Mereka bertiga duduk di kantin. Bukan untuk bernostalgia masalah keracunan teh yang terjadi setahun lalu, tapi untuk membahas insiden barusan. Val merasa bodoh. Dia sudah tahu hal ini akn terjadi dan sudah juga menambah busa di kedua galonnya itu. Tapi busa saja tidak cukup untuk menahan derasnya aliran ASI yang memancar dari kedua galonnya. “Val, kita nggak bodoh. Kamu mau beralasan apa lagi untuk masalah barusan. Apa kamu mau jujur sama kita? Kalau kamu nggak mau bilang, it’s ok. Itu artinya, persahabatan kita sampai di sini aja. Sorry to say, tapi aku rasa kita sudah saling memahami satu sama lain. Kalau kamu nggak siap buat ngomong, ya udah nggak papa. Mungkin kita nggak usah ketemuan dulu sampai kamu siap.” Mai merasa kesal karena selama ini berarti hubungan antara dirinya dan Val bu