Part 02

1099 Words
Sarah memasang dasi seragam sekolah barunya. Hari ini dirinya memasuki sekolah barunya dengan senyuman manis, gadis itu berharap mendapatkan teman baru yang akan menjadi sahabatnya. Di sekolah lamanya, Sarah banyak memiliki teman dan 5 sahabat yang selalu menemani dirinya. Sarah berharap di sekolahnya sekarang, ia bisa mendapatkan sahabat yang menyayangi dirinya. "Sarah, kamu sudah siap?" Sarah menoleh ke arah pintu kamarnya dan mendapati Ferran sudah berdiri dengan senyuman manis. Sarah mengangguk dan menghampiri Ferran, sembari mengambil tasnya yang berada di kasur. "Sudah Papi, ayo, kita pergi!" ajaknya. "Makan dulu sayang, nanti kamu kena magh kalau nggak makan!" Ferran menggandeng tangan Sarah dan membawanya menuju lift mansion, yang mengantarkan mereka menuju lantai bawah mansion. Sarah mengangguk dan berjalan menuju dapur, gadis kecil itu duduk di kursi mulai mengambil roti dan selai kesukaannya. Sarah memakan rotinya dengan lahap, sekali-kali Sarah akan menyenandungkan lagu kesukaannya. Ferran yang melihat Sarah sudah membaik dan tidak sedih lagi, sangat senang melihatnya. Ferran berharap Sarah tidak akan memikirkan orangtuanya lagi. "Papi, aku sudah siap sarapannya. Ayo, kita berangkat!" Ferran mengangguk berdiri dari tempar duduknya, hari ini Ferran yang akan mengantarkan Sarah ke sekolah barunya. Ferran tidak mau Sarah merasa sedih kembali, karena tidak Ferran hiraukan. "Sayang kamu baik-baik sekolahnya." Ferran menancapkan gas mobilnya menuju sekolah Sarah. Sarah mengangguk, Sarah mengerti kalau dirinya harus mendapatkan nilai terbaik agar Papinya merasa senang dan bangga padanya. Sarah sangat menyayangi Ferran, sedari kecil Sarah selalu mengikuti kemanapun Ferran berada. "Papi, kantor Papi besar ya? Lebih besar mana dari kantor Papa?" tanya Sarah menanyakan kantor Ferran. Mengingat Ferran memakai mobil mewah dan mansion yang sangat mewah, pasti sangat besar sekali kantor milik pria itu. Sarah ingin main ke kantor Papinya nanti, melihat bagaimana pria itu bekerja dengan serius. Ferran tersenyum mendengar pertanyaan dari gadis kecilnya. Ferran mengusap lembut rambut pirang Sarah dan mencubit gemas pipi gadis kecilnya itu. "Kau boleh datang ke kantor Papi kapanpun kau mau." Sarah melihat pada Ferran dan tersenyum senang, dirinya sangat menyayangi Ferran. Ferran itu adalah pria yang sangat baik sekali. Pasri banyak sekali wanita yang menyukai Papinya ini. "Sarah sayang Papi," ucapnya mencium pipi Ferran sekali. Ferran tertawa pelan melihat kelakuan dari Sarah, pria itu menghentikan mobilnya ketika sudah sampai di depan sekolah Sarah. "Sarah kita sudah sampai, kau sekolah dengam rajin dan jangan membuat ulah!" pesan Ferran diangguki oleh Sarah. Sarah segera turun dari mobil Ferran dan melambaikan tangannya pada Ferran yang mulai melajukan mobilnya kembali. Sarah tersenyum memasuki sekolah barunya. "Hei, kau anak baru ya?" Sarah menoleh ke samping kanannya dan tersenyum mendapati dua gadis kecil seumuran dengannya. Sarah mengangguk, dirinya memang anak baru di sini. "Yeah, aku anak baru." Dua gadis kecil itu menghampiri Sarah dan mengulurkan tangan mereka. "Namaku Terri dan ini Parrie," kedua gadis itu memperkenalkan dirinya. Sarah membalas uluran tangan kedua gadia itu dan tersenyum kepada mereka. "Namaku Sarah, senang berkenalan dengan kalian." Terri dan Parrie mengangguk, "kau kelas berapa?" tanya Parrie. "Aku kelas 6 A," jawab Sarah. Kedua gadis kecil itu tersenyum senang mendengsar Sarah yang satu kelas dengan mereka. Kedua gadis itu langsung mengandeng Sarah, membawa Sarah memasuki kelas mereka. Sarah bingung ke mana Terri dan Parrie akan membawa dirinya, pasalnya kedua gadis itu tidak berbicara apapun pada Sarah dan langsung saja membawa Sarah. "Kita mau ke mana? Aku harus mencari kelasku!" Terri dan Parrie tertawa mendengar pertanyaan Sarah, kedua gadis itu menghentikan langkahnya dan tersenyum manis pada Sarah. "Kita sekelas Sarah. Kami akan membawamu ke kelas kita!" Sarah mengangguk mengerti dan mereka bertiga mulai berjalan kembali memasuki kelas. Semua tatapan siswa di sekolah itu menatap penuh tanya pada Sarah, mereka sudah mendengar kalau ada murid baru di sekolah mereka. Ternyat murid barunya sangat cantik. Tetapi, mereka semua tidak berani menyapa murid baru itu, karena Terri dan Parrie sebagai siswi paling kaya di sekolah ini dan terkenal garang, membuat mereka enggan mendekati Terri dan Parrie. *** "Berarti kau merawat anak mendiang kakak angkatmu itu?" Ferran menatap pada kedua sahabatnya, Josh dan Andra, mereka berdua ini seperti tidak punya kerjaan saja, selalu mengunjungi dirinya setiap siangnya. Padahal Josh dan Andra memiliki perusahaan sendiri. "Ya, dia akan aku rawat. Kau tahu sendiri, aku sangat menyayangi Sarah dan tidak akan tega Sarah diberikan ke panti asuhan." Josh dan Andra mengangguk, mereka memang sangat tahu kalau Ferran sangat menyayangi Sarah. Gadis kecil yang sering diceritakan oleh Ferran pada mereka. Mereka beberapa kali ditunjukkan foto Sarah oleh Ferran. Josh dan Andra sampai ingin memiliki adik perempuan ketika melihat foto Sarah yang sangat lucu. "Ferran, kau tidak menemui Mona, aku berjumpa dengannya kemarin. Dia terus menanyakan dirimu," ucap Josh membahas salah satu wanita Ferran. Ferran mendengkus mendengar nama salah satu wanita yang pernah tidur dengannya dan berharap menjadi kekasih Ferran. Ferran mana mau mempunyai kekasih seperti mereka. Mereka itu hanya wanita bayaran. "Untuk apa kau meladeni Mona? Aku sudah membayarnya 4000$ dan aku tidak mempunyai urusan dengan dia lagi!" Josh dan Andra tersenyum mendengar ucapan Ferran. Ferran memang sangat sulit didekati oleh para wanita, karena pria itu hanya sekali memakai mereka dan bayarannya sangat mengiurkan. Makanya banyak di antara mereka ingin tidur bersama Ferran walau hanya semalam. Bisa menikmati tubuh Ferran sekaligus uang Ferran. "Ahh, kau menolak wanita seksi lagi. Padahal Mona sangat cantik dan goyangannya juga mantap!" Ferran menyeringai pada Andra, jangan sangka Ferran tidak tahu kalau Andra juga pernah memakai Mona semalam atau beberapa malam. Makanya Andra tahu bagaimana goyangan wanita itu. "Kau sudah pernah tidur dengannya. Kau pasti tahu kalau punya Mona sudah longgar dan tidak nikmat lagi!" Andra mengangguk, mengiakan ucapan dari Ferran. Memang punya Mona tidak sempit lagi, tapi, untuk pakai menghilangkan nafsu biadab pria seperti mereka. Josh tertawa melihat Andra mati kutu. Josh tidak pernah mau memakai wanita yang pernah ditiduri oleh Ferran, karena baginya para wanita yang pernah tidur dengan Ferran tidak akan nikmat. Buktinya saja Ferran sering mengeluh, kalau liang kewanitaan mereka tidak memuaskan. Makanya Josh lebih senang menyewa jalang yang beberapa kali dipakai oleh pria-pria hidung belang. Kalau beruntung dirinya bisa menyewa perawan yang ingin mencari uang secara instan. "Kau sangat bodoh Andra. Mana ada wanita yang pernah tidur dengan Ferran lubangnya sempit. Walau kejantanan Ferran sangat besar, tapi, Ferran pasti tidak akan puas dengan para wanita bayarna itu." Ferran mengiakan ucapan Josh, Ferran hanya ingin mencari tempat pelampiasanny saja. Yang penting para wanita itu tidak terjangkit penyakit. "Aku hanya penasaran dengan wanita-wanita seksi itu. Mereka sangat memikat dengan tubuh mereka, apalagi aku akan membuat pola kemerahan di tubuh mereka." Ferran dan Josh menggeleng, sifat BDSM Andra tidak akan pernah berubah. Andra sangat suka menyiksa pasangan seks-nya dan membuat pasangannya memiliki lembam-lembam disekujur tubuh. "Kau kalau punya istri, sebaiknya kau ubah gaya bercintamu itu," nasihat Josh. Tidak tega pada wanita yang akan menjadi istri Andra nantinya. Andra mengangguk. "Nanti kalau aku punya istri perawan, aku akan mengubah gaya bercintaku." Ferran tersenyum tipis mendengar ucapan dari Andra. Pria berengsek seperti mereka, rasanya sangat mustahil mendapatkan istri perawan. Tapi, Ferran turut mengamini dalam hati agar dirinya juga mendapatkan istri baik dan perawan nantinya.               *olc*    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD