2. GADIS PUJAAN

1284 Words
Pedro dan Samuel sering bercanda ria saat di rumah, itu menandakan bahwa meraka saling menyayangi, meski terkadang merasa kesal, tapi itu sesuatu yang normal. Pedro merasa bahagia saat mengetahui Ayah dan Ibunya ingin keluar negeri, karena Pedro bisa sedikit bebas. *** Pedro dan Samuel harus belajar di hari libur, ruang belajar mereka ada di ruangan khusus, bukan kamar tidur seperti biasanya, ruang khusus belajar Pedro dan Samuel bersebelahan dan ada di lantai bawah. Terkadang ada guru pembimbing mereka, terutama bagi Samuel yang masih SD. Kakak beradik tersebut sedang menuju ruang belajar. "Yess!" ucap Pedro merasa senang sambil mengepal tangan kanan. "Kamu kenapa Kak? Bahagia banget?" tanya Samuel. "Gak ada apa-apa. Mau tau aja kamu." "Huh, dasar Kak Pedro!" kesal Samuel sambil memukul pantatnya Pedro tersebut. "Aww, sakit tau!" keluh Pedro sambil mengelus-elus pantatnya. "Haha, syukurin! Salah siapa gak mau kasih tau." Samuel berlari menjauh agar tidak dibalas oleh Pedro, sementara Pedro membiarkan adik bandelnya itu kabur, dia hanya menggerutu, tapi segera tersenyum, karena sebenarnya dia bahagia mengetahui Ayah dan Ibunya akan pergi ke luar negeri. Pedro jelas bahagia, karena merasa lebih bebas dan bisa melanggar peraturan keluarga lebih mudah, sungguh anak muda yang bandel juga ternyata. Pedro dan Samuel tidak ikut ke luar negeri, karena Pedro harus kuliah, sementara Samuel harus sekolah. Saat ini Pedro sedang kuliah di semester 6, berarti tidak lama lagi akan wisuda. *** Pagi hari yang agak mendung, Pedro ingin berangkat kuliah, dia memakai motor agar terlihat seperti orang biasa, bahkan motor matic warna putih. Hal itu sengaja Pedro lakukan agar status sebagai anak orang kaya tidak diketahui teman-teman kuliah, meski dia anak orang kaya, dia memang lebih suka menjadi orang sederhana. Entah kenapa Pedro suka begitu, mungkin bosan menjadi orang kaya, apalagi banyak peraturan yang harus dia taati di keluarga besarnya. Pedro juga memakai jaket warna hitam, terlihat tidak mewah juga, alias jaket pada umumnya, yang jelas Pedro hanya memakai pakaian sederhana. Gaya rambutnya disisir rapi dan terlihat seperti anak baik, sebenarnya Pedro memang anak baik, karena dia tidak berkumpul dengan cowok-cowok nakal yang suka berfoya-foya demi kesenangan hidup semata, apalagi hal semacam itu dilarang oleh keluarga besarnya. Pedro termasuk cowok pendiam dan pemalu, terutama terhadap lawan jenis, tapi Pedro bisa diajak bercanda jika bersama teman cowoknya, bahkan sering bercanda. "Aduh, apa akan turun hujan sebentar lagi?" ucap Pedro bertanya-tanya sambil memandang langit. "Hmm, semoga hujan saat aku udah sampai di kampus," lanjutnya, kemudian bergegas menjalankan motor matic miliknya. Pedro merasa tenang karena sudah ada jas hujan di jok motornya, tapi kurang suka jika tiba-tiba hujan turun saat di tengah perjalanan, jadi berharap segera sampai di kampus. Pedro berangkat kuliah agak ngebut, karena tidak mau jika hujan turun saat perjalanan, dia mudah sakit jika kehujanan, terutama flu atau demam. Berbeda dengan Samuel, dia lebih suka diantar jemput oleh sopir khusus menuju sekolah, tentu saja menggunakan mobil. Beberapa menit berlalu, akhirnya Pedro sampai juga di kampus, lebih tepatnya di tempat parkir sepeda motor. Pedro sengaja kuliah di universitas yang jauh dari rumahnya, karena dia ingin menyembunyikan status sebagai anak orang kaya, jadi kuliah di tempat yang jauh sangat efektif baginya, bahkan sampai semester 6, belum ada yang tahu kalau Pedro adalah anak orang kaya, dia memang pintar dalam membuat alasan dan menyembunyikan statusnya tersebut. "Aduh, gerimis! Untung aku udah sampai di sini," ucap Pedro mengetahui gerimis mulai turun, dia bergegas meninggalkan tempat parkir lalu menuju ruang kelas yang lumayan jauh, dia berjalan kaki dengan santai. Saat ada mahasiswa lain, dia berpura-pura tidak lihat, bahkan sering menunduk karena malu, terutama saat bertemu dengan cewek. Terkadang hal itu membuat para gadis terheran, kenapa cowok ini pendiam sekali, padahal cowok manis. Namun saat bertemu dengan teman cowok, dia biasa saja dan memberi senyum, kadang juga saling menyapa. Sesaat kemudian, Pedro bertemu dengan cewek genit yang baru kali ini bertemu, tapi dia bersama temannya. "Hay, ganteng! Kok sendirian aja?" tanya cewek genit itu. "I-iya, hehe!" jawab Pedro ragu-ragu karena sedikit terkejut. "Oh, sebenarnya aku ingin menemani kamu, tapi sayang sekali, ruang kelas kita berlawanan arah." "Iya, benar sekali. Maaf, aku sedang buru-buru, permisi!" ucap Pedro, lalu bergegas pergi meninggalkan 2 cewek itu. "Pedro, tunggu!" pinta cewek genit, namun Pedro tetap pergi dengan cepat. "Huh, kenapa dia buru-buru pergi sih?" keluh cewek genit. "Mungkin kamu menakutinya kali, hihihi!" jawab temannya terkekeh. "Mana mungkin begitu. Aku udah cantik dan seksi begini, masa dia takut sih!" "Hmm, dia kan cowok pemalu dan cuek sama orang yang gak dikenal, jadi ya bisa saja takut." "Aaaa, gak mungkin! Padahal ganteng begitu. Pasti susah mendekati dia, sial." Kedua cewek itu akhirnya menyerah, kemudian berusaha melupakan Pedro. Sementara Pedro masih berjalan cepat menuju ruang kelas. "Mau apa sih cewek itu? Huft, males," gumam Pedro sambil bergidik ngeri. Sebenarnya Pedro tipe cowok yang sensitif dan kurang suka dengan cewek jahil atau genit, jadi dia selalu berusaha menjauh dengan cewek semacam itu. Sekian detik kemudian, Pedro sampai di ruang kelasnya, dia termasuk mahasiswa yang rajin sehingga jarang telat kuliah, mungkin karena terbiasa dengan peraturan keluarga, meski berat baginya, tapi peratutan itu banyak manfaat bagi kehidupan Pedro. Di ruang kelas, ada sedikit mahasiswa baik cewek maupun cowok. Pedro segera duduk dan menaruh tasnya di meja, lalu mengambil ponsel untuk mengisi waktu sebelum jam kuliah dimulai, dia membuka akun media sosial untuk melihat informasi yang ada. Setelah 1 menit, Pedro melihat seorang gadis yang baru saja masuk ruang kelas, setiap dia melihat gadis itu, hatinya sering terpana, jantungnya berdebar, dan matanya sulit berkedip, apalagi saat tersenyum manis. Namun, ketika gadis itu balik memandang, Pedro bergegas mengalihkan pandangan dan pura-pura melakukan sesuatu. Gadis itu sebenarnya adalah Anna Aprilia Devani. Gadis berwajah manis, berhati baik, dan sifatnya lembut. Anna adalah salah 1 teman sekelas Pedro semenjak kuliah di sini, namun hanya sebatas teman kelas saja untuk saat ini, tidak lebih. Sekarang ini, tempat duduk Anna ada di sebelah Pedro, entah itu kebetulan atau ada di antara mereka yang sengaja, masih sulit diketahui. Apalagi sampai saat ini, mereka berdua sama-sama masih jomblo dan fokus kuliah lebih dulu. Sejujurnya, Anna adalah pujaan hati Pedro selama ini, tapi Pedro belum berani mengungkapkan cinta padanya, entah mau sampai kapan. Apalagi dia tidak sengaja pernah mendengar bahwa Anna ingin fokus kuliah dulu, katanya tidak ingin memikirkan cinta selama masih kuliah. Namun, mungkinkah hati seorang gadis sanggup bertahan selama itu tanpa cinta? Hanya segelintir gadis yang mungkin sanggup, atau bahkan hampir tidak ada, apalagi Anna gadis manis dan lembut yang kemungkinan besar banyak pria yang jatuh cinta padanya, entah diam-diam atau terang-terangan. Dulu pernah ada beberapa pria yang menyatakan cinta pada Anna, namun semua ditolak karena alasan kuliah, sebenarnya karena Anna tidak mencintai pria itu, alias bukan tipe pria yang dia suka. Bagaimana dengan Pedro, apakah dia termasuk tipe pria pilihan Anna? Sangat sulit diketahui. Semua akan terjawab seiring berjalannya waktu. Pedro masih melihat Anna berjalan menuju tempat duduknya. "Anna, betapa manisnya wajahmu. Apakah kamu tau? Senyum manismu itu selalu membuatku terpesona. Andai saja kamu jadi ...," batin Pedro terhenti karena tiba-tiba Anna melihatnya, Pedro bergegas mengalihkan pandangan ke layar ponsel lagi, lalu berpura-pura membaca sesuatu. Tentu saja jantung Pedro saat ini berbedar kencang, dia sempat berpikir apakah Anna terus memperhatikannya, kemudian Pedro melirik sebentar, dan ternyata benar apa yang dia pikirkan, Anna masih meliriknya. Jantung Pedro langsung terasa ingin copot, tapi berusaha bersikap biasa dan segera melihat ke layar ponsel lagi. "Huh, ternyata Anna masih melihatku? Kenapa dia melakukan itu? Mungkinkah dia ... Ah, sepertinya gak mungkin," gumam Pedro pelan setelah bernapas berat karena terkejut, dia berpikiran bahwa mungkin saja Anna menyukainya. Saat Pedro sedang melihat layar ponsel, tiba-tiba ... "Pedro!" ucap Anna sudah ada di dekat Pedro, hal itu membuat Pedro sangat terkejut, bahkan sampai teriak meski pelan. Tidak tahu kenapa Anna mendekat pada Pedro, bahkan memanggilnya dan seperti ingin sesuatu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD