Bab 5.Membayangkan hal menyenangkan

1293 Words
Demi melampiaskan amarah Giska kepada para Pria, ia bertekat untuk tetap menggunakan Tiket tersebut bersama Vera. Kedua Wanita itu kini telah berada di dalam pesawat yang sebentar lagi akan take off. Tanpa membawa banyak keperluan, mereka akhirnya akan terbang ke Bali. Dengan menghabiskan waktu selama satu jam lebih 20 menit, Pesawat akhirnya landing di bandara Gusti ngurah rai, Bali. Hanya bermodalkan tas ransel yang berisi beberapa pakaian, Giska dan Vera berjalan keluar dari area bandara. " Ck, curang banget kamu penuh persiapan sedangkan aku nggak! " Cibir Vera, menatap sinis Giska. " Penuh persiapan apanya? Kamu pikir apa yang aku bawa di dalam tas ini? " " Pasti dress bunga-bunga dan topi kan? Curang ya, kamu Gis. Sedangkan aku nggak bawa apa-apa! Cih, lihat saja, aku bisa membeli di toko kok! " Melihat Vera menggerutu, Giska hanya terkekeh. Terserah apa mau mu, Ver! Mereka berdua segera mencari taxi, untuk mencari penginapan selama mereka ada di Bali. Selama berada dalam taxi, Vera mencoba mencari hotel di Bali yang harganya relatif murah dan juga nyaman. Tak butuh waktu lama, Vera segera memboking Hotel Marlyn. Giska pun telah sepakat dengan pilihan Vera, yang tentunya terbaik dan tidak mencekik harganya. Hotel Marlyn merupakan Hotel bintang tiga, namun memiliki ribuan ulasan baik. Selain bangunannya yang mewah dan classik bergaya khas Bali, Hotel Marlyn memiliki palayan terbaik bagaikan Hotel bintang lima. Beberapa saat kemudian, mereka berdua akhirnya tiba di Hotel Marlyn. Sejenak Mereka menghabiskan waktu untuk beristirahat di kamar hotel, sebelum memulai aktifitas jalan-jalannya. Sementara itu, ketika matahari begitu terik di kepala, Giska berjalan keluar dari kamar Hotel. Giska merasa bosan, hanya berdiam diri kamar. Hal itu membuat Giska keluar untuk berjalan-jalan di sekitar hotel. Mau tidak mau, ia harus pergi sendiri karena Vera terlelap dari tidurnya. Disana Giska mulai melihat-lihat toko pernak pernik, juga toko pakaian di pinggiran jalan. Ia membeli beberapa pakaian dan juga kain Bali, untuk dirinya dan juga Vera. Setelah menghabiskan waktu selama satu jam, Giska kini kembali ke Hotel dengan jinjingan di tangan kanan dan kirinya. Demi melindungi matanya dari sengatan matahari, Giska mengenakan kacamata berwarna gelap dan juga topi lebar yang baru saja ia beli di toko emperan. Wanita itu terlihat berjalan anggun, memasuki lobi Hotel. Baru saja kakinya beberapa kali melangkah, tiba-tiba ada enam orang penjaga keamanan sedang menyambut kedatangan seseorang, yang baru saja turun dari mobil mewahnya. Hal itu tentu menghalangi jalan Giska, hingga Wanita itu mengurungkan langkahnya untuk sejenak. Seorang Pria dengan aura wibawa kuat, keluar dari mobil dan melangkahkan kakinya panjangnya, memasuki hotel Marlyn. Di belakangnya terdapat seseorang yang mengikuti langkahnya. Penampilannya membuat Pria itu menjadi pusat perhatian. Apalagi dengan banyaknya orang yang menyambut kedatangannya. " Apa dia tamu VIP hotel ini? " Gumam Giska, menatap punggung lebar dan terlihat kokoh milik Pria itu, yang semakin tak terlihat. Setelah sambutan selesai, para penjaga keamanan itu kembali ke tempatnya masing-masing. Lantas Giska pun melanjutkan langkahnya untuk kembali ke kamar. " Ternyata benar ya, nanti malam akan ada pesta disini? " " Pasti seru! Apalagi ini pekan, pasti banyak yang akan datang. " Desas desus dari para pegawai Hotel pun harus terdengar ke telinga Giska, ketika sedang berjalan memasuki kamarnya. Setibanya dikamar, ia melihat Vera yang masih terlelap. Giska lalu memilih mandi, karena dirinya juga merasa kepanasan. Hingga waktu menunjukkan pukul 4 sore, Vera barulah terbangun dari tidurnya. Ia melihat Giska yang sedang duduk di depan meja rias. " Gis, kamu mau kemana? " Tanya Vera, sembari mengucek matanya. " Mau jalan-jalan. Aku mandi dulu sambil nunggu kamu bangun, " Sahutnya, tanpa menoleh ke arah Vera. Ia hanya sibuk memakai gincu pada bibirnya. " Ck, kamu tuh curang banget sih nggak bangunin aku! " Vera berdecak kesal, beranjak dari tempat tidurnya. Wanita itu lalu segera mandi, karena Giska bahkan sudah rapih. Mereka tentu sudah merencanakan untuk jalan-jalan ke pantai di sore hari, sambil melihat Matahari terbenam. Beberapa menit kemudian, Vera keluar dari kamar mandi dengan mengenakan bathrobe berwarna putih. " Gis, aku pakai apa dong? Aku kan nggak bawa baju sebiji pun! Kamu sih enak, penuh persiapan. " Lagi-lagi Vera mendengus kesal pada Giska. " Ya ampun anak ini, dari tadi marah-marah terus deh. Nih, pakai ini. Tadi aku beli beberapa pakaian untuk kita pakai disini. Pilih salah satu yang mau kamu pakai, nanti yang lainnya kita laundry dulu " Tutur Giska, memberikan sebuah paperbag besar pada Vera " Kapan kamu membelinya? " perlahan Vera memilih baju yang akan ia pakai. " Tadi siang waktu kamu tidur, aku keluar nyari baju! " sahut Giska, sudah selesai merias tipis-tipis wajahnya. " Tuh kan, kamu curang lagi. Kenapa bangunin aku sih, kan kita bisa beli bareng, aku juga bisa milih! " Gerutu Vera, kesal. " Kamu tidurnya lelap banget, Ver. Aku nggak enak mau membangunkan tidurmu. " Giska menekuk bibirnya, karena Giska sejak tadi terus mendengus kesal padanya. " Sudahlah, pokoknya nanti kita harus shoping lagi. Aku akan ganti baju dulu! " Ujar Vera, sudah mengambil salah satu baju yang akan ia pakai. " Kalau gitu, aku cuci baju sisanya dulu ya? Berhubung ini kepepet, jadi kita pakai langsung aja. " Kekeh Giska, mengambil kembali paperbagnya. Vera hanya menganggukkan kepalanya, menjawab pertanyaan Giska. Sambil menunggu Vera, Giska memilih pergi ke Guest Laundry untuk mencuci pakaian yang ia beli siang tadi. Ketika Giska keluar dari lift, ia tak sengaja menabrak seseorang hingga membuat paperbagnya jatuh ke lantai. Namun Pria yang menabraknya hanya berdiri menatap Giska. Hal itu membuat Giska menatap tajam Pria itu. " Cih, bukannya minta maaf! " Gerutu Giska, sambul memungut papaerbagnya. " Maaf Nona, anda baik-baik saja kan? " Bukan Pria yang menabarak Giska, melainkan justru seseorang yang berdiri di belakangnya yang membantu Giska memungut baju yang sempat keluar dari paperbag. " Hmm! " Tanpa menoleh, Giska menjawab. Setelah semuanya terambil, Giska segera berlalu meninggalkan mereka. " Sekali lagi maaf, Nona. " Ujar Seorang Pria yang terlihat seperti Asistennya. " Ck, apa dia nggak punya mulut? " Gerutu Giska, berdiri di depan mesin cuci. Wanita itu bersiap untuk mencuci pakaiannya dan menunggu untuk beberapa menit ke depan. Sementara itu di sudut lain, di sebuah kamar Presidential suite, terlihat baru saja seseorang masuk ke dalam kamarnya. Pria itu lalu melepas kacamata hitamnya, dan memiliki mata yang tajam. " Rom, cari tahu tentang gadis tadi. Apa tujuan dia datang kesini, beritahu padaku! " Ujar Pria itu, menyadari bahwa Wanita yang menabraknya tadi adalah Giska. " Ma-maksud anda, Wanita yang tadi menabrak anda? " Tanya Romi, ragu. Rupanya, Romi adalah Asisten sekaligus sekertaris pribadinya. " Memangnya siapa lagi? " Sergah Pria itu, duduk di atas sofa dengan kaki menyilang. " Ba-baik Tuan. Apa ada lagi? " " Tidak ada! Aku mau istirahat untuk persiapan acara nanti malam " Ujar Pria itu, menyenderkan kepalanya di sofa. " Kalau begitu, saya permisi Tuan. Selamat beristirahat " Romi lalu segera keluar dan menjalankan tugasnya untuk mencaritahu tentang Giska. " Aneh, kenapa Tuan menyuruhku mencaritahu tentang Wanita itu? " Gumam Romi, dalam hati. Ia tentu merasa heran, karena tidak biasanya Tuannya mau berhubungan dengan Wanita. " Ah, jangan-jangan Tuan mengalami Cinta pada pandangan pertama? Xixi " Romi terkekeh membayangkan hal-hal yang menyenangkan. Lagi pula, Romi hanya bisa membayangkan hal-hal tentang Atasannya yang selama ini ia anggap menyeramkan. Pria itu bernama Arthur Kalandra. Pengusaha yang berpengaruh di Indonesia, yang memiliki banyak bisnis dan perusahaan di beberapa kota besar. Romi sudah lama bekerja dengannya, sehingga ia tau betul bagaimana sifat Bos-nya. Arthur Kalandra, atau Pria yang biasa di sapa Andra itu, kini berbaring di atas sofa. Benar! Bukan di ranjang, melainkan di sofa. Matanya terpejam, namun kepalanya memikirkan Sesuatu. " Giska. Benarkan, namanya Giska kalau nggak salah! " Gumamnya, membuka kedua matanya yang sebelumnya terpejam. " Kenapa Gadis itu bisa ada disini? Apa ini cuma kebetulan? " Gumam Andra, memikirkan. Mengapa Andra tau nama Giska? Apa mereka saling mengenal? *bersambung....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD