Malam ini, Giska kembali ke rumahnya dengan keadaan murka. Selain sedih, Giska juga Kecewa dengan sikap Nicolas yang langsung menghabiskan malam bersama Wanita, setelah memutuskan hubungan dengannya.
Meskipun usia mereka terpaut dua tahun, namun tidak ada halangan bagi Giska.
Sepanjang jalan, Giska mengumpat kasar karena merasa di khianati oleh Pacarnya.
Begitu tiba di rumah, Giska segera membuka kulkas dan mengambil alkohol untuk melampiaskan kekesalannya.
Tak ada teman selain alkohol yang menemaninya. Giska sendirian, minum di rumah yang ia sewa selama di kota.
Tak terasa malam telah berlalu tanpa Giska sadari, Wanita 25 tahun itu mengrnyitkan kening ketika sinar matahari menyilaukan matanya.
Perlahan kedua matanya terbuka, ia menyadari bahwa dirinya telah tidur di sofa bersama alkohol yang masih tergeletak di atas meja.
" Ah, anak s¡alan itu! " Baru saja Giska mengingat kejadian semalam, ia sudah langsung mengumpati Pacar-nya yang sudah mengkhianatinya.
Wanita itu lalu memejamkan kembali matanya, namun suara dering ponsel telah mengurungkan niat-nya.
Giska lalu menyambar ponselnya, dan menjawab panggilan tersebut.
" Hallo? " Ucap Giska, dengan suara serak khas bangun tidur.
" Apa kamu baru bangun??? Kamu ngga tau betapa gaduhnya kantor? Apa begini sikap kamu setelah naik jabatan? " Tanpa aba-aba, Giska langsung menerima omelan dari atasannya, yaitu Pak Lana.
Mendengar itu, Giska segera membuka matanya lebar-lebar dan melihat angka jam, yang sudah menunjukkan hampir pukul 10.
" Ma-maafkan saya, Pak. Saya akan berangkat sekarang! "
Begitu memutuskan panggilan, Giska segera beranjak menuju ke kamar mandi.
" Shitt!!! Kenapa aku bisa kesiangan begini sih? " Gerutu Giska, berlarian kesana kemari menata diri untuk pergi ke kantor.
Wanita itu buru-buru memasuki mobil dan segera mengemudikannya dengan kecepatan tinggi.
Beberapa menit kemudian, tibalah Giska di kantor. Ia segera berlari menuju ke kantornya, namun belum juga sempat tiba di ruangannya, ia sudah di tunggu oleh banyak Orang.
" Heh, apa-apaan kamu, Giska? Kamu ini supervisor baru, bisa-bisanya kamu berangkat jam segini! Kamu mau memberi contoh buruk untuk pegawai lain??? " Sergah Pak Lana, memarahi Giska di hadapan para pergawai.
" Maaf pak, saya kecapean ja-jadi saya... "
" Resiko bekerja ya, capek. Lagian kamu, kalau sudah di rumah harusnya istirahat, jangan malah keluyuran nggak jelas! " Pak Lana tanpa ampun memarahi Giska.
" Maafkan saya, Pak. Ke depannya ini tidak akan terjadi lagi. " Ujar Giska, mengaku salah.
" Pergi bagian showroom sana, disana ada beberapa masalah dengan pembelian. Selesaikan tanpa ada cela! " sergah Pak Lana, meninggikan nada suaranya.
" Ba-baik, Pak! "
" Oh ya, bulan ini gaji kamu akan saya potong! " Katanya, sebelum meninggalkan Giska.
Sementara itu, Giska menghela napasnya karena Pak Lana telah pergi dari hadapannya.
" Cih, potong gaji ya potong aja. Repot banget! " Gerutu Giska, dalam hati. Sambil mendengus kesal, Giska mulai berjalan menuju ke Showroom.
Beberapa masalah terjadi dengan pembelian unit motor. Giska lalu segera menyelesaikannya dengan caranya sendiri.
Masalah yang sedang terjadi rupanya, ada seseorang yang membeli sepeda motor, namun pembayarannya menggunakan uang koin.
Demi memuaskan hati konsumen, Giska akhirnya menerima pembelian tersebut, namun dengan syarat, yaitu Giska harus menghitung jumlah uangnya sendiri.
Pegawai lain sibuk dengan urusannya sendiri, bahkan ada yang sengaja tidak ingin membantunya.
Tanpa mereka tau, bahwa hal ini bukan masalah besar bagi Giska.
Wanita itu membawa sekarung uang koin menuju ke ruangannya, untuk di hitung ulang.
Sementara para staf lain menatap aneh Giska, karena tampak seperti pemulung.
" Gis, sejak kapan kamu jadi pemulung? " Timpal seorang pegawai Wanita, yang bernama Intan.
" Sejak saat ini. " Sahutnya, tanpa memedulikannya lagi.
Setibanya diruangan, Giska mulai menghitung uang koin tersebut hingga selesai.
Siapa sangka, Wanita itu menghabiskan beberapa jam untuk sekedar menghitung uang koin tersebut.
Walau bagaimanapun, Giska tetap berhasil menghitung uang tersebut. Bahkan jumlahnya lebih 5 juta.
Ketika Giska menghubungi konsumen , dan mengkonfirmasi bahwa uangnya kelebihan sebanyak lima juta, Konsumen tersebut malah mengatakan bahwa itu bonus untuk siapa saja yang mau menghitungkan uang tersebut.
Di balik kesulitan ada kemudahan. Rupanya pepatah itu memang nyata! Bonus lima juta itu mampu mengobati rasa lelahnya lembur.
" Emang ya, rejeki ada aja lewatnya. " Gumamnya, merentangkan kedua lengannya.
Wanita itu tidak sadar, jika menghabiskan waktu seharian untuk menghitung uang koin.
" Udah jam 8, aku sampai lupa makan! Sepertinya aku harus makan enak, nih. " Tanpa lama-lama lagi, Giska mengemasi barangnya, dan bersiap untuk pulang.
Dalam perjalanan, ia mengingat kembali hari putusnya dengan Nicolas. Sesaat ia memang merasa sangat sedih, namun begitu tau bahwa Nicolas sudah mengkhianatinya, perasaannya terhadap Nicolas seketika memudar.
" Ck, pria s¡@lan!!! " umpat Giska, ketika mengingatnya.
Wanita mandiri itu, kini menepikan mobilnya di sebuah Restoran dan bersiap untuk memanjakan diri.
Sambil menunggu makannya datang, Giska mendapat sebuah panggilan dari Vera. Lantas ia segera menjawabnya.
" Gis, apa kamu sudah melihat? " tanya Vera, dari balik telfon.
" Lihat apa? "
" Postingan Nicolas di medsos bareng sama cewek lain? "
" Oh, aku putus sama dia. " sahut Giska, terdengar biasa saja.
" Apa? Kemarin kan masih baik-baik saja? " Bahkan Vera saja tak percaya.
" Ya, tapi gimana lagi? Dia lebih milih perempuan lain. Mungkin karena aku sudah tua, makanya dia berpaling. " tutur Giska, tegar.
" Omong kosong macam apa itu? Sekarang, kamu dimana? "
" Aku di Restoran Hakassia! " sahut Giska.
" Oke, aku akan kesana. "
Vera lalu memutuskan panggilannya, setelah mengatakan itu. Tampaknya, ia cukup khawatir dengan Giska, yang baru saja putus. Sehingga Vera berencana, untuk menemani dan menghibur Giska.
Beberapa menit kemudian, tibalah Vera di Restoran Hakassia. Wanita itu sedikit terkejut, melihat meja Giska di penuhi dengan hidangan.
" Gis, apa karena kamu baru putus, terus makan banyak seperti ini? " Sergah Vera, baru saja datang. Ia lalu duduk di hadapan Giska, yang sedang menikmati menu makan malam istimewanya.
" Ah, kamu sudah datang? Duduklah, aku pesan banyak karena kamu bilang mau datang. Cepat temani aku makan! " ujar Giska, terlihat asyik makan.
Vera pun menuruti keinginan Giska dan segera menyantap hidangan tersebut.
" Kamu nggak apa-apa kan, Gis? " tanya Vera, masih mengkhawatirkan Giska. Ia mengira, Giska sedang berpura-pura tegar.
" Tentu saja. Aku baru saja mendapat bonus lima juta dari konsumen, jadi aku akan mentraktirmu malam ini " sahutnya, penuh percaya diri.
" Wah, lima juta. Apa orang itu konglomerat? " Vera yang mendengarnya pun sempat terkejut.
" Mungkin. Sejak pagi aku menghitung uang pembeliannya yang menggunakan full uang receh. Ternyata mereka melebihkan lima juta untukku, karena sudah mau menghitung uangnya " Perlahan Giska menceritakan pekerjaan melelahkannya namun juga sangat worth it.
" Ternyatan kamu memang Giska. Sia-sia aku mengkhawatirkanmu yang baru putus cinta, ternyata kamu malah jadi lebih semangat. " Tutur Vera menggeleng-gelengkan kepalanya.
" Ah, kenapa kamu membahas itu sih? Membuat selera makanku hilang! " Gerutu Giska, menyeka mulutnya dengan lap.
" Hehe, sorry. Jadi, kenapa kalian tiba-tiba putus? " bagaimanapun, Vera merasa penasaran dengan hubungan Giska yang tiba-tiba putus.
" Sialan, benar juga. Kenapa dia tiba-tiba mutusin aku? " Giska yang sudah tak selera makan pun, meneguk Wine hingga habis sekaligus.
Vera yang melihatnya pun bingung, mengapa Giska bisa seperti ini.
" Tadi kamu lihat postingannya kan? Apa kamu tau mereka dimana? " tanya Giska, menatap Vera yang sedang menyantap makanannya.
" Dari fotonya sih, sepertinya mereka ada di Bar Savanna! "
" Savanna lagi? Sebenarnya tempat macam apa itu? Kenapa isinya orang-orang b******k?! " Giska dengan marah lalu beranjak dari tempat duduknya.
" Tunggu, kamu mau kemana? " Tanya Vera, tersentak.
" Kemana lagi? Memberinya pelajaran!!! " sahut Giska, penuh keyakinan. Sebelum pergi, ia tak lupa menyambar tasnya dan juga membayar bill tagihan makan malamnya.
" Gis, tunggu! Aku kan belum selesai makan?! " Sentak Vera, berdiri sambil menyantap makanannya.
" Kalau begitu kamu makan saja, biar aku pergi sendiri! " Seperti biasa, Giska dengan semangat berjalan keluar. Sementara itu, Vera terpaksa meninggalkan makanannya, dan berlari mengejar Giska.
Kini kedua Wanita itu berlagak, menuju ke Bar Savana. Mereka meyakini, bahwa disana ada Nicolas dan juga pacar baru-nya.
Setibanya disana, rupanya Nicolas benar-benar ada disana. Melihat Nicolas yang sedang asyik bersama Wanita lain, Giska pun kembali memulai aksinya.
" Gis, tenang dulu. Jangan gegabah seperti kemarin! " Tutur Vera, menasehati.
" Nggak! Nggak ada ampun buat Pria tukang selingkuh?! " Giska berjalan lurus, menatap tajam ke arah Nicolas.
Setibanya disana, Giska segera melayangkan tamparan pada Pria muda dan tampan itu. Hingga membuat rambut Nicolas berantakan.
Pria itu memegangi sudut bibirnya, dan merasakan sedikit nyeri dari tamparan tersebut. Sorot matanya menatap Giska dengan tanpa ekspresi.
Sementara itu, Wanita yang berada di dekatnya pun segera beranjak dari pangkuan Nicolas.
" Pria br3ngsek! Beraninya kamu mengkhianatiku?! " Sentak Giska, menatap tajam Nicolas.
Tanpa berkata apapun, Nicolas hanya tersenyum getir menanggapi ucapan Giska.
" Kalau aku br3ngsek, terus kamu apa? " Ucap Nicolas, tanpa ekspresi.
" Apa maksudmu? Kalau kamu bosan sama aku bilang, br3ngsek!!! " Giska masih saja mengatakan kata-kata serapah pada Nick.
Itulah salah satu kekurangan Giska saat sedang marah, yaitu mengumpat dan berkata kasar.
" Ya terserah apa maumu, j4l*ng!!!! "
Plakkkkkkk!!!!
Sebuah tamparan kembali mendarat di pipi Nicolas. Hingga membuat Pria itu menatap tajam Giska.
" Atas dasar apa, kamu mengataiku j4l*ng??? " Sentak Giska, dengan mata berkaca-kaca.
Next----