bc

Hot Guy and Little Girl (Indonesia)

book_age18+
5.5K
FOLLOW
32.7K
READ
fated
CEO
drama
tragedy
bxg
city
office/work place
like
intro-logo
Blurb

Leonardo Maximilian pria panas dan mengerikan dipertemukan oleh Kazela Kinova yang memiliki banyak rahasia gila, seseorang yang diam diam menyembunyikan Putri kecilnya dari dunia. Tanpa tahu jika mereka kembali dipertemukan karna satu malam yang menjadi benang merah dalam takdir mereka.

chap-preview
Free preview
Part 1
     Gemericik air terdengar dalam kotak kaca di sebuah apartemen mewah. Seorang pria tampak menunduk merasakan air yang mengucur membasahi tubuh tegap dan lengan kokohnya. Ia memejamkan matanya sejenak lalu mematikan air  dan menarik selembar handuk sebelum dililitkan pada pinggang rampingnya.  "Maaf, Tuan." Ia menoleh sekilas pada pria seumuran dengannya yang berdiri dengan kaku di sudut kamarnya yang didominasi putih dan abu-abu.  "Ada apa, Harry?" Suara berat itu menggema, merapatkan pintu kamar mandi sebelum melangkah menuju ruangan yang dipenuhi pakaian dan barang mewah nan berkelas yang berjejer rapi di dalam sana. "Nona Selena sudah menunggu di kantor, Tuan." "Selena?" Ia bertanya tanpa mengalihkan perhatiannya dari deretan jam tangan dan dasi di hadapannya. "Ya, Tuan." "Usir dia, aku tidak ingin melihatnya berkeliaran di kantorku." "Baik, Tuan." "Ada perubahan jadwan hari ini?" "Rapat dengan Dewan Direksi akan dipercepat pada pukul 09.00 dan Pukul 18.00 malam nanti Tuan diundang oleh salah satu divisi untuk makan malam bersama." "Diundang?" "Ya, mereka baru saja selesai dengan proyek pembangunan sebuah hotel mewah yang Tuan hadiri beberapa hari yang lalu." Pria itu mengangguk mengerti. Ia akan menghadiri undangan itu, tentu saja. Ia sangat puas dengan  desain interior serta arsitek yang membangun gedung barunya itu. Ia harus tahu apa yang membuat dua tahun terakhir ini pekerjaan mereka tidak bermasalah. "Ada lagi?" "Ya,  Nyonya ingin Tuan menemuinya siang ini." "Kenapa tidak menelponku?" "Ponsel Tuan mati saat-" "Kau boleh keluar." **        Beberapa manusia tampak sibuk keluar masuk di sebuah gedung pencakar langit bak model yang sedang memperagakan busananya, begitu elegan dan berkelas. Mereka menghentikan kegiatannya sejenak hanya demi melihat dan menyapa seseorang di dalam sebuah mobil mewah yang baru saja berhenti tepat di pelataran gedung dengan beberapa penjaga yang dengan sigap membukakan pintu dan memberi hormat. "Selamat pagi, Tuan." "Selamat pagi." "Selamat pagi, Tuan." Sapaan itu hanya dibalas dengan anggukan singkat oleh pria itu. Leonardo Maximilian.       Pria bermata hitam setajam elang dengan tubuh tegap yang akan membuat paea gadis menelan air liurnya susah payah dan para lawannya mundur teratur dengan kaki gemetar ketakutan. Pria panas pemilik gedung pencakar langit yang selalu di agung agungkan dipenjuru kota.  "Selamat pagi, Tuan." "Louis, siapkan bahan rapat hari ini dan letakkan di mejaku. Alice, kirimkan lewat e-mail hasil pertemuan dengan cabang di LA kemarin." "Baik, Tuan." "Aku ingin segelas cappuchino." "Siap, Tuan! ** "Zela? Kau tidak pulang?"      Seorang gadis yang sedang menelungkupkan wajahnya di atas tumpukan kertas penuh coretan tampak mengerjapkan matanya, tersadar jika para rekannya sudah mulai berdatangan mengisi bilik kerja dan memulai kehidupan membosankan mereka di depan komputer. "Jam berapa sekarang?" gumamnya dengan suara serak kemudian meraih kacamata bergagang putihnya. Gadis itu tampak serius menatap jam mungil di pergelangan tangannya. "Jam tujuh, Azela. Sebaiknya kau tidak menggunakan jam tangan sekecil itu lagi." Gadis yang dipanggil Azela itu hanya menunjukkan cengiran khasnya melihat Karin teman terdekatnya menggelengkan kepala. "Jangan membuang waktu, sebaiknya kau pulang lalu kembali dengan cepat." "Iya, Karin." Azela bergegas bangkit sebelum meraih tasnya dan melangkah meninggalkan Karin yang begitu gemas pada dirinya. "Dia lembur lagi?" "Iya, Nathan." "Bahkan di saat kita akan merayakan keberhasilan kemarin, ia masih tetap bekerja. Ck, anak itu," decak Nathan, Karin hanya tertawa menanggapi.  Kazela Kinova. Gadis yang baru berusia 21 tahun dan sudah bekerja di perusahaan sebesar ini sejak dua tahun lalu dan merupakan karyawan termuda, berbakat dan tentunya sangat menggemaskan.  Tidak heran Rafael-Manager tampan mereka jatuh hati pada gadis itu. "Apa yang dikerjakan Azela?" tanya Nathan sambil melirik tumpukan kertas penuh coretan dan komputer yang masih menyala. "Jangan menyentuh apapun di mejanya, Nathan! Kau tidak ingin melihat Azela tidak kekantor?" "Oh, tidak-tidak. Itu sama saja aku menggali kuburanku sendiri." "Kalau begitu menjauh dari mejanya."      Nathan mengangkat tangannya tanda menyerah. Arsitek muda itu jelas tahu, meskipun meja Azela begitu berantakan, gadis itu akan tahu ada yang berbeda dari mejanya.Seperti saat officeboy tidak sengaja membuang kertas terjatuh di lantai yang hanya berisi tiga buah coretan. Ia tidak marah apalagi berteriak, hanya diam, pulang, dan menghilang selama seminggu yang membuat divisinya cukup berantakan. Bersyukurlah ada Manager mereka-Rafael- yang membujuk gadis menggemaskan itu. "Aku tidak tahu mengapa Azela bisa sangat berpengaruh di divisi kita." "Entahlah, sebelum dia datang semuanya biasa-biasa saja." "Apa mungkin kita sudah bergantung pada Azela?" "Itu artinya, kita harus mempertahankan Azela." "Tentu saja. Jika tidak, tamat sudah riwayatku." Mereka menghentikan perbincangan mereka saat melihat seorang pria memasuki ruangan dengan senyum lebar. "Selamat pagi!" "Selamat pagi, Manager" Sahut mereka serempak. Seperti biasa, suasana hati Manager mereka akan selalu baik jika Azela ada di sini. "Dimana Azela?" "Dia baru saja pulang merapihkan dirinya." Nathan meringis pelan melihat manager mereka tampak menggelengkan kepalanya. "Dia selalu saja lupa waktu. Baiklah, selamat bekerja!"  Rafael melangkah gusar memasuki ruangannya, Karin lalu menyikut Nathan yang duduk tepat di samping mejanya. "Hei, apa kau tahu jika semalam aku melihat Tuan Rafael bersama seseorang?" Bisik Karin dengan suarah rendahnya yang membuat Nathan semakin mendekat dengan wajah pensarannya. "Seseorang?" "Iya, aku tidak melihatnya dengan jelas tapi aku yakin itu bukan Azela yang bahkan baru meninggalkan mejanya beberapa menit lalu" Karin semakin gemas, saling melemparkan tatapan tanya dengan Nathan yang menggaruk pipinya. "Apa kita harus mengatakan ini pada Azela?" "Entahlah, aku tidak tahu. Azela mungkin tidak akan percaya jika aku tidak mempunyai bukti." Nathan berdecak, mengerutkan keningnya menatap Karin yang bertopang dagu sama bingungnya. "Lalu bagaimana?" "Entah, lihat saja nanti." **     Leo mengangkat wajahnya dari piring berisi irisan salmon kesukannya yang sudah tidak membuatnya berselera saat wanita paruh baya yang sangat di cintainya duduk tepat dihadapannya tersenyum lembut dengan tatapan penuh arti. Diandra Maximilian, ibunya. "Kau baik-baik saja, Sayang?" "Aku baik-baik saja, Ma." "Kalau begitu bawa calon istrimu kerumah." Leo menaikkan alisnya mendengar ucapan ibunya.  Sekarang ia mengerti apa makna di balik kata baik-baik saja. "Aku belum menemukan wanita yang tepat." "Wanita seperti apa yang kau cari? Perlu bantuan Mama?" "Tidak perlu, Ma. Leo sendiri yang akan mencarinya." "Maka cepatlah, Leo. Mama ingin menantu dan cucu. Mama kesepian." Leo terdiam, di usianya yang ke-27 ia sama sekali belum membawa seorang wanita yang akan menjadi calon istrinya. Meski skandal tentang dirinya dengan berbagai wanita merebak di khalayak umum, namun tidak bisa dipungkiri ia begitu menghindari sebuah hubungan yang sejauh itu. "Mama ke toilet sebentar." Leo mengangguk, membiarkan ibunya yang terlihat  begitu sedih segera berlalu.  Oh, ini bukan perkara mudah. Tidak semudah memenangkan tender atau menarik perhatian para investor diperusahannya. Ini tentang mencari istri dan itu artinya orang yang akan menghabiskan seluruh hidupnya bersamanya dan keluarga besarnya. "Kau mematikan ponselmu." Leo mengerutkan keningnya, benar benar terusik  mendengar suara lembut terkendali itu hingga menyesali keputusan Ibunya untuk menghabiskan makan siang di tempat yang sedikit terbuka. "Maaf sayang, aku sedikit sibuk dengan adikku." "Benarkah? Terakhir kali kau mengaku sibuk dan aku menemukanmu sedang mabuk." "Azela sayang, kau tidak percaya lagi padaku? " "Bukan seperti itu Rafa, tapi-" "Tapi apa, sayang?" Leo mendungus, nyaris membanting meja dihadapannya dan menghentikan perdebatan sepasang kekasih yang di kenalinya sebagai bawahannya dan seorang gadis yang duduk membelakanginya.  Seolah sedang mengejek seorang Leo yang bahkan tidak pernah memiliki kekasih.  Brengsek. **

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

BILLION BUCKS SEASON 2 (COMPLETE)

read
334.5K
bc

Call Girl Contract

read
323.1K
bc

(Bukan) Istri Pengganti

read
49.0K
bc

HOT AND DANGEROUS BILLIONAIRE

read
570.3K
bc

See Me!!

read
87.9K
bc

A Million Pieces || Indonesia

read
82.2K
bc

HOT NIGHT

read
605.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook