“ Boleh Kakak tau siapa pria yang selalu kamu bawa ke rumah ini? “ tanya Marissa yang entah kenapa Marisa merasa curiga, dan Jihan yang merasa mencurigai dirinya sedikit terkejut.
“Kok pertanyaan Kak Marissa aneh gitu, “ kata Jihan
“Dimana letak keanehannya? Gak ada yang aneh dengan pertanyaan kakak, “ Kata Marisa
“Ya maksudnya kenapa Kakak nanya masalah pribadi aku? “ tanya Jihan lagi
“Jawab saja pertanyaan kakak, “ Ujar Marisa tegas
“Privasi, Kak. “ Kata Jihan yang membuat Marisa benar-benar sangat kesal karena ia merasa tidak Varo ataupun Jihan, sama-sama membuat dirinya darah tinggi. Dengan kesal Marisa keluar dari rumah dengan menghentakkan kakinya ke lantai membuat Jihan yang melihatnya merasa bingung dengan sikap Marisa.
Jihan bertanya-tanya Kenapa tiba-tiba Marissa bertanya soal pria yang selalu menemaninya, karena biasanya juga Marisa tidak pernah kepo urusan pribadinya. Jihan jadi sedikit was-was, khawatir Marissa akan mencurigai suatu hal yang tidak ingin dicurigai, anggap aja yang menjadi rahasianya.
“ Kenapa melamun? "Tanya Varo dengan nada lembutnya, seraya mengelus kepala Jihan dengan pelembut.
"Kak Varo berantem sama Kak marisa ya?" tanya Jihan yang membuat kening Varo langsung berkerut.
"Emangnya kenapa? Dia marah-marah sama kamu? " tanya Varo
"Bukan marah-marah tapi heran aja. " jawab Jihan.
” Sudahlah. Tidak perlu memikirkan soal kakak ipar kamu. Ayo kita pergi. "ujar Varo meminta agar Jihan tidak perlu memikirkan soal Marisa apa lagi memikirkan tentang sikap Marisa. Jihan menganggukkan kepalanya nurut.
Jam 07.00 malam Varo sudah pulang, dan langsung bertanya soal Marisa pada Jihan karena Varo tidak melihat mobil yang biasa digunakan Marisa ada di rumah.
“Kak Marissa belum pulang. “ Jawab Jihan. Varo langsung ke kamarnya, dan menghubungi Marissa, bertanya apakah Marisa jadi pergi ke puncak. Berulang kali Varo menghubungi Marisa, Namun sepertinya Marisa sengaja tidak menerima panggilan masuk dari Varo.
Karena Varo sudah Kehilangan batas kesabarannya, akhirnya malam itu juga Varo memerintahkan banyak anak buahnya untuk menyelidiki Marisa, dan bahkan mengawasi Marisa selama Marisa ada di Puncak. Apapun yang menjadi kegiatan Marissa, atau setiap gerak gerik atau bahkan Apa yang dilakukan oleh Marissa akan diketahui oleh Varo . Varo sudah merasa lelah menunggu penjelasan dari Marissa dan menunggu Marissa berubah, karena hingga 2 Tahun Lamanya ia masih belum ada kejelasan mengenai Kapan Marissa akan berubah. Jadi Varo memilih bertindak daripada terus menunggu Marissa berubah dengan sendirinya.
Jihan yang merasa penasaran Apa yang dilakukan oleh Varo di kamarnya karena tidak turun, langsung menghampiri kamar Varo karena Jihan tahu kalau Varo sendirian. Jadi dengan bebasnya atau dengan santainya tanpa merasa sungkan Jihan menuju ke kamar Varo. Namun meski Jihan merasa bebas, Jihan tetap menggunakan kesopanannya untuk menutup pintu terlebih dahulu, dan tidak langsung masuk begitu saja.
Tok tok tok
Cukup lama Jihan menunggu Varo keluar dari kamarnya, akhirnya Varo keluar dari kamarnya dengan wajah yang terlihat begitu sangat serius.
"Kak Varo lagi ngapain? Apa aku ganggu? Soalnya aku khawatir Kak Varo sakit. "Ujar Jihan yang memang merasa khawatir karena tidak biasanya Varo mengurung diri setelah pulang kerja, kecuali kalau memang ada Marissa.
"Kembalilah ke kamarmu, karena Kakak banyak kerjaan. Nanti Kakak panggil kalau kakak butuh kamu." Ujar Varo dengan penuh ketegasan, dan melihat sorot Mata tajam Varo , Jihan langsung menganggukkan kepalanya menurut.
Varo kembali menutup pintu kamarnya dan menguncinya dari dalam, membuat Jihan sedikit merasa penasaran Sebenarnya apa yang dilakukan oleh Varo di kamarnya, hingga Mengunci pintu kamarnya Seperti takut dirinya akan masuk. Karena Jihan tidak ingin mengganggu Varo , akhirnya Jihan memutuskan untuk kembali ke kamarnya meski tidak dipungkiri Jihan tetap merasa penasaran Apa yang dilakukan oleh Varo meski Jihan ada di kamarnya, Jihan tetap kepikiran dengan Varo. Pikiran-pikiran buruk mulai memenuhi otak Jihan yang entah kenapa Jihan jadi berpikir kalau Varo menyembunyikan seorang wanita di kamarnya. Namun tidak berselang lama pikiran buruk itu datang atau mengganggu pikiran Jihan, Jihan buru-buru menghapus pikiran kotor tersebut dan mencoba untuk tetap berpikir positif, tetap berpikir kalau mungkin Varo tengah mengerjakan pekerjaan yang belum terselesaikan di kantor.
Padahal tadi niat Jihan ingin membuatkan kopi, kalau memang harus sedang bekerja. Tapi melihat mata tajam Varo, serta wajah Varo yang terlihat tidak ingin diganggu, dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Dua hari sudah kepergian Marissa, dan itu sudah melampaui batas. Marisa pamitnya hanya semalam pada Varo, namun hingga dua hari dua malam, Marissa masih belum pulang. Dan selama dua hari itu juga Varo tidak pernah melewati apapun yang dilakukan oleh Marissa di belakangnya, hingga membuat Varo harus mengambil keputusan atau bahkan tindakan tegas setelah Varo diberi kejutan yang sangat istimewa oleh Marissa.
Marissa sendiri tidak menyadari kalau dirinya Selama ada di puncak selalu berada dalam pengawasan Varo, karena Marissa tidak pernah berpikir kalau Varo akan menyelidikinya. Marisa tetap menganggap Varo tetap menjadi Varo Seperti Dulu, tidak pernah merasa curiga apapun terhadap dirinya, jadi Marissa tetap bertingkah bebas seperti biasanya, tidak merasa takut akan terjadi sesuatu yang akan terjadi pada dirinya setelah ia pulang dari puncak.
Setelah 3 hari Marissa ada di Puncak, yang katanya ada di Puncak namun kenyataannya bukan di Puncak, kini Varo mendapat telepon dari Marissa, meminta agar Varo menjemput Marissa. Dengan penuh ketegasan dan tanpa kelembutan, Varo langsung meminta Marisa untuk pulang tanpa harus Ia jemput, karena saat Marissa pergi itu tidak diantar oleh Varo. Jadi dengan tegas Varo meminta Marissa pulang tanpa harus dijemput.
Karena Marissa merasa kesal tidak dijemput oleh Varo, akhirnya Marissa tidak jadi pulang hari itu juga, dan Varo tersenyum hambar karena saat dia menunggu kepulangan Marissa ternyata Marissa tidak pulang. Marissa sengaja tidak pulang karena Marissa ingin memberi pelajaran pada Varo, agar kedepannya kalau Marissa minta jemput Varo segera menjemputnya.
Jam 10.00 malam Jihan masih sibuk dengan skripsinya, dan Dia memutuskan untuk tidur setelah ia menyelesaikan skripsinya.
Niat Jihan menyelesaikan skripsinya malam ini tidak tersampaikan karena tiba-tiba kamarnya terbuka lebar dan masuklah sosok pria yang selalu menemaninya untuk bersenang-senang.
“Sayang, aku butuh kamu. “Ujar seorang pria tersebut yang langsung memeluk Jihan, membuat Jihan dengan gerak yang susah menutup pintu kamarnya.
Jihan langsung menyambar bibir pria yang baru masuk ke kamarnya tersebut, karena Jihan juga sangat merindukan pria tersebut.
Saat keduanya sedang memadu kasih, Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka lebar, dan…
“Jihan, jadi selama ini kamu bermain-main dengan… “