BTL~29

1331 Words

“Telpon resepsionis dan buka kamarmu sendiri.” Begitu keluar dari kamar mandi, telunjuk Jaya langsung mengarah pada Dandi yang duduk lesu di tepi tempat tidur. Hampir semalaman, tidur Jaya sungguh tidak nyenyak karena Dandi selalu saja bergerak gelisah. “Yaaa.” Dandi mengusap wajah bantalnya hingga berulang kali, guna mengusir kantuk yang masih merajai. Hingga pagi ini, Dandi belum bisa mengambil keputusan sama sekali. Pikirannya masih buntu dan tidak mendapatkan jalan keluar selain menikahi Rumi. “Kalian semua itu licik. Kalian nggak pernah mikir bagaimana perasaanku.” “Sejak kapan kamu punya perasaan, Dan,” sindir Jaya sembari membuka pintu balkon. Karena masih ingin bicara dengan keponakannya, Jaya pun hanya berdiri di bibir pintu, menatap Dandi. “Jangan-jangan, sejak kenal sama Rumi

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD