Biar Dia Tidur Bersamaku

1242 Words
"Ya enggak boleh dong, Sayang. Masa pembantu nginep di apartemen. Emang rumahnya jauh banget? Yah biarin aja, kalau dia memang butuh kerjaan, pasti dia ngusahain buat datang ke apartemen kamu kan? Udah enggak usah terlalu mikirin pembantu. Kalau dia enggak sanggup karena rumahnya jauh, cari pembantu lain aja, ya. Udah ah, Mama mau pergi dulu. Dah, Sayang." Bu Indah–mama Angga–pamit meninggalkan rumah untuk sebuah urusan di luar. Pak Rehan–papa Angga–juga tengah bersiap ke kantor. Angga pamit kembali ke apartemen. Angga tiba di apartemen, saat akan membuka pintu, dia menahan gerakannya. Dari luar Angga mendengar suara Esti yang sedang menerima telepon. Angga yang merasa penasaran mencoba mendekatkan telinga di pintu untuk mendengar suara Esti dari dalam apartemen. "Ngapain kamu telepon? Bukannya urusan kita sudah selesai?" Dia mendengar suara Esti dari dalam apartemen. "Kamu tenang aja, aku enggak akan mati secepat itu. Aku akan tetap hidup untuk membalas apa yang sudah kamu lakukan padaku!" Angga mengerutkan dahi, dia tebak jika yang menelepon Esti adalah suaminya. "Aku tunggu surat cerai itu secepatnya. Tapi urusan kita yang lain belum selesai. Ingat rumah tempat tinggalmu sekarang itu punya siapa!" "Artinya Esti diusir dari rumahnya," pikir Angga. Rasa penasaran Angga semakin bertambah. Tidak terdengar lagi suara Esti menerima telepon. Namun, Angga belum langsung masuk rumah. Dia menunggu di luar selama lima menit. Angga masuk apartemen dengan mengucap salam. Esti menjawab salam Angga. "Sudah selesai bersih-bersih?" tanya Angga. Dia bersikap biasa. Tidak menunjukkan jika tadi dia sudah mencuri dengar omongan Esti di telepon. "Sudah, Tuan. Apartemen Tuan masih bersih kok. Kemarin kan saya sudah bersih kan." "Bagus deh. Ayo ke supermarket. Aku mau stok bahan makanan. Kamu sama Arya ikut sekalian." "Enggak usah, Tuan. Aku sama Arya di rumah aja. Biar Tuan leluasa belanjanya." "Kamu kan mulai lagi. Di sini siapa majikannya?" Angga mulai menyombongkan diri. "Tuan Angga." "Nah! Sekarang ikut aku. Jangan membantah, atau gaji kamu aku potong." "Tapi Tuan, katanya mau bahas soal pekerjaan dulu sebelum ke supermarket?" "Aku berubah pikiran, jadi kita bahas di jalan ke supermarket aja. Ayo jalan sekarang." Esti mengikuti Angga di belakangnya. Dia menggendong Arya menuju parkiran. Sebelumnya Esti sudah melarang Angga menggendong Arya, tetapi majikannya satu itu tidak bisa dibantah. Mau tidak mau Esti menyerah. Posisi Angga sebagai majikan memang lebih kuat daripada Esti. Sehingga dia terpaksa menuruti semua keinginan majikannya. "Kamu duduk di tengah aja. Biar Arya aja yang duduk di sebelah aku." Mereka sudah tiba di parkiran. Angga mengajak Arya duduk di kursi penumpang depan. Esti merasa lega karena bisa duduk di kursi penumpang bagian tengah. Angga melajukan mobil menuju sebuah mall yang lokasinya lebih dekat dengan apartemennya. "Kita bahas soal kerjaan kamu sekarang, ya. Kamu wajib datang setiap hari, dari senin sampai minggu. Maksimal tiba di apartemen jam 6 pagi. Kerjaan kamu bersih-bersih, bikin sarapan, terus pulangnya boleh siang atau sore. Pokoknya setelah semua kerjaan kamu beres. Kecuali ada perintah dari aku untuk pulang setelah aku tiba di apartemen. Sampai sini paham?" "Paham, Tuan. Ada lagi?" "Gaji bulanan kamu 5 juta rupiah. Tidak termasuk biaya ke dokter atau lain-lain. Pokoknya tiap bulan kamu terima bersih sebanyak 5 juta." "Oh, baik, Tuan. Terima kasih untuk gajinya. Jujur gaji segitu buat aku banyak banget. Enggak nyangka bisa digaji sebanyak itu untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Sekali lagi terima kasih sudah mempekerjakan saya, Tuan." "Iya, sama-sama. Enggak masalah kok. Selama aku butuh tenaga kamu untuk bersih-bersih rumah, aku akan terus mempekerjakan kamu." Tak lama kemudian mobil yang dikemudikan Angga memasuki parkiran sebuah mall. Dia mengajak Esti masuk mall, sementara Angga menggendong Arya tanpa merasa lelah. Mereka berjalan menuju area supermarket. Angga menyuruh Esti mendorong troli. Sedangkan Angga mengisi troli dengan berbagai macam bahan makanan, buah, sayur, daging-dagingan hingga jajanan anak-anak. Esti menatap jajanan anak yang dimasukkan oleh Angga. "Tuan, punya keponakan? Beli jajanan anak-anaknya banyak banget?" "Keponakan? Ada sih. Tapi jajanan ini bukan buat mereka lah." "Terus buat siapa?" Esti menatap Angga heran. "Buat Arya. Dia kan masih anak-anak. Emang buat siapa lagi?" Esti diam sejenak untuk berpikir. "Tuan, boleh engkau aku kembalikan jajanan ini? Tuan, Arya itu anakku. Aku yang punya kewajiban untuk memberi dia makan, bukan Tuan." Angga menatap tajam pada Esti. Dia tidak suka dilarang memberikan jajanan untuk Arya. "Suka atau enggak, aku akan tetap membelikan jajanan ini untuk Arya. Jangan coba-coba kamu keluarkan jajanan itu dari troli." Esti hanya bisa pasrah. Tidak lagi ingin membantah keinginan majikannya. Selesai mengisi penuh troli, Angga membayar semua belanjaan. Angga mengajak Esti jalan sebentar di mall, dia masuk ke toko pakaian anak-anak. Esti mengekor di belakang. Angga memilih banyak pakaian yang cukup untuk dipakai oleh Arya. Dia mengukur beberapa pakaian di punggung anak itu. Esti masih menatap heran pada majikannya. "Tuan, keponakannya ada yang seumur Arya?" "Enggak ada. Keponakanku lebih gede dari Arya kok." "Terus itu buat siapa?" "Buat Arya dong. Buat siapa lagi?" Kedua mata Esti melebar. "Tuan, jangan. Aku enggak mau terima." Esti menolak tegas rencana Angga membelikan pakaian untuk Arya. "Arya enggak nolak kok. Kenapa kamu yang protes. Aneh!" Ingin rasanya Esti berteriak di telinga Angga. "Arya itu anakku, wajar dong aku protes!" Namun, Esti hanya bisa menunduk mengepalkan kedua tangannya karena tidak bisa melarang Angga membelikan apa pun untuk anaknya. Percuma Esti memprotes, karena Angga selalu menggunakan posisinya sebagai majikan untuk memaksa Esti menerima pemberiannya. Selanjutnya Esti memilih untuk diam daripada harus berdebar dengan majikannya, tetapi ujungnya tetap dia yang akan kalah. Angga telah membayar semua belanjaannya. Dia mengajak Esti dan Angga masuk ke sebuah restoran yang ada di mall yang sama. "Kita makan dulu. Terus pulang ke apartemen, nyimpen belanjaan di kulkas. Tidur siang, baru aku antar pulang ke rumah Mak Entin." Esti hanya diam, tetapi dia tetap berpikir, jika Angga terus bertingkah semaunya, maka Esti harus berpikir ulang untuk melanjutkan pekerjaannya di apartemen Angga atau tidak. "Angga, kamu tuh enggak boleh begini. Kondisi aku memang sekarang lagi susah tapi bukan berati kamu bebas mengasihani aku," batin Esti. Seandainya dia bisa mengatakan ini pada Angga. Angga mengajak Esti duduk di salah satu meja bersama Arya. "Kamu mau makan apa?" "Terserah Tuan aja." "Barang kali kamu pengen makan apa? Nasi atau barang kali lagi enggak mau makan nasi." "Terserah, Tuan." Esti bicara penuh penekanan. "Ok. Aku pesankan makanan kesukaan kamu yang dulu aja. Semoga selera kamu masih sama walaupun sudah lima tahun berlalu." Angga bangkit memesan makanan untuk mereka bertiga. Tak lama kemudian pesanan datang. Esti makan dalam diam. Sedangkan Angga makan bersama Arya. Sesekali dia menyuapi Arya makanan dari piring. Beres makan siang, Angga belok ke toko buku. Dia membeli beberapa buku di toko buku. Baru kemudian dia mengajak Esti dan Arya pulang ke apartemen. Tiba di apartemen. Semua barang belanjaan sudah dibawa masuk. Esti menyusun semua di lemari pendingin. "Tolong kamu bereskan semua barang belanjaan ini. Aku mau ke kamar dulu, mau main sama Arya. Esti melanjutkan pekerjaannya. Menyusun semua dalam lemari pendingin. Setelah semua beres, Esti mencari Arya. Dia merasa tidak enak ketika Angga lebih sering bersama Angga, karena Angga adalah majikannya. Esti mengintip ke kamar melalui pintu yang terbuka. Di sana dia melihat Arya sedang tidur bersama Angga. Angga memeluk Arya. Di dekatnya ada sebuah buku yang terbuka. Perasaan Esti campur aduk, tetapi dia tidak ingin merasa bahagia melihat pemandangan ini, karena menurut Esti ini semua salah. Dia mendekat, hendak mengambil buku yang terbuka itu dan menyimpannya. Namun, dia terkejut ketika Angga memegang tangannya. Angga membuka mata. "Biar Arya tidur sama aku di sini. Kamu kalau capek tidur aja di kamar sebelah."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD