Bab 4. Dua tiket pesawat

1387 Words
Giska melayangkan tamparan yang sangat keras pada Nicolas, ketika Pria itu menyebutnya sebagai Wanita j4l*ng. Mungkin Giska masih bisa mentolerir saat dirinya di khianati, namun Perkataan kejam yang keluar dari mulut Nicolas membuat Giska sakit hati. Bagaimana bisa, Nick menyebutnya sebagai Wanita j4l*ng, padahal selama ini Nicolas yang paling tahu, wanita seperti apa Giska. Meski telah lama berpacaran, Giska bahkan tidak pernah tidur dengan Nicolas. Bisa-bisanya Pria itu menyebut Giska sebagai j4l*ng. " Kamu lebih menjijikkan. Bertingkah polos, padahal sebenarnya kamu seorang pemain! Apa yang kamu banggakan, hah? " Akibat tamparan itu, Nicolas menjadi semakin marah pada Giska. Sementara itu, Giska hanya bisa menahan air matanya sambil napasnya tak beraturan. " Beb, kepalaku pusing! " Tutur Wanita yang sejak tadi bersama Nicolas. " Ah, kalau begitu ayo pergi. Nggak baik lama-lama sama Wanita j4l*ng! " Dengan mulutnya yang tajam, Nicolas menggenggam tangan Wanita bernama Rachel, dan pergi meninggalkan Giska. Wanita itu hanya menatap kepergian pacarnya, dengan Wanita lain. Setelah Nicolas tak terlihat, barulah Giska menitihkan air matanya. " Gis, kamu nggak apa-apa kan? " Vera yang sejak tadi melihat perseteruan Giska dan Nicolas pun, kini menghampiri Giska dan memeluknya. Giska hanya menangis dan menganggukkan kepalanya. Ia begitu sakit hati dengan kata j4l*ng yang keluar dari mulut Nicolas. " Ayo duduk, tenangkan dirimu dulu Gis! " Papah Vera, kepada Giska menuju ke meja yang kosong. Meski terlihat tegar namun Giska tetaplah seorang Wanita yang berhati nurani. Vera menenangkan Giska, akan berhenti dari tangisnya. " Nggak Apa-apa, Gis. Laki-laki masih banyak, kok. Kamu pasti dapat pengganti yang jauh lebih baik dari Nick. " Tutur Vera, menepuk punggung Giska. Wanita itu tak melampiaskan rasa sakit hatinya, dan tak lupa ia memesan minuman beralkohol untuk mengobati patah hatinya. Sedangkan Vera, ia setia menemaninya sampai Giska benar-benar puas melampiaskan perasaannya. Tepat pukul 1 dini hari, mereka berdua pergi. Vera terpaksa harus mengurus Giska yang sudah mabuk berat, karena kali ini Vera tidak ikut minum. Vera terlihat membawa Giska ke rumah-nya, yang jaraknya lebih dekat dibandingkan rumah Giska. Setibanya dirumah, Vera segera merebahkan tubuh Giska di atas ranjang. " Hah, dasar. Umur 25 malah putus! Tapi baguslah, aku juga nggak suka sama Nick! Dia masih terlalu labil untukmu. " Gumam Vera, menatap iba Giska, yang tak sadarkan diri. Giska kini terlelap dalam tidurnya, ia tak menghiraukan apapun setelah di pengaruhi alkohol. Ia hanya ingin melupakan sakit hatinya, terhadap Nicolas. Di sudut lain... Nicolas baru saja mengantar Rachel pulang, wajahnya dingin dan segera melajukan mobilnya setelah Rachel turun dari mobilnya. Rachel hanya bisa mendengus kesal, melihat kepergian Nicolas. Ia merasa bukan apa-apa dibandingkan dengan Giska, meskipun mereka sudah putus. " Aku pastikan, kamu akan segera jadi milikku, Nick! " Gumam Rachel, menatap tajam ke arah laju mobil Nicolas yang semakin tak terlihat. *** Lalu di keesokan harinya, Giska kembali terbangun dari tidurnya. Kepalanya sungguh terasa berat, ia mengerjap menatap langit-langit atap kamar Vera. " Ini kan bukan kamarku?! " Wanita itu segera beranjak, begitu menyadari hal tersebut. " Akhirnya kamu bangun juga. " Ujar Vera, yang sedang menonton televisi tak jauh dari tempat Giska tidur. " Ver, jam berapa ini? Kenapaa kamu nggak bangunin aku sih? " Giska panik, melihat sinar matahari yang terlihat menyengat. Lantas Wanita itu segera bergegas mencari tasnya, dan segera pergi ke kantor. " Bukannya kamu, yang tidurnya seperti orang Koma??? " Sergah Vera, kesal. Pasalnya ia sudah berusaha membangunkan Giska sejak pagi, namun Giska sangat sulit di bangunkan dan malah mengumpat pada Vera yang di anggap mengganggu tidurnya. " Ah sudahlah, aku pergi dulu. " Tak mau lama-lama lagi, Giska segera pergi dari rumah Vera. Kemarin saja dirinya sudah telat, hari ini Giska harus berangkat telat lagi. Bukankah Giska harus menyiapkan telinga lagi, untuk menerima omelan dari Pak Lana?! " Gis, untuk apa buru-buru? Aku sudah mengajukan cuti hari ini untukmu! " Vera mengejar langkah Giska, yang sudah keluar dari kamar. Seketika Giska menghentikan langkahnya, ketika mendengar itu. " Kenapa kamu nggak bilang dari tadi? " Giska lantas memilih membuka kulkas, dan mengambil air dingin untuk ia teguk. Tenggorokan rasanya sangat kering, sehingga membuat Giska meneguk air dingin, meski baru saja bangun tidur. " Kamu kan nggak nanya! " Sahut Vera, tanpa ekspresi. Giska lalu melenguh, dan menghela napas menyenderkan tubuhnya di atas sofa. " Tunggu! Kenapa kamu di rumah? Apa kamu juga cuti? " tanya Giska, baru menyadari. " Ya, ini semua karena perempuan mabuk yang baru putus cinta! " Sahut Vera, malas. " Hehee, Vera memang yang terbaik. Sebagai gantinya, gimana kalau hari ini kita jalan-jalan? " ujar Giska, menawarkan. " Aku akan siap-siap, tunggulah sekitar 10 menit! " Mendengar tawaran itu, Vera pun semangat untuk bersenang-senang dengan Giska. Sambil menunggu Vera bersiap-siap, Giska membuka ponselnya. Ia melihat tak ada pesan dari Nicolas, yang setiap pagi memberikan ucapan selamat pagi. Wanita itu tersenyum getir, menyadari bahwa hubungannya dengan Nicolas benar-benar sudah putus. " Aku akan membuatmu menyesal, Nick! " Gumamnya, merasa muak. Lalu Giska membaca pesan dari Jelita dan juga Sinta. Mereka tampaknya juga sudah melihat postingan Nicolas bersama dengan Rachel. Kedua sahabat Giska itu sama-sama mengkhawatirkan Giska, sama seperti Vera. Ia lalu kembali tersenyum, menyadari betapa beruntungnya dia, memiliki tiga sahabat yang sangat baik padanya. " Gis, aku membeli dua tiket pesawat ke bali dengan jadwal penerbangan hari ini. Aku berencana untuk memberikannya padamu, karena Suamiku sibuk dan tidak bisa pergi. Kamu mau kan? Anggap saja ini sebagai obat galau-mu. Kamu bisa pergi dengan siapapun" Begitula isi pesan dari Sinta, yang membuat Giska menghela napasnya. Padahal jelas-jelas Hubungan dia yang lebih mengkhawatirkan, tetapi bisa-bisanya Sinta mengkhatirkan-ku! Pikir Giska dalam hati. Giska sedih memikirkan nasib pernikahan Sinta. Apa dia tau yang dilakukan Suaminya, dibelakangnya? Semuanya terasa sulit di cerna. " Makasih ya, Sin. Mungkin aku akan menggunakan tiket ini bersama Vera! Kalau ada apa-apa, jangan sungkan buat cerita sama aku ya? " Jawab Giska, mengirim pesan pada Sinta. Beberapa menit kemudian, Vera akhirnya selesai bersiap-siap. " Udah? " Tanya Giska, sambil mengantongi ponselnya. Vera pun menganggukkan kepalanya, menjawab Giska. Mereka kini menuju ke mobil, dan Giska melajukannya dengan kecepatan sedang. " Kamu nggak mau makan dulu, Gis? " Tanya Vera. " Nanti aja lah, Ver. " Perlahan mereka kembali fokus dengan perjalanan. " Loh, ini kan arah ke rumah kamu? Kamu mau mengambil sesuatu? " tanya Vera, heran. " Memangnya cuma kamu yang boleh siap-siap? Aku juga mau siap-siap biar cantik! " Rupanya, Giska lebih dulu pulang ke rumah. Bagaimanapun ia juga perlu menyiapkan keperluannya. " Ck, kamu kan sudah cantik! " Gerutus Vera, melirik Giska yang sedang fokus mengemudi. Ketika tiba di rumah Giska, Wanita itu segera menyiapkan semuanya. " Kamu bawa apa aja, Gis? Kenapa bawa tas besar? " Tanya Vera, keheranan. " Oh, ini cuma tasnya aja kok yang besar. Isinya kosong! " Sahutnya, kembali masuk ke mobil. Giska lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Selama perjalanan, kedua Wanita itu menyalakan musik untuk menemani perjalanan mereka. Hingga tak terasa mereka telah menghabiskan waktu selama hampir 30 menit. " Gis, memangnya kita mau kemana? " Tanya Vera, merasa aneh. Ia tentu sadar, jika ini arah menuju ke bandara. " Kita akan ke Bali. Hehe " Kekeh Giska, menjawab. " Apa??? Bukannya kita cuma mau shoping ke mall? " sergah Vera, kaget. " Hehe, tiba-tiba ada yang memberiku dua tiket pesawat ke Bali. Ya sudah, aku terima saja dan bawa kamu kesana! " Ujar Giska, menjelaskan. Tak terasa, ia sudah memasuki kawasan Bandara. Vera hanya bisa menghela napasnya, ia pasrah menuruti kata Giska yang sedang putus cinta. Tak lama kemudian, Giska lalu mengkonfirmasi tiket dari Sinta. Ia menghela napas dan berdiri bersama Vera. " Kenapa lagi? " Ujar Vera, melihat reaksi Giska yang lemas. " Anak ini, ternyata memberiku tiket pulang pergi sekaligus! " Sahut Giska, melenguh. Sinta menutupi perbuatan Suaminya dari Giska, dan mengatakan bahwa Suaminya sangat sibuk, padahal Giska sudah mengetahui semuanya. " Sebenarnya siapa yang memberimu tiket ini? " " Sinta, Ver! Awalnya dia berencana ke Bali sama Rama. Tapi kamu tau sendiri kan, kalau Rama br3ngs*k!!! " Mendengar itu, Vera sama-sama sedih. " Tapi Gis, dia kan sedang hamil besar. Nggak mungkin kan, kalau di berencana ke Bali sama Rama? " timpal Vera, menyadari kejanggalan. Giska terdiam, sama-sama menyadari hal tersebut. " Br3ngs*k! Jangan-jangan ini milik Rama sama selingkuhannya!!! " Sergah Giska, mengepalkan tangannya. " Aku juga berpikir seperti itu. Jadi gimana? Apa kita harus berhenti atau lanjut? " Tanya Vera. Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD