sembunyi menyukai kekasih sahabat baiknya itu. "I see, me too, Dion." Mereka berdua tidak mengetahui bahwa sejak tadi ada yang sedang mendengarkan obrolan keduanya. Rasanya saat ini Sam ingin sekali mendatangi kedua pengkhianat itu, namun, dia masih menahan dirinya. Dia bersumpah akan membalas Dion maupun Cantika dengan cara yang jauh lebih menyakitkan hingga membuat keduanya menyesal karena sudah mempermainkan dirinya. Dia masih mengikuti keduanya sampai malam, hingga dia melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Dion berjalan masuk kedalam Apartemenn Cantika. Sam seperti orang bodoh selama ini karena sudah mempercayai keduanya. Sam yang bodoh, malang dan sangat menyedihkan malah menunggu seorang diri di parkiran hingga pagi. Dia terus saja memutar ulang video kebersamaan Cantika bersama Dion sambil menunggu sosok pria itu muncul ditempat parkiran. Rasanya sekujur tubuhnya melemah seolah tak berdaya saat ini, airmatanya keluar begitu saja. Sakit? Tentu saja sangat menyakitkan melihat dua orang yang paling disayangnya setelah kedua orang tuanya itu malah tega berselingkuh dibelakangnya. Dia melihat jam tangannya yang kini sudah menunjukkan pukul 6 pagi, masih belum ada tanda-tanda kemunculan Dion. Dia menghela dengan kasar sambil menggenggam kedua tangannya. Dia merasa seperti orang bodoh yang bisa dipermainkan seenaknya saja oleh Cantika dan Dion. "Oke, sudah cukup! Semua sudah berakhir sekarang." Serunya lalu menghidupkan mesin mobilnya dan melaju meninggalkan tempat parkiran di Apartemen Cantika dengan perasaan yang campur aduk.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD