Ch-02

1076 Words
Dinda membuka pintu untuk Aryo. Senyum manis tersungging di bibir indahnya. "Mas, katanya ada meeting, tumben pulangnya nggak telat?" tanya Dinda sembari mengambil alih tas dan jas kerja dari tangan Aryo. "Tadi mas pulang duluan, emm--agak nggak enak badan Din. Kamu kok tahu mas ada meeting, mas aja tadi nggak ingat," jawab Aryo sambil melepas sepatunya. "Lena yang bilang Mas," Brak! Kaki Aryo tersandung buffet ketika hendak menyimpan sepatunya di atas rak. Mendengar nama Lena kontan membuat jantungnya berdetak tak karuan. Rasa bersalah terus memenuhi dirinya setelah kejadian siang tadi. "Mas, kaki Kamu sakit?" tanya Dinda, badannya membungkuk untuk memeriksa kaki suaminya. "Nggak Din, nggak papa!" Aryo memegang bahu Dinda. Ia kemudian memeluk tubuh istri yang sudah ia nikahi selama tiga tahun itu. Dinda membiarkan Aryo memeluk tubuhnya. Akhir-akhir ini mereka berdua jarang melakukan hal itu karena Aryo terlalu sibuk sejak diangkat menjadi manajer di cabang baru. Meski Dinda tak jarang merindukan kehangatan suaminya, tetapi Dinda tak ingin bersikap egois, toh ketika pikiran Aryo lebih rileks, suaminya itu pasti akan kembali menyentuhnya. Malam ini mungkin? "Mas mandi dulu ya, biar Dinda siapin makan malam," ucap Dinda. "Hem, makasih Sayang..." Aryo mengecup ujung kepala Dinda, ia lantas berjalan ke kamar untuk segera membersihkan diri. Aryo melepas semua pakaiannya dan mulai mengguyur tubuhnya di bawah shower. Tiba-tiba bayangan kejadian siang tadi kembali terngiang di kepalanya. _______Flashback On_______ "Pelan-pelan Mas Aryo.." desah Lena ketika Aryo mulai menyusuri leher jenjang nan indah milik sekretarisnya itu. Jantung Aryo berdegup tak karuan, nafasnya makin memburu ketika Lena mendaratkan bibir seksinya pada leher Aryo. Aryo tak bisa mengendalikan hasratnya ketika Lena terus menawarkan kehangatan yang menggoda. Aryo mengangkat tubuh Lena dan mendudukkanya di atas meja kerja. Lena sudah membuka dua kancing kemeja Aryo ketika tiba-tiba telepon berdering nyaring. Kriiing!!! Kriiing!!! Keduanya terperanjat dan Aryo segera menjauh. "Astaga!!" desisnya. "Lena, sebaiknya Kau kembali ke ruangan mu. Kita--tak seharusnya melakukan hal ini," jelas Aryo. Magdalena menghembuskan nafas panjang. Perlahan ia turun dari meja Aryo. Ia membenarkan kerah blouse nya kemudian mengenakan kembali sepatu hak tinggi di kakinya. "Lena, maafkan aku--Aku khilaf dan kuharap Kau tak mengatakan hal ini pada--" "Anda tak perlu khawatir pak Aryo, saya tak akan mengatakan hal ini pada Dinda," tukas Lena persis seperti apa yang hendak Aryo sampaikan. Aryo mengangguk. Ia berharap Lena memegang perkataannya. "Dan Anda juga tak perlu meminta maaf karena saya sama sekali tak keberatan dengan apa yang kita lakukan tadi," lanjut Lena. Deg. Mata Aryo terbelalak. Ia tak menyangka Magdalena akan mengatakan hal sensitif semudah itu. Apa yang terjadi jika pri@ hidung bel@ng yang mendengarnya?? Bukankah hal itu bisa menjadi bumerang untuk Magdalena sendiri??! Aryo segera berpaling, ia sengaja menghindari tatapan si sekretaris yang hampir membuatnya terjebak dalam perbuatan bej@t. Setelah Lena meninggalkan ruangan, Aryo menendang meja, ia merutuki dirinya sendiri. Aryo tak menyangka bisa tergoda pada wanita lain selain Adinda. ________Flashback Off_________ "Sial!!!" Aryo memukul tembok kamar mandi. Air masih mengguyur tubuhnya, sedangkan miliknya sudah menegang hebat ketika mengingat apa yang ia lakukan bersama Lena siang tadi. "Kendalikan dirimu, Aryo!! Kau benar-benar tak waras kalau sampai melakukan hal itu dengan Lena!" umpat Aryo pada dirinya sendiri. Aryo segera menyelesaikan mandinya. Ia harus segera bersama Dinda agar bayangan Lena tak kembali mengusik pikirannya. Setelah berpakaian, Aryo keluar untuk bergabung dengan istrinya. Cukup lama ia berdiri di ambang pintu memandangi Dinda yang tengah berdiri memunggunginya. Istrinya itu terlihat tengah menyeduh teh. Aryo berjalan mendekat. Miliknya kembali menegang, tapi kali ini bukan karena Lena. Aryo terpesona oleh tubuh molek istrinya yang hanya tertutup gaun tidur. "Mas, udah selesai ya?" tanya Dinda ketika lengan Aryo melingkar di pinggangnya. "Hem." Adinda tersenyum. Rasanya senang sekali melihat Aryo kembali bersikap manja seperti ini. Tak peduli sebenci apapun Yanti terhadapnya, yang penting Aryo masih mencintai dan mau menerima kekurangan yang ada pada dirinya. "Kita makan dulu, yuk.. Keburu dingin," ajak Dinda. Ia berbalik menatap Aryo. "Mas?" tanya Dinda ketika Aryo tak menjawab dan hanya terus menatapnya dengan tatapan yang tak bisa diartikan. "Mas pengen, Sayang..." bisik Aryo kemudian. Tak butuh jawaban dari Dinda, Aryo segera mengangkat tubuh Dinda dan membawanya ke ruang kerja Aryo. "Mas, kok disini?" tanya Dinda ketika Aryo mendudukkannya di atas meja. "Mas pengen sesuatu yang beda," bisik Aryo. Dinda membiarkan Aryo melumat habis bibirnya. Dinda merasa kali ini Aryo begitu bernafsu tak seperti biasanya. Jika hari-hari sebelumnya Aryo biasa melakukan pemanasan terlebih dahulu, maka tidak dengan malam ini. "Apa itu karena Kau sangat merindukanku mas.." gumam Dinda dalam hati. "Sshh, Mas Aryo pelan-pelan..." desah Dinda ketika Aryo tak memberikan waktu untuk Dinda membalas sentuhannya. "Sial!!" umpat Aryo dalam hati. Mendengar desahan Dinda membuat Aryo kembali teringat pada Magdalena. Sekretaris cantiknya itu seolah kembali hadir untuk merayunya. Hal itu membuat Aryo makin tak terkendali. Bahkan Aryo seakan tuli ketika Dinda merintihkan kepalanya yang terbentur tepian meja. Dinda hanya bisa pasrah ketika Aryo terus bergerak di atasnya, hingga beberapa saat kemudian.... "Ahhh!!!! Maaf Dinda, mas keluar duluan. Ahh!! Ehhhmm!!!" Sesaat kemudian Aryo lunglai di atas tubuh Dinda. Keringat membasahi tubuh suaminya itu. Entah apa yang merasuki Aryo, untuk pertama kalinya Dinda melihat suaminya bercinta seperti sedang kesetanan. "Mas.." "Aku lelah Din.. Kamu makan duluan, aku mau tidur!" kata Aryo singkat. Ia meraih tissu di atas meja kemudian meninggalkan Dinda begitu saja. Dinda menelan saliva. Ia mengusap lengannya yang masih terasa sakit akibat cengkeraman Aryo beberapa waktu lalu. "Kamu kenapa mas? apa ada masalah di kantor? Kukira Kau merindukanku, tapi kurasa Kau hanya menggunakanku sebagai pelampiasan saja.." batin Dinda. Air matanya mulai menetes ketika tangannya memunguti pakaiannya yang berceceran di lantai. Sementara itu, Aryo kembali mengumpati dirinya sendiri. Bayangan Lena tak kunjung pergi, bahkan wajah itu kembali muncul ketika dirinya tengah menggagahi sang istri. "Breng$ek!! Kau harus menghindari wanita itu, Aryo!!" tegas Aryo pada dirinya sendiri. Drrtt... Aryo meraih ponsel di atas nakas. Matanya terbelalak kala membaca sebuah pesan dari seseorang yang hampir seharian ini memenuhi pikirannya. Lena: [Mas Aryo, Aku tak bisa tidur] [Wajah Kamu selalu muncul setiap kali aku memejamkan mata, apa mas juga merasakan hal yg sama?] "Sial!!" Aryo menghapus pesan dari Lena. "Apa dia gila? bagaimana kalau Dinda yang membaca pesan ini?!" umpat Aryo. Drrtt.. Lena: [Mas Aryo, aku kangen Kamu..] Jantung Aryo seakan berhenti berdetak. "Perasaan apa ini? Apa aku tertarik pada Lena?! Tidak!! Tidak!! Ini tidak benar!!" tegas Aryo pada dirinya sendiri. "Mas, Kamu belum tidur?" Aryo terperanjat ketika Dinda membungkuk di sampingnya. Mata Dinda melirik ke arah ponsel Aryo tepat ketika Aryo mematikan layar. "Baca pesan dari siapa, Mas?" tanya Dinda lagi. Next▶️
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD