Elea terbangun dari tidurnya, ia merasa seluruh tubuhnya remuk seperti habis dipukuli. Ia mencoba untuk bangkit, tapi ia terkejut tatkala selimut yang menutupi tubuhnya melorot hingga menampakkan asetnya yang tidak tertutup.
"What happened?"
Elea hampir saja berteriak, tapi saat otaknya mengingat apa yang terjadi semalam membuat gadis itu sangat syok hingga menutup mulutnya. Bayangan akan malam yang begitu panas terngiang di otaknya. Suara desahan serta adegan-adegan yang sangat erotis itu seperti menari-nari di dalam benak Elea. Gadis itu kini sadar, ia telah kehilangan satu-satunya sesuatu yang berharga dalam hidup.
Elea menangis lirih sambil memeluk dirinya sendiri. Menyadari betapa kotor dirinya saat ini. Kenapa rasanya ia begitu menyesal sekarang?
"Menangis setelah semuanya terjadi itu sama sekali tidak berguna. Cih, memuakkan."
Elea mengerutkan dahinya, ia menoleh mencari sumber suara yang tiba-tiba hadir di telinganya itu. Sosok pria besar dengan sorot mata tajam seperti elang itu terlihat baru saja keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk yang melilit pinggangnya. Elea membuang muka.
"Tugasku sudah selesai 'kan? Artinya aku sudah bisa mendapatkan bayaranku," ucap Elea, tak mau lagi berada di tempat yang menjadi saksi perbuatan dosanya itu.
Pria itu memiringkan kepalanya, sedikit heran dengan sikap Elea yang terburu-buru ingin pergi. Biasanya para p*****r yang ia sewa selalu mencari cara untuk memintanya tetep tinggal. Tapi ia ingat, Elea adalah wanita yang berbeda. Wanita itu bahkan masih perawan.
"Namaku Rain, kau–"
"Aku tidak butuh tahu siapa namamu. Hubungan kita hanya terjadi semalam, sekarang kita hanya orang asing, Tuan," tukas Elea dingin.
Rain tanpa sadar mengepalkan tangannya saat melihat sikap Elea yang dinilai sangat arogan. Siapa wanita ini? Terlalu lancang sekali, pikir Rain.
"Baiklah, berapa yang kau inginkan? Aku harap kau tidak akan menyesal atau akan ada drama kau mengandung anakku. Menjijikan," ujar Rain.
Elea menggigit bibirnya, ternyata sakit sekali saat dirinya dianggap rendah seperti ini.
"Berikan aku 1 milliar, aku berjanji tidak akan menunjukkan diriku di depanmu lagi," sahut Elea dengan suara tegas, tak ada lagi keraguan. Semuanya sudah terjadi, sekarang waktunya ia melanjutkan hidup dan membalaskan dendamnya.
Rain tersenyum remeh, akhirnya gadis itu menunjukkan sifat aslinya. Rain sudah paham betul, wanita seperti mereka hanya ingin uang dan uang. Benar-benar makhluk yang menjijikan.
"Larilah sejauh yang kau bisa, karena sekali saja aku menemukanmu. Aku tidak akan melepaskanmu."
Rain menyetujui permintaan Elea dengan membayar 1 milliar untuk jasanya semalam. Meskipun sebenarnya terbesit rasa tak rela saat Elea memilih untuk pergi menjauh. Mengingat ia adalah pria pertama yang telah menyentuh Elea seutuhnya dan ia yang telah mendapatkan kesucian gadis itu.
"b******k! Aku harap wanita itu benar-benar tidak menunjukkan dirinya di depanku lagi," umpat Rain dalam hatinya.
***
3 hari berlalu, Elea baru berani pulang ke rumahnya. Bohong kalau mengatakan dirinya tidak hancur setelah merelakan keperawanannya hanya demi uang. Apakah ia menyesal? Tentu saja iya, bahkan penyesalan itu rasanya seperti ingin membunuh Elea saat ini.
Dengan mental dan hati yang hancur luar biasa, Elea memberanikan diri untuk pulang ke rumahnya. Berharap ada kedamaian yang bisa membuat ia kuat untuk bertahan dalam dunia yang sangat kejam ini. Namun, saat ia pulang ke rumah, ia merasa terkejut saat melihat sebuah tenda besar di pelataran.
"Tenda apa ini? Ada acara apa?" Elea bertanya-tanya dengan wajah bingung.
Wanita itu bergegas melangkah masuk ke dalam area rumahnya. Di sana ada banyak sekali tamu yang hadir dengan deretan mobil mewah di sepanjang jalan. Elea benar-benar bingung, ada acara apa di rumahnya.
Dengan langkah yang cepat, Elea masuk ke dalam tenda itu. Netranya langsung menyoroti wajah-wajah orang di sana, hingga ia menemukan kedua orangtuanya tengah berdiri disebuah altar bersama kakak perempuannya yang sudah cantik dengan sebuah gaun putih.
"Kak Vania? Dia akan menikah?" Elea sangat terkejut sekali, ia bahkan tidak tahu jika kakaknya akan menikah. Wanita itu secepat mungkin mendekati keluarganya itu, ingin menanyakan semua hal mengejutkan ini.
Namun, saat Elea baru saja melangkah terdengar suara dari pendeta yang mengumumkan jika pernikahan itu sudah sah. Acara lalu disambung dengan adegan pasang cincin diantara kedua mempelai. Elea semakin kaget, ia mencoba melihat dengan jelas siapa calon suami dari kakaknya itu.
"Kak Vania menikah dengan siapa? Kenapa mereka tidak mengabariku. Sial, ini sungguh keterlaluan sekali." Elea mengumpat sangat kesal. Merasa tak dianggap dan disepelekan seolah dirinya bukan anggota keluarga.
Tanpa peduli orang-orang yang ada di sana, Elea langsung berjalan menuju altar pernikahan. Ia tidak menunggu kakaknya itu selesai untuk menandatangani surat pernikahan mereka, ia langsung berteriak dengan suara yang cukup keras.
"Ayah, ibu!" teriak Elea.
Semua orang di sana benar-benar menatap ke arah Elea secara bersamaan. Membuat Elea cukup malu, tapi ia juga merasa kesal seolah kehadirannya tidak dianggap sampai kakaknya melangsungkan pernikahan tapi dirinya tidak tahu. Semua rasa kesal dalam hatinya sudah siap ia lupakan, namun saat netranya tak sengaja menatap ke arah lain, ia justru dibuat terkejut bukan kepalang saat melihat sosok pria gagah yang berdiri tepat di samping kakaknya, Vania.
"Dia?" Elea sampai mundur kebelakang karena rasa terkejut yang luar biasa. Jelas ia sangat mengenal pria itu, sosok pria yang tiga hari yang lalu telah melakukan malam panas bersamanya.
Rain sendiri sangat terkejut melihat kedatangan Elea, tapi pria itu hanya diam dan mengulas senyum sinisnya membuat Elea merasa ketakutan sendiri.
"Tidak, tidak, aku pasti hanya salah lihat. Pria itu tidak mungkin ada disini." Elea menggelengkan kepalanya berkali-kali, mencoba menutup matanya dan berharap jika semua ini tidak benar.
"Elea."
Elea menoleh mendengar panggilan itu, dilihatnya Ratna–ibu Elea yang datang menghampiri wanita itu. "Berhentilah membuat keributan, kemari," ujarnya yang langsung menarik Elea pergi dari sana.
Elea membuka mulutnya ingin mengatakan sesuatu, tapi entah kenapa suaranya seperti tertahan di kerongkongan. Sekali lagi ia melirik ke arah pria itu, benarkah dia pria yang sama dengan pria yang telah merenggut keperawanannya?
"Dia benar-benar pria itu?" batin Elea begitu syok hingga kepalanya mendadak pusing seketika.
Rain tersenyum manis seraya memiringkan kepalanya, seolah mengatakan kepada Elea, aku menemukanmu p*****r kecil.
***
Ratna menghempaskan tangan Elea dengan kasar hingga wanita itu hampir saja tersungkur. Wajahnya terlihat sangat marah sekali seolah ingin membunuh Elea saat itu juga.
"Ibu, kak Vania kenapa menikah dengan pria itu? Ibu tahu, dia itu pria yang ...." Elea mengentikan ucapannya, tidak mungkin kalau ia mengatakan jika Rain adalah pria yang telah tidur dengannya. Bagaimana mungkin ia mengatakan jika ia telah tidur dengan kakak iparnya sendiri.
"Gila, ini benar-benar gila. Takdir macam apa yang kau berikan padaku, Tuhan?" batin Elea menjerit seolah ingin keluar dari takdir yang seperti neraka ini.
Bersambung.