3. Calon Mantu

1639 Words
Ini adalah kedua kalinya Sheila dan Jaka makan di foodcourt ini bersama. Mata Sheila sibuk memindai menu-menu di foodcourt ini. Dia sudah duduk dengan manis di depan Jaka. Air mata yang tadi turun, kini mula mengering. Tangannya sesekali mengusap air mata yang hampir turun. “Kamu mau pesan apa?” tanya Jaka. Dia benar-benar merasa iba melihat mata Sheila yang sembab dan wajahnya yang lelah. “Mi ayam saja.” “Ada lagi?” “Mmm, tidak ada.” Sheila menggeleng. “Kenapa hanya mi ayam? Kau tidak ingin pesan yang lain?” Sheila kembali menggeleng. “Kau yakin?” tanya Jaka sekali lagi. Sheila mengangguk mantap. “Iya, ini saja.” “Oke.” Jaka pun berdiri untuk memesan makanan. Sebenarnya Sheila juga ingin memesan dimsum dan kentang goreng, tapi dia tahu diri. Memangnya berapa gaji tukang parkir kantornya? Tiba-tiba saja dia merasa buruk. Seharusnya dia membeli makanannya sendiri alih-alih ditraktir oleh mas parkir tampan itu. Tidak berapa lama kemudian, Jaka sudah kembali dengan mi ayam, dimsum, kentang goreng, pentol berbagai macam isi, es boba, dan dalgona. Dia bahkan dibantu oleh dua orang petugas foodcourt untuk membawakan pesanannya. Sheila melongo melihat semua makanan yang ditata di atas mejanya. Untung saja, satu meja panjang itu hanya diisi oleh Sheila dan Jaka. Tidak ada pengunjung yang lain. Atau Jaka yang meminta agar mejanya tidak diisi oleh pengunjung yang lain? Ya, dia bisa melakukan itu. Sebenarnya, lahan yang disewa foodcourt ini adalah miliknya. Secara otomatis, pengelola foodcourt akan mematuhi keinginan Jaka. “Ya ampun, ini segini banyak emang buat apa?” Sheila tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Apalagi, menu yang diinginkannya juga ada di sana. “Makanmu banyak ya?” tanyanya sekali lagi. Jaka terkekeh. “Makan saja! siapa tahu suasana hatimu membaik setelah memakan semua ini. Atau kamu ingin makan yang lain?” Sheila langsung menggeleng. “Ini sudah terlalu banyak. Apa kamu sanggup membayarnya? Bagaimana jika kita patungan saja?” Jaka mengibaskan tangannya. “Tidak perlu.” “Tapi,,, apa gajimu cukup? Ini masih tengah bulan. Bagaimana jika ATM-mu jadi kosong?” “Mudah, aku akan bekerja lebih keras. Jangan permasalahkan itu! Sekarang ayo makan!” Sheila pun mulai memakan mi ayam kesukaannya. Tiba-tiba dia teringat akan Roy. Mantan pacarnya itu sering mengajaknya makan mi ayam dan mencoba kedai mi ayam baru karena dia tahu kalau Sheila menyukai masakan itu. “Kenapa menangis lagi?” tanya Jaka. Sheila mengusap pipinya yang basah. “Dulu Roy suka ajak aku makan mi ayam kayak gini. Aku nggak ngerti salahku di mana. Kenapa dia bisa selingkuh kayak gitu?” “Memangnya kamu tahu sendiri kalau dia selingkuh?” “Aku lihat sendiri ada perempuan pakai kaos Roy di apartemennya. Dan dia manggil Roy sayang. Parahnya lagi, Roy diam aja waktu dia dipanggil sayang. Dia bahkan nggak ngejar aku waktu aku lari ke lift.” Dan tangis Sheila semakin kencang. “Hush! Sudah, jangan nangis lagi.” Jaka mengulurkan tisu. Beberapa orang sudah memperhatikan mereka. Jaka hanya bisa tersenyum kecut. Sheila menerima tisu itu dan menyeka air matanya. Dia juga membuang ingus yang keluar dari hidungnya. Kening Jaka langsung berkerut. Namun, dia hanya diam. Gadis di depannya ini sedang patah hati akut. Dia akan mencoba mengerti. “Hari ini harusnya anniversary kita yang kedua. Jadi aku sengaja membeli kue kesukaan dia dan mengantarnya ke apartemen. Maksudku, aku ingin memberinya kejutan. Tapi ternyata aku yang terkejut. Perempuan itu hanya mengenakan kaos Roy saat membuka pintu untukku. Bisa kau bayangkan?? Dia hanya memakai kaos Roy tanpa bawahan!!” Sheila menjeda kalimatnya karena ingusnya keluar kembali. Jaka pun mengulurkan tisu. “Terus?” “Perempuan itu tanya sama Roy, “Sayang, apa kamu mengenal gadis ini?” Aku otomatis terkejut dong. Perempuan cantik, setengah telanjang, manggil pacarku sayang di apartemennya pagi-pagi. Semalam mereka ngapain?” “Lalu kau menangis di depan mereka?” tanya Jaka. “Nggak! Enak aja! Gengsi aku mengeluarkan air mata di depan mereka. Nanti mereka tahu kalau aku patah hati beneran.” “Lalu? Kamu ngapain?” “Aku lempar kuenya ke muka Roy, terus aku tinggal aja.” Jaka sedikit melongo mendengarnya. “Wajahnya yang ganteng belepotan dong?” tanya Jaka tanpa bisa menyembunyikan tawanya. Shela langsung teringat bagaimana wajah Roy yang tampan penuh dengan krim cupcake. “Hahaha! Iya wajahnya lucu.” Jaka terpaku mendengar tawa Sheila. Akhirnya setelah drama menangis, dia bisa kembali tersenyum. Sheila bahkan sudah lupa dengan air matanya tadi. Dia kini kembali menikmati makanan yang ada di meja. Makan malam Jaka dan Sheila pun berlangsung menyenangkan. Gadis itu akhirnya menanyakan nama Jaka agar tidak terus-terusan memanggilnya Mas Parkir. Dari percakapan itu, jaka akhirnya tahu kalau Sheila baru satu tahun bekerja di PT. KL. Orang tuanya berada di Mojokerto. Dia hidup di kos sendiri. Pulang ke Mojokerto setiap satu bulan sekali. Dia mempunyai satu kakak yang sudah menikah dan adik yang kuliah semester tiga. Sheila menghela nafas “Dari awal, mama tidak setuju aku dekat dengan Roy. Huft, kini aku tahu kenapa.” Dia terlihat murung. Tangannya memainkan sedotan di es bobanya. “Sekarang aku harus mau dijodohkan dengan anak temannya. Aku nggak mau!” Sheila menyedot esnya dengan keras hingga menimbulkan suara. “Tidak ada salahnya menurut pada orang tua. Selama itu tidak merugikanmu, patuhi saja!” Jaka mencoba berkata bijak meski jantungnya bertalu-talu. Sheila mendongak. Matanya mengunci mata Jaka membuat jantung pria itu semakin berdebar tidak aturan. Jaka berdehem, membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba mengering. “Kenapa aku tidak berpura-pura denganmu saja? Kau juga tidak buruk. Wajahmu cukup tampan untuk seorang tukang parkir.” “Ap-apa maksudmu?” Jaka sangat syok mendengar kalimat Sheila. Matanya membulat dan rahangnya terjatuh. “Kita bisa berpura-pura pacaran. Aku akan mengenalkanmu pada mama. Bagaimana?” Sheila merasa idenya kali ini sungguh cemerlang. “Apa menurutmu mamamu akan percaya begitu saja? Kau baru saja putus dari pacarmu dan sekarang kau sudah menggandeng pria lain.” “Oh, kau benar.” Sheila kembali termenung. Dia membenarkan perkataan Jaka. Tiba-tiba ponsel Sheila kembali berdering. Jaka mencoba mengindahkan panggilan itu meski sulit. Sheila menggeser tombol hijau dan mengarahkan ponselnya ke arah wajahnya. Oh, ternyata sebuah panggilan video. Jaka yang awalnya acuh tak acuh, kini langsung memasang telinganya. Bukan salahnya unyuk menguping, ‘kan? Panggilan video memang menggunakan pelantang suara. “Kau sedang di mana? Kenapa ramai sekali?” Suara seorang wanita,” batin Jaka. “Aku sedang makan malam, Ma,” jawab Sheila lesu. “Kamu nggak lagi aneh-aneh di club, ‘kan?” “Ya ampun, Ma, enggak lah! Ngapain aku di club? Aku ini di foodcourt samping kantor.” “Coba mama ingin lihat sekelilingmu.” Sheila pun memutar ponselnya, memperlihatkan keadaan foodcourt yang lumayan ramai. “Itu siapa??” tanya Mama Sheila. “Siapa, Ma?” Sheila segera menyorot kamera kembali ke wajahnya. “Yang duduk di depan kamu. Siapa dia?” “Oh, teman, Ma.” “Mama mau menyapanya. Coba kasih ponselmu sama dia.” “Ma...” Sheila berdecak, tapi dia tetap memberikan ponselnya pada Jaka. “Mama mau ngomong sama kamu.” “Ha-halo,” sapa Jaka. Pria itu tampak kikuk. dia bahkan melambaikan tangannya yang langsung ditariknya karena dia anggap memalukan. “Halo juga. Namamu siapa?” Mama Sheila tampak antusias menyapa Jaka. “Jaka, Ma.” “Halo, Jaka. Aku mamanya Sheila, Arini.” Jaka tersenyum dan mengangguk. Cukup lama Arini mengamati wajah Jaka hingga kemudian dia bersuara, “Mama setuju kalau kamu sama Sheila. Tolong jaga putriku ya?” “Hah? Apa, Ma?” Sheila langsung merebut kembali ponselnya. “Mama bilang apa?” “Apa sih? Nggak usah parno kayak gitu dong. Mama Cuma bilang kalau pilihan kamu yang sekarang ini tepat. Mama suka kalau dia yang jadi mantu mama. Dia jauh lebih baik daripada Roy. Lanjutkan!” Arini mengepalkan tangannya ke udara, memberi semangat pada putrinya yang baru saja patah hati. “Kalau begini, mama sudah tenang. Ya sudah. Jagan pulang terlalu malam. Dadah!” Dan Arini langsung mematikan panggilannya. “Ma? Mama?? Ck!” Sheila kembali memasukkan ponselnya yang telah kembali gelap ke dalam tas. Jaka merasakan canggung yang luar biasa. ibu dari gadis yang disukainya ternyata memberinya restu. Bayangkan saja bagaimana hatinya menari-nari. Dia berdehem beberapa kali untuk membasahi tenggorokannya yang mengering. “Jaka?” panggil Sheila. Jaka langsung mendongak. “Ya?” “Tentang ucapan mama...” Sheila tidak bisa meneruskan kalimatnya. “Kenapa?” Belum sempat Sheila menjawab, suara seorang pria menginterupsi. “Sayang, ternyata kau di sini. Seharian ini aku mencarimu. Kau bahkan memblokir nomorku.” Suara ini! Sheila sangat kenal dengan suara bariton pria ini. Sheila dan Jaka langsung menoleh ke arah suara itu. Seorang pria dengan wajah yang putih dan bersih berdiri dengan gagah. Satu tangannya dimasukkan ke dalam saku celana jeansnya. Satunya lagi menyugar rambutnya. Pakaian yang dia kenakan, Jaka yakin, semuanya bermerk. Dia tahu logo-logo yang menempel tubuh pria itu. “Roy, mau apa kau kemari? Kita sudah putus. Dan apa tadi kau bilang? Seharian kau mencariku?? Huh! Jangan bercanda! Seharian aku di kantor dan kau sama sekali tidak muncul. Aku yakin kau masih sibuk dengan pacarmu itu!” “Sayang, jangan begitu.” Roy langsung duduk di samping Sheila. Dia bahkan tidak perlu repot-repot menyapa Jaka yang sudah duduk lebih dulu. “Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan wanita itu. Tolong jangan berpikiran buruk.” Roy berusaha meraih tangan Sheila, tap gadis itu langsung menepisnya. Sheila terlihat jijik dengan Roy. Dia bahkan menggeser duduknya agar tidak terlalu dekat dengan mantan pacarnya itu. “Ehm!” deheman Jaka yang keras membuat Roy menyadari keberadaannya. “Dia siapa, Sayang?” tanyanya sambil menunjuk Jaka. Sheila membuka mulutnya, hendak mengatakan sesuatu. Namun Jaka lebih dulu bersuara. “Kenalkan!” Dengan penuh percaya diri, Jaka mengulurkan tangannya dan disambut Roy. “Aku pria yang dipilih Mama Arini untuk menemani hari-hari Sheila selanjutnya. Kamu tidak perlu repot-repot mengurusi pacarku lagi atau lebih tepatnya calon istriku.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD