Prolog

306 Words
        Cerita ini adalah new version dari cerita pertama saya, yang berjudul ‘Daddy, I Love You’ saya harap kalian bijak dalam membaca. Tapi, banyak perbedaan antara Daddy I love you dan Mi Amor.             *olc*           Sarah Anderson seorang gadis berusia 10 tahun, harus merasakan kehilangan kedua orangtuanya untuk selamanya. Ia tidak mempunyai keluarga lagi, ia hidup sebatang kara beberapa hari yang lalu.         Rumahnya yang besar peninggalan orangtuanya, hanya ditinggali oleh Sarah dan kedua pembantunya, ia tidak tahu harus berbuat apa setelah ini, umurnya masih sangat muda untuk mengetahui hal-hal orang dewasa.         "Sarah."         Merasa namanya dipanggil, gadis berusia sepuluh tahun itu menoleh ke arah orang yang memanggil namanya.         Sarah mengembangkan senyumannya, menatap pria berusia 25 tahun berdiri di depan pintu kamarnya, menatapnya dengan senyuman manis khas pria itu. Sarah langsung berdiri dan berlari memeluk pria itu.         "Papi Ferran!" teriaknya penuh kesenangan, melihat Papinya berada di sini dan sekarang memeluknya.         Sedari kecil Sarah selalu memanggil Ferran dengan sebutan Papi, bagi Sarah, Ferran adalah ayah kedua untuknya. Dan berharap menjadi anak Ferran. Walau usia mereka hanya terpaut 15 tahun.         Ferran tersenyum memeluk Sarah—gadis kecilnya yang sangat disayangi olehnya. Ferran merasa sangat menyesal, beberapa hari kematian dari kakak angkatnya, dan ia baru datang ke Indonesia hari ini.         "Sarah, Sarah mau ikut sama Papi, tinggal dengan Papi di Spanyol." Ferran sangat berharap Sarah mau ikut dengannya.         Ferran tidak tega membiarkan Sarah sendirian di rumah sebesar ini tanpa wali yang mengawasi Sarah.         Sarah mengangguk, kemudian memeluk Ferran kembali dengan tangisan menjadi. Sarah sangat bersyukur memiliki Ferran. Pada awalnya, Sarah ingin minta diantarkan ke panti asuhan pada pembantunya, agar ia tidak merasa sendirian.         "Sarah mau. Sarah ingin ikut Papi. Sarah nggak mau sendirian," ucap Sarah.         Ferran menghapus air matanya, seharusnya anak seusia Sarah merasakan bagaimana kasih sayang orangtua, bukannya kehilangan orangtua begitu cepat.         "Sarah akan merasakan kasih sayang. Kasih sayang dari Papi. Sekarang Papi adalah orangtua Sarah," ujar Ferran mencium pipi Sarah.         "Sarah sayang Papi," ucap Sarah tulus.             *olc*  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD