BTL~58

1590 Words

“Dengar apa kata dokter, kan?” Dandi segera menutup pintu kamar dan menguncinya. Ia meletakkan tas yang berisi pakaian kotor Rumi dan dirinya di samping pintu, lalu segera menyusul sang istri yang berjalan gontai menuju tempat tidur. “Dengar,” jawab Rumi dengan malas. Ia menatap pelan, pada setiap sudut ruang yang sudah berhari-hari ditinggalkannya. Masih rapi dan wanginya pun tetap seperti biasanya. Wangi maskulin Dandi yang segar dan selalu Rumi rindukan. Sampai detik ini pun, Rumi masih saja tidak bisa terima jika Dandi tetap mau menerimanya. Begitu banyak hal yang dilakukan Rumi di masa lalu, yang bisa saja kembali menjadi bumerang dalam hubungan mereka di masa depan. “Mas Dandi nggak ngantor?” Dengan perlahan, Rumi duduk di tepi tempat tidur. Menatap Dandi yang baru saja duduk di s

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD