Part 01

987 Words
   Sarah tersenyum melihat mansion yang sering dikunjunginya bersama Mama dan Papanya ketika mereka masih hidup. Mama dan Papanya, selalu membawanya ke Spanyol mengunjungi Ferran yang berkuliah di sini dan meng-handle perusahaan di sini. Ferran mengandeng tangan Sarah memasuki mansion. Umurnya dua puluh lima tahun, namun, sudah disuruh oleh Papanya untuk memimpin perusahaan. Awalnya Ferran menolak, tapi, Papanya yang tidak bisa mempercayakan perusahaan pusat di Spanyol. Dengan terpaksa Ferran menerima keputusan Papanya. Ferran adalah anak yang sangat cerdas. Di umur 19 tahun, dirinya sudah menyelesaikan S1 dan sekarang dirinya sudah mengelola perusahaan orangtuanya di Spanyol, dan perusahaan orangtuanya sudah berkembang pesat berkat dirinya. "Sarah mulai sekarang kamu tinggal di sini. Kamar kamu ada di lantai dua dan kamar Papi berada di sebelah kamar kamu," ucap Ferran dan menunjuk kamarnya dan kamar Sarah. Ferran membawa Sarah masuk ke kamar gadis kecil itu. Sarah yang melihat kamarnya merasa sangat takjub, warna Pink-White yang sangat cantik dan membuat Sarah sangat nyaman. "Papi, ini bagus banget! Sarah suka!" teriak Sarah berlari ke arah ranjang dan menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Gadis kecil itu sangat menyukai kamar barunya. Banyaknya boneka dan televisi besar membuatnya semakin mencintai kamarnya ini. Ferran yang melihat raut bahagia dari Sarah, menghampiri gadis itu dan membaringkan tubuhnya di samping Sarah. "Kamu jangan sedih lagi, Papi nggak suka lihat kamu nangis dan bersedih. Vamos, sonríe." Vamos, sonríe : Ayo, tersenyum. Sarah mengangguk, dirinya akan tersenyum terus dan tidak akan bersedih lagi. Mengingat dirinya sekarang sudah mempunyai Ferran yang menyayangi dirinya. "Sarah janji. Sarah nggak bakalan sedih lagi." Sarah memeluk Ferran dan membenamkan wajahnya di dada bidang pria itu. Ferran membalas pelukan gadis kecil yang dianggapnya adik ini. Sudah sekian lama dirinya ingin adik perempuan, dan pada akhirnya ia bisa mendapatkan adik dari kakak angkatnya. Dan Sarah akan menjadi anaknya yang penurut. "Kalau begitu, Papi keluar dulu. Papi ingin menyelesaikan beberapa pekerjaan dan kamu bisa memulai sekolah minggu depan," ucap Ferran sembari tersenyum manis. Sarah mengangguk, tidak sabar melihat sekolah barunya dan teman-teman barunya nanti. Sarah tidak sulit mengerti bahasa Spanyol, karena sedari kecil dirinya sudah diajarkan bahasa Spanyol, Inggris, Mandarin, dan Arab. "Descansa un poco querido," ucap Ferran dan mencium kening Sarah. Descansa un poco querido : Istirahatlah sayang Sarah mengangguk dan mulai memejamkan matanya. Ayah dan ibunya tidak akan khawatir padanya, karena Ferran menyayangi Sarah bagaikan putrinya sendiri. Walau pria itu tidak pernah menikah dan Ferran akan belajar mempunyai seorang putri. *** "Tedja, apakah kau sudah mengurus surat-surat kepindahan Sarah?" tanya Ferran pada orang kepercayaannya. Tedja—orang kepercayaan Ferran mengangguk, menyerahkan dokumen-dokumen kepindahan Sarah. Sarah akan menjadi orang Spanyol sepenuhnya, bila gadis itu menetap di Spanyol 5 tahun. "Saya sudah mengurus semuanya. Nona Sarah akan mendapatkan sekolah terbaik di sini," jawab Tedja. Ferran mengangguk, Ferran tidak mau untuk Sarah yang biasa-biasa saja. Dirinys akan memberikan semua fasilitas untuk Sarah dan yang terbaik. Ferran juga akan membelikan mobil khusus untuk Sarah dan supir pribadi untuk gadis kecilnya itu. "Aku ingin semuanya yang terbaik." "Saya akan mengusahakannya Tuan. Oh ya, Anda ada pertemuan dengan klien dari Ukraina hari ini jam 2 siang," ucap Tedja melihat jamnya yang menunjukkan pukul 12 siang. Ferran mendesah kasar. Padahal dirinya baru tiba dan tidak ada istirahat sama sekali, malah harus menemui klien. Bisakah dirinya menunda pertemuan itu? "Tak bisakah menunda pertemuannya? Aku sangat lelah." Tedja menggeleng, "tidak bisa. Mereka ingin jam 2 dan mereka tidak mau menunda." Ferran mengeram kesal dan berdiri dari tempat duduknya, masih ada dua jam lagi. "Pergilah, nanti kalau sudah mendekati waktu pertemuan kau panggil saya. Saya ingin beristirahat sebentar." Tedja mengangguk, dan keluar dari ruang kerja Ferran. Tedja tahu kalau pria itu sangat lelah, perjalanan Indonesia ke Spanyol bukanlah waktu sebentar. Tadi Tedja juga sudah mengatakan pada klien kalau pertemuannya ditunda, tapi, mereka tidak mau. Setelah kepergian Tedja, Ferran membaringkan tubuhnya di atas sofa dan memejamkan matanya. Ferran hanya ingin tidur sebentar saja. Ferran sangat lelah harus bolak-balik Spanyol-Indonesia, Indonesia-Spanyol. Kalau tidak memikirkan proyek itu sangat penting, pasti Ferran akan mengabaikannya. *** Sarah mengelilingi mansion ditemani oleh salah satu pelayan yang diperintahkan oleh Ferran menemani dirinya. Pria itu sudah pergi sejam yang lalu, dan berpesan pada Sarah agar tidak pergi sendirian dan selalu ditemani oleh pengawal dan pelayan. Sarah awalnya tidak mau ada pengawal, tapi, mengingat pesan Ferran kalau Sarah tidak tahu menahu tentang Spanyol. Banyak orang jahat yang berkedok sebagai orang baik awalnya. Ferran tidak mau Sarah celaka. "Apakah buah apel itu boleh dipetik?" tanya Sarah pada pelayan di samping kanannya. Di mansion Ferran terdapat kebun buah khusus untuk orang-orang mansion dan keluarga Ferran yang datang dari berbagai daerah atau luar negeri. "Tentu saja Nona. Buah itu selalu kami petik dan kami jadikan untuk membuat kue, minuman, dan lainnya." Sarah sangat senang mendengarnya. Sarah berlari menghampiri pohon apel yang berbuah sangat lebat dan sudah banyak yang matang. Sarah menyuruh pelayan tadi untuk memetiknya untuk dirinya. Pelayan itu memetik satu buah apel yang dapat dijangkau olehnya dan memberikan pada Sarah. Sarah mengambilnya dan memakannya langsung, pelayan itu ingin mengatakan agar dicuci dulu. Tapi, Nona kecil ini tidak sabaran dan langsung memakannya. "Nona, kau nanti bisa mencuci buah apelnya dahulu sebelum memakannya. Itu sangat tidak sehat Nona," ucap pelayan tersebut yang hanya ditanggapi dengan cibiran oleh Sarah. Sarah berjalan ke pohon anggur yang sudah banyak matang, ia memetik satu buah anggur dan memakannya. Mungkin kebun buah ini akan menjadi tempat favoritnya di sini. Dua tahun yang lalu, Sarah belum melihat kebun buah ini. "Anggur ini sangat manis. Hem, aku mau ini dipetik dan dibawa ke kamarku." "Nanti saya suruh pelayan yang lain untuk memetiknya. Sekarang Anda ingin ke mana lagi? Di sini ada kebun bunga, apakah Anda ingin melihatnya?" Sarah mengangguk dan mengikuti langkah pelayan itu. Mansion Ferran sangatlah besar, mengingat keluarga Ferran adalah keluarga terkaya nomor 6 di dunia. Sarah menatap takjub pada kebun bunga yang terpampang indah di depannya. Ini sangat indah, Sarah akan betah berada di sini. "Ini sangat indah! Aku ingin melukisnya!" serunya. Tapi, setelah itu Sarah menunduk lemas. Melupakan peralatan lukisnya di Indonesia dan dirinya tidak akan bisa melukis kebun bunga ini. "Kau kenapa sayang? Aku membelikanmu peralatan lukis." Sarah membalikkan badanya dan menatap Ferran yang memperlihatkan peralatan lukis padanya. Sarah tertawa bahagia dan berlari memeluk Ferran. "Makasih Papi. Te Amo!" *olc*        
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD