"Siapa yang dia panggil sayang?" Alea bertanya dalam hati. Meskipun sedikit terkejut karena lelaki itu tiba-tiba bersikap ramah. Namun, Alea tidak menunjukkan keterkejutannya. Manik matanya menatap datar ke arah wajah tampan yang tersenyum semanis madu ke arahnya. Senyum yang bahkan tidak pernah lelaki itu tampakkan di hadapannya selama dua tahun pernikahan mereka. Jika dulu, mungkin Alea akan terharu atau menangis karena setelah sekian lama, akhirnya si kulkas dua pintu itu akhirnya bisa juga tersenyum untuknya. Apalagi sampai memanggilnya dengan sebutan sayang. Namun, sayangnya keadaan kini telah berubah. Alea sudah memutuskan untuk mematikan rasa pada lelaki itu. Apalagi, saat mendengar keputusan pria itu kalau dia akan memberikan rumah yang mereka tempati untuk Amara. Alea semakin