Kini di dalam kamar presidential suite, terlihat Andra baru saja masuk. Pria itu melepas satu persatu kancing kemejanya, sambil berjalan menuju ke kamar mandi.
Bajunya basah kuyup, setelah menyelamatkan Giska dari kolam renang. Awalnya Pria itu tak sengaja melihat wajah yang tak asing baginya, sedang kebingungan mencari seseorang.
Lalu, ia juga melihat kejadian dimana Giska jatuh ke dalam air. Termasuk dirinya juga, telah melihat pakaian d*l*m Giska yang mengecap, akibat pakaiannya basah.
Menyadari bahwa Giska dalam kesulitan, Andra pun berinisiatif mengambil handuk dan menceburkan diri demi membawa Giska dari sana.
Hingga kini Pria itu telah kembali ke kamarnya. Sebuah air deras turun dari shower, berhasil membasahi tubuhnya
Setelah mencari tahu tentang Giska, ia telah mengetahui bahwa Giska datang ke Bali merupakan hanya untuk sekedar liburan.
" Ini kan hari kerja, liburan apanya?! " Gumam Pria itu merasa aneh.
Bukan hanya tujuan Giska datang ke bali saja yang ia ketahui. Andra bahkan mendapat cukup banyak informasi tentang Giska.
Mengenai tempat tinggalnya, usianya, serta pekerjaannya.
Andra menundukkan kepalanya, menyender di dinding kamar mandi, sambil menikmati guyuran air dingin.
" Dia bahkan ternyata pegawai, di salah satu perusahaanku! " katanya, memikirkan Giska.
Siapa sangka, Andra rupanya pemilik anak perusahaan, tempat Giska bekerja. Selama ini, dirinya hanya memantau anak perusahaannya dari jauh. Ia sudah mempercayakan semuanya, pada Orang kepercayaannya.
Sementara itu di sudut lain, Giska pun sama-sama baru selesai mandi. Begitu keluar dari kamar mandi, ia lebih dulu mengambil lotion dan memakai ke seluruh tubuhnya.
" Gis, siapa laki-laki tadi? " Tanya Vera, merasa penasaran.
" Mana aku tau, ck. Ada-ada aja pertanyaan kamu! " Sahut Giska, sinis.
" Dia tampan banget. Oh ya, dia juga manly banget waktu datang menolongmu. Aku saja hampir meleleh melihatnya! " Entah sambil membayangkan apa, Vera terlihat seperti orang bodoh.
" Kamu pikir kamu lilin? " Tanpa memedulikan Vera, Giska melepas handuk yang menempel di kepalanya.
Kini Wanita itu duduk di depan cermin, sambil tangannya sibuk menyalakan hairdryer untuk mengeringkan rambutnya.
Meski begitu, Giska sempat memikirkan Pria yang baru saja menolongnya.
" Kenapa kebetulan banget, ya? " Batin Giska, sambil menatap wajahnya sendiri dari pantulan cermin.
Giska dan Vera sepakat untuk menghabiskan waktu liburnya berada di Bali. Tanpa sadar, mereka telah menghabiskan waktu dua hari di Bali.
Malam ini, mereka berencana untuk pulang. Kedua wanita itu terlihat puas, pada liburan kali ini meskipun hanya berdua.
" Mari pulang, karena besok sudah harus cari cuan lagi! " Ujar Vera, menyenderkan tubuhnya di kursi pesawat.
Mereka kini sudah siap terbang ke Indonesia, setelah dua hati ada di Bali.
****
Beberapa hari kemudian, Giska akhirnya kembali bergelut dengan pekerjaannya. Sebagai supervisor, Giska memimpin bawahannya untuk belajar, bagaimana cara membuat konsumen tertarik untuk deal membeli unit sepeda motor.
Beberapa dari mereka tentu menerapkan ilmu tersebut. Namun ada juga yang enggan mengikuti jejak Giska. Apapun itu, Giska hanya melakukan tugasnya.
Siang ini, Giska baru saja selesai rapat. Pembahasan rapat kali ini, Pak Lana menjelaskan bahwa besok akan ada pemantauan langsung dari atasan.
Dengan begitu, Pak Lana meminta semuanya termasuk Giska, untuk menyiapkan diri agar menunjukkan performa yang lebih baik dari sebelumnya.
" Kalian sudah mengerti? " Ucap Pak Lana, memerhatikan semua stafnya.
" Iya, mengerti Pak! " Sahut mereka secara bersamaan.
" Baiklah kalau begitu. Sampai disini saja rapat hari ini. " Pak Lana lalu menutup rapatnya dengan baik.
Sementara itu, para pegawai satu persatu keluar dari ruang rapat. Begitu pun dengan Giska, yang kini kembali ke ruangannya.
Setelah sekian lama, Giska bekerja di perusahaan ini, ia baru bertemu dengan hari dimana Pemilik Perusahaan akan memantau secara langsung.
Meski Giska tahu, bahwa WR grup adalah milik keluarga Nicolas, namun ia tidak pernah tau seperti apa wajah pemilik perusahaan tempat dirinya bekerja.
" Ya, lagi pula ini perusahaan kecil. Pasti beliau jarang memerhatikan perusahaan kecil macam ini kan?! " Gumamnya, sambil memulai bekerja dengan komputernya.
Demi mencapai target bulan ini, Giska berencana untuk membuat tim dan melakukan event atau acara di suatu tempat.
Hanya saja, Giska membutuhkan proposal untuk meminta persetujuan.
Lagi-lagi, Wanita itu mengerjakannya sampai malam. Baginya, tidak ada yang lebih baik selain bekerja atau tidur.
Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Giska tersentak, begitu menyadari bahwa dirinya cukup gigih demi mencapai target bulan ini.
" Aku harus pulang dan tidur. Aku nggak boleh sampai telat, besok! " Gumamnya, segera terbirit meninggalkan kantornya.
Seperti biasa, pada waktu malam hanya ada seorang security keamanan yang menjaga Kantor.
Begitu akan melajukan mobilnya, tiba-tiba ia menyadari sesuatu. Sontak Giska pun turun dari mobilnya.
" Ada apa Mbak? " tanya seorang security, yang melihat Giska turun dari mobilnya. Security bernama Rudi itu, menghampiri Giska barangkali membutuhkan bantuan.
" Ah, ini Ban mobil saya ternyata kempes, Pak. Saya juga baru sadar. " sahut Giska, setelah mengecek ban mobilnya.
" Waduh, apa mbak punya ban cadangan? Kalau ada, saya bisa membantu Mbak. " Tutur Pak Rudi.
" Aduh, saya nggak punya ban cadangan Pak. Gimana ya? " Giska kebingungan, sampai menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
" Jam segini mana ada montir, Mbak. Gimana kalau mbak naik taxi aja. Mobilnya biar disini, besok baru di ganti bannya. Gimana? " ujar Rudi, menyarankan.
Meski terlihat sungkan, namun Giska akhirnya setuju untuk meninggalkan mobilnya di kantor.
" Saya permisi ya, Pak?! " pamit Giska, pada Pak Rudi.
Mau tidak mau, Giska akhirnya pulang dengan taxi.
" Ya, ini lebih baik dari pada besok telat! " Gumamnya, menyenderkan kepala di senderan kursi taxi.
Waktu telah berlalu tanpa terasa. Giska yang sudah mempersiapkan diri pun, berangkat lebih pagi dari sebelumnya.
Wanita itu kini sedang berada didalam busway, dan siap menuju ke kantor. Dengan balutan baju berwarna cream, memperlihatkan penampilan profesionalnya sebagai supervisor.
" Huft, aku nggak sempat sarapan karena harus berangkat lebih awal. " Monolog Giska dalam hati.
" Kira-kira seperti apa ya, wajah Ayahnya Nick? Sial, kita sudah pacaran cukup lama, tapi aku bahkan nggak bagaimana wajah orang tua-nya! " Dalam bus, Giska terus memikirkan moment itu.
Selama ini, Nick tidak pernah mengenalkan atau menunjukkan keluarganya pada Giska, meskipun hanya sekedar lewat foto. Sehingga tak heran, jika Giska memikirkan momen yang akan terjadi untuk beberapa jam kemudian.
Tak lama kemudian, tibalah Giska di depan gedung WR grup. Ia berjalan memasuki gedung tersebut, lalu ia juga tak lupa meminta seseorang untuk memperbaiki mobilnya.
Disana beberapa staf juga sudah berangkat lebih awal.
Giska lalu kembali memperhatikan penampilannya, karena hari ini dirinya akan bertemu dengan pemilik perusahaan, sekaligus Ayah dari mantan pacarnya.
Giska tak berharap jika Ayah Nicolas akan mengetahui bahwa dirinya pernah berhubungan dengan Nick. Apalagi mereka telah putus secara tidak baik-baik. Justru Giska berharap, jika Orang tuanya tidak mempersulit dirinya.
Ketika hari terus berjalan, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi.
Pak Lana mulai memimpin para staf untuk keluar menyambut kedatangan CEO WR grup.
Benar saja, tak lama setelah mereka berdiri menunggu di dekat lobi, tiba-tiba sebuah mobil Bentley berwarna hitam mengkilap berhenti, tepat di depan gedung.
Tak lama kemudian, seseorang turun dan membuka pintu bagian belakang. Sebuah sepatu pantofel mulai terlihat bersama kaki panjang pemiliknya.
Aura dan kharisma yang begitu kuat, terlihat pada seorang Pria yang baru saja turun. Pria itu lalu berjalan memasuki gedung WR grup, bersama dua orang Pria di belakangnya.
Bersamaan dengan itu, para staf memberi salam pada Pria tersebut, dengan cara membungkukkan setengah badannya.
" Selamat datang, Tuan Andra. " Ujar Pak Lana, ramah.
Pria itu lalu menatap ke arah Giska, yang sejak tadi hanya terdiam mematung menatapnya.
" Di-dia kan? Tunggu, apa orang ini Ayah-nya Nick? Apa-apaan ini? " Batin Giska, mencerna semua pikirannya.
Bukannya menyapa atasannya, Giska malah terus diam mematung sambil menatap Tuan Andra.
Pria itu lalu membuka kacamata hitamnya, hingga memperlihatkan seluruh wajah tampannya.
Garis wajah yang sempurna, dengan rahang tegas dan sedikit bulu tipis di area dagu dan pipinya, membuat Pria itu terlihat sangat tampan. Giska bahkan tak berkedip menatapnya.
" Apa ada yang aneh dengan wajah saya? " Tanya Pria itu, dan membuat Giska kelabakan karena ketahuan mencuri-curi pandang.
" A-aku... "
next...