7. Apakah Matahari Terbit Dari Barat

1395 Words
Waktu berlalu, Ravenna memutuskan untuk kembali. Ia akan mengunjungi Theodore lagi besok. Ia juga akan membawa Quillon bersamanya. Sekali lagi, ia bertemu dengan Eldrion. Kali ini di koridor rumah sakit. Ravenna sudah bersiap untuk bersikap seolah tidak melihat Eldrion, tapi yang tidak ia sangka adalah Eldrion malah menghentikannya. "Apakah kau sudah selesai mengunjungi Kakek?" "Ya." "Ke mana kau akan pergi sekarang?" "Hotel." "Biar aku antar." Ravenna merasa ini tidak nyata. Sejak kapan Eldrion bersikap seperti ini. Di masa lalu, tidak pernah satu kali pun ia diantar oleh Eldrion. Apakah sekarang matahari terbit dari Barat? "Tidak perlu, saya membawa mobil." Ravenna menolak Eldrion. "Yael akan membawa mobilmu." Ravenna menatap Eldrion seksama, apa yang salah dengan Eldrion? "Baiklah." Ravenna tidak akan bisa menghadapi Eldrion yang bersikap sengit seperti ini. Eldrion harusnya mengunjungi kakeknya, tapi sekarang pria itu memutar dan melangkah bersama dengan Ravenna menuju ke parkiran. Keduanya saling diam selama mereka menuju ke parkiran. Ravenna menyerahkan kunci mobilnya pada Yael, lalu kemudian ia masuk ke mobil Eldrion. Sopir mengemudikan mobil keluar dari parkiran rumah sakit. "Apakah kau sudah makan siang?" tanya Eldrion. "Saya tidak lapar." "Aku lapar, mari makan siang bersama dulu." Eldrion kemudian beralih pada sopir menyebutkan nama sebuah restoran tanpa menunggu jawaban dari Ravenna. Ravenna tidak mengerti kenapa Eldrion bersikap seperti ini. Makan siang bersama? Selama tiga tahun ia menikah dengan Eldrion mereka tidak pernah makan siang bersama bahkan di rumah sekali pun. Eldrion sangat gila bekerja, bahkan di akhir pekan dia juga akan bekerja. Ia selalu makan siang di kantornya atau di tempat lain, dan itu tidak pernah bersama Ravenna. Ravenna melemparkan pandangannya ke luar jendela, ia merasa sedikit canggung sekarang. Lima tahun ia tidak bertemu dengan Eldrion, dan sekarang ia berada di mobil yang sama dengan Eldrion. Duduk bersebelahan. Ia telah berhasil menata perasaannya, ia tidak tahu apakah cintanya pada Eldrion masih ada atau tidak, tapi yang pasti ia tidak ingin dikacaukan lagi oleh Eldrion. Eldrion melihat ke samping, sosok Ravenna yang ada di sebelahnya benar-benar berbeda dari Ravenna lima tahun lalu. Bahkan sikapnya pun berubah. Biasanya Ravenna akan banyak bicara dengannya, wanita itu akan memulai pembicaraan, meski terkadang responnya hanya sebatas dehaman atau anggukan kecil. "Aku dengar kau menjadi perancang busana sekarang." Ravenna tahu bahwa yang diajak bicara adalah dirinya. Atas dasar kesopanan ia membalas ucapan Eldrion. "Itu benar." "Selamat untuk pencapaianmu." "Terima kasih." Ravenna menghargai ucapan selama itu. Eldrion bukanlah seseorang yang pandai bicara, kepribadiannya memang seperti ini sejak kecil. Setelah Ravenna mengucapkan terima kasih, ia tidak tahu harus bicara apa lagi. "Bagaimana kabarmu lima tahun ini?" Eldrion akhirnya bertanya lagi setelah jeda sesaat. "Seperti yang Anda lihat, saya sangat baik." Eldrion berharap Ravenna akan bertanya kembali padanya, tapi wanita itu tidak membuka mulutnya sama sekali. Tampaknya saat ini ia tidak lebih dari orang asing bagi Ravenna. Pembicaraan itu menemui jalan buntu, Eldrion tidak bertanya lagi setelah Ravenna menunjukan ketidaktertarikan bicara dengannya. Lima belas menit kemudian mobil sampai di depan restoran. Sopir turun untuk membukakan pintu Eldrion lalu beralih ke pintu Ravenna. Saat Ravenna keluar, ia melihat bahwa pengunjung restoran itu cukup ramai. Keningnya berkerut tanpa ia sadari. Kenapa Eldrion membawanya ke restoran yang ramai pengunjung seperti ini? Sekali lagi ia mengingat masa lalu. Eldrion tidak pernah keluar rumah bersamanya. Bahkan ketika ia akan mengunjungi rumah kakek Eldrion, ia akan pergi sendirian sementara Eldrion menyusul dari perusahaannya. Eldrion sengaja merahasiakan pernikahan mereka, seperti menikah dengannya adalah sebuah aib. Namun, sekarang Eldrion membawanya ke tempat ramai. Ah, mungkin karena ia dan Eldrion sudah bercerai, jadi pria itu tidak akan malu lagi. Akan tetapi, meski tidak malu lagi, tapi akan ada banyak orang yang melihat mereka. Dan mungkin beberapa di antara mereka mengenal Eldrion. Bukankah Eldrion akan digosipkan? Tentu saja orang-orang akan penasaran dengan siapa Eldrion makan siang. "Ayo masuk." Suara Eldrion membuyarkan pemikiran Ravenna. Ravenna mengenyahkan segala pemikirannya, karena Eldrion yang membawanya ke sini maka jangan menyalahkan dirinya. Apa yang dipikirkan oleh Ravenna memang benar, beberapa orang mengenali Eldrion. Mereka mulai berbisik mengenai wanita yang ada di samping Eldrion. Eldrion membawa Ravenna menuju ke sebuah ruangan pribadi. Keduanya duduk saling berhadapan. Pelayan berdiri di samping mereka. "Apa yang ingin kau makan?" tanya Eldrion. "Saya tidak lapar," balas Ravenna. "Kalau begitu pesan minuman." Ravenna memesan minuman lalu Eldrion memesan makanan. Pelayan pergi setelah mencatat pesanan Ravenna dan Eldrion. Ruangan itu menjadi sangat hening. Eldrion hanya memperhatikan Ravenna sementara Ravenna melihat ke ponselnya. Kebisuan itu berlangsung sampai pelayan kembali datang dan menyajikan makanan untuk Ravenna dan Eldrion. Ravenna menyesap minumannya sementara Eldrion, pria itu menyantap makanannya. Eldrion menghabiskan makanannya, selera makannya sedikit membaik. Setidaknya hari ini ia tidak menyisakan makanan di piring. Usai makan, Eldrion dan Ravenna keluar dari ruangan pribadi. Mereka melangkah bersebelahan, masih menarik perhatian beberapa orang. Seorang anak kecil berlarian, tanpa sengaja menabrak Ravenna. Eldrion dengan sigap memeluk tubuh Ravenna, tapi anak kecil yang menabrak Ravenna terjatuh ke lantai dan sekarang menangis. "Kau baik-baik saja?" Eldrion bertanya pada Ravenna. Ravenna merasa tidak nyaman dengan pelukan Eldrion. Ia segera melepaskan kedua tangan Eldrion dari pinggangnya. Wanita itu menghampiri anak kecil yang menangis. Bukannya memarahi, Ravenna justru menatap anak itu dengan lembut. "Apakah sakit?" tanya Ravenna. "Bibi, maafkan aku. Aku tidak sengaja menabrakmu." Ravenna tersenyum kecil. "Anak baik, tidak apa-apa. Lain kali kau harus berhati-hati." Ibu dari anak kecil itu datang, ia melihat bahwa anaknya yang salah jadi ia meminta maaf. Ravenna segera berdiri. "Tidak apa-apa, saya baik-baik saja." Setelahnya anak laki-laki itu dibawa oleh ibunya, Ravenna kembali mendekati Eldrion. Dahulu di mata Eldrion, Ravenna adalah gadis yang licik. Ia berpikiran seperti itu karena Ravenna membuat kakeknya memaksanya menikah dengan wanita itu. Namun, melihat Ravenna yang bersikap begitu lembut pada anak-anak, ia pikir bahwa ia pasti telah salah menilai Ravenna. Kakeknya mungkin menyukai Ravenna karena Ravenna adalah wanita yang baik hati. Hanya saja statusnya yang berasal dari kelas bawah membuat ia salah memahami tentang hal itu. "Apakah kau baik-baik saja?" Eldrion bertanya lagi. "Saya baik-baik saja." Keduanya kembali melangkah lagi. Mobil Eldrion telah menunggu di depan. Sopir membuka pintu, Eldrion dan Ravenna masuk ke dalam sana. Sekali lagi tidak ada pembicaraan antara Eldrion dan Ravenna di dalam mobil. "Kenapa kau menginap di hotel, ada villa dan penthouse yang bisa kau gunakan." Eldrion akhirnya bicara. "Saya menunggu villa selesai dibersihkan lalu setelah itu saya akan tinggal di sana selama berada di kota ini," balas Ravenna. "Jika kau membutuhkan sesuatu kau bisa memberitahuku." "Saya tidak membutuhkan apapun." Ravenna segera menjawab. "Ravenna, tidak perlu bersikap terlalu sopan denganku. Kita pernah menjadi suami istri." "Itu benar, tapi saat ini kita sudah menjadi orang asing." Ravenna bukannya menaruh dendam pada Eldrion, hanya saja menjaga jarak adalah pilihan yang tepat. Itu adalah salah satu cara untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari jatuh hati pada Eldrion lagi. Dahulu ia tidak menjaga perasaannya, tapi sekarang ia akan melakukannya karena jatuh cinta lagi pada Eldrion akan merusak semua rencana hidupnya. Saat ia fokus pada Eldrion di masa lalu, ia hanya mengabdikan dirinya untuk Eldrion. Ia bahkan lupa untuk membahagiakan dirinya sendiri. Saat seorang wanita jatuh cinta, ia akan menjadi begitu bodoh. "Ravenna, aku minta maaf tentang yang terjadi di masa lalu." "Saya menerima permintaan maaf Anda, Tuan Eldrion. Mari tidak perlu membicarakan mengenai masa lalu lagi," seru Ravenna. Eldrion bukannya tidak mengerti arti sikap Ravenna saat ini. Sikap Ravenna terhadapnya bukan acuh tak acuh, tapi menganggapnya sebagai orang asing. Ravenna mungkin tidak ingin memiliki hubungan apapun lagi dengannya. Ravenna segera membuang muka, ia melihat ke luar jendela. Sikap Ravenna diartikan oleh Eldrion bahwa wanita itu tidak ingin bicara lagi dengannya. Eldrion tidak bersikap agresif, ia tidak ingin membuat Ravenna merasa terganggu dengan sikapnya. Beberapa menit kemudian mobil sampai di hotel tempat Ravenna menginap. Ravenna keluar dari mobil tanpa mengucapkan terima kasih pada Eldrion yang mengantarnya. Ia tidak merasa bahwa ia tidak sopan, lagipula yang berniat mengantarnya adalah Eldrion, ia sudah menolak tadi. Eldrion memandangi Ravenna yang melangkah pergi tanpa melihat ke belakang sama sekali. Ya, Ravenna memang tidak pernah ragu meninggalkannya karena Ravenna telah melakukan yang terbaik di pernikahan mereka, satu-satunya yang terus melihat ke belakang adalah dirinya karena menyesali dulu tidak mencegah Ravenna pergi sehingga ia kehilangan Ravenna. Eldrion menghela napas. Apakah terlambat jika ia mengejar Ravenna kembali? Apakah egois jika ia ingin Ravenna bersamanya lagi saat Ravenna sudah tidak ingin bersamanya? Eldrion tidak pernah bimbang dalam mengambil langkah sebelumnya, tapi kali ini ia merasa bimbang. Bukan karena ia tidak memiliki pendirian, tapi karena ia takut akan membuat Ravenna terluka lagi. tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD