BAB 4

4873 Words
"Kriiiing!" Bunyi notifikasi aplikasi biru. Vania membukanya ternyata permintaan pertemanan dari seorang laki-laki yang bernama Adam Al Rasyid. Sempat ragu dalam hatinya untuk menerima pertemanan itu. Namun akhirnya Vania menerimanya. "Hai.. Vania salam kenal, saya Adam terimakasih sudah menerima saya menjadi teman." ucap laki-laki yang tadi pagi mengirim permintaan pertemanan di aplikasi biru. "Hai juga Adam." balas Vania dengan singkat Adam Al Rasyid adalah teman laki-laki pertama di aplikasi biru milik Vania. Setelah selama ini Vania menutup hatinya untuk siapapun. Perlahan Vania membuka hati hanya sekedar menghibur diri. "Kamu sedang apa Vania?" tanya Adam "Sedang istirahat makan siang, kamu sendiri sedang apa?" balas Vania, balik bertanya. Mereka saling berbalas pesan. Waktu istirahat pun telah usai. Vania melanjutkan pekerjaannya sebagai administrasi produksi di perusahaan yang bergerak dibidang otomotif. "Aku sedang nonton film di mess." balas Adam. Adam adalah seorang pengusaha muda yang terbilang sukses. Saat ini dia sedang berada di Belanda untuk mengurus bisnisnya. Kesibukannya yang menyita waktu hingga ia tidak sempat memikirkan hubungan yang serius. Namun perkenalannya di media sosial dengan Vania membuatnya merasa nyaman. "Vania kenapa tidak menjawab pesanku? Sedang sibukkah?" ucap Adam dalam pesannya. "Oh ya, rencananya bulan depan aku balik ke Indonesia. Semoga kita dipertemukan ya, Vania." sambung Adam Disela waktu pekerjaan, Vania membuka ponselnya, ia merasa kaget ternyata Adam mengirim beberapa pesan untuknya. Vania tak perlu lama untuk membalas pesan singkat dari Adam. Dengan rasa senang yang mulai hadir dalam hatinya, Vania mulai mengetik pesan untuk Adam. "Maaf baru kubalas, tadi aku sudah masuk kerja." jawab Vania dalam pesan singkatnya sambil tersenyum. "Iya semoga dipertemukan." sambungnya lagi. Ada keraguan lagi dalam hati Vania. Karena ia belum menjelaskan tentang dirinya pada Adam. Rasa trauma masih menyelimuti hatinya, Vania masih merasa takut hal yang dulu dialaminya terulang kembali. Pernikahan Vania dengan mantan suaminya yang hanya seumur jagung menorehkan luka yang sangat mendalam, hingga Vania merasa takut untuk memulai hubungan serius dengan laki-laki lain. Vania yang pernah dikhianati, ditinggal pergi oleh mantan suaminya yang menikahi wanita lain disaat wanita itu masih menjadi istrinya, dan ditalak lewat pesan singkat. Diumurnya yang masih 22 tahun, dia sudah menyandang status janda. Hati siapa yang tidak sakit bila mengalami hal demikian. Butuh waktu lama untuk mengobati segala luka hati yang dialaminya. Namun Vania sosok wanita yang cukup kuat dan tegar. Rasa perih hatinya ia tutupi dengan tawa riang di depan semua orang, tak jarang Vania menghibur banyak teman di perusahaan tempatnya bekerja, hingga tak ada satupun orang yang tahu luka hati yang ia pendam dan tangis yang ditahannya. Pekerjaanpun selesai, waktunya pulang. Ketika di perjalanan menuju rumah, Adam menelpon Vania. "Hai, Vania, kamu sudah sampai rumah?" tanya Adam di seberang sana. "Aku masih dalam perjalanan, kenapa memangnya?" jawab Vania. "Tidak apa-apa, oh ya kamu mau dibawakan oleh-oleh apa dari Belanda?" tanya Adam lagi. "Ah tidak, terimakasih. Aku tidak ingin merepotkanmu." jawab Vania tegas. "Oh ya sudah, aku mau berangkat kerja dulu ya, Vania, hari ini ada meeting penting mengenai proyekku disini. Doa-kan aku ya Vania." tutur Adam di seberang sana dengan sedikit memohon. "Iya, semoga lancar dan sukses ya meeting dan proyekmu di sana, aku tutup dulu teleponnya, ya." ucap Vania. "Oke, Vania, hati-hati disana ya." jawab Adam lalu menutup teleponnya. Sesampainya di rumah, ibu Vania menyambutnya bahagia lalu menyiapkan teh manis hangat untuk putri sulungnya itu. Vania menyalami ibunya, lalu meminum teh manis yang telah dibuat oleh ibunya. "Syukurlah sudah sampai kamu, Nak." ucap ibu pada Vania yang baru saja masuk ke dalam rumah. "Iya bu, hari ini aku lelah sekali bu." jawab Vania menampakan wajah lelahnya. "Ya sudah sana bersihkan badanmu, lalu makan malam, ayah dan ibu menunggu di meja makan ya nak." tutur ibu dengan bijak. Vania bergegas melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan badan. Keluarga Vania sangat hangat dan harmonis. Disaat Vania terpuruk, kedua orangtuanya selalu ada mendukungnya. Vania sangat disayang oleh ayah ibunya namun disia-siakan mantan suaminya. Perjalanan hidup tiap manusia berbeda namun seimbang sesuai porsinya, Tuhan menciptakan kesempurnaan dari sebuah perbedaan. Dan Tuhan maha penyayang, tidak akan memberi ujian melebihi kemampuan hamba-NYA. Ditengah suasana makan malam bersama keluarganya, Vania bercerita tentang perkenalannya dengan Mas Adam, ia menyebutnya dengan sopan di depan orangtuanya. "Sayang, apa kamu sudah memberitahu laki-laki itu tentang statusmu?" tanya ibu menjeda suapannya. "Belum bu, aku masih belum siap." jawab Vania. "Harus diberitahukan dari sekarang Vania agar kalian tidak merasa kecewa. Lebih baik sakit diawal daripada diakhir. Sebelum kamu dan Adam saling berharap lebih." ucap ibu menasehati Vania. "Vania, hubungan yang baik itu harus didasari kejujuran satu sama lain. Pengalamanmu di masa lalu jadikan itu pelajaran agar kamu lebih hati-hati." ucap ayah menasehati juga. "Iya, segera kuberitahu Mas Adam." jawab Vania sambil menyuapkan makanan. Selesai makan malam, Vania lalu membereskan meja makan dan mencuci piring. Ponselnya berdering, pesan masuk dari Mas Adam. Dalam obrolan lewat pesan singkat di aplikasi biru, Mas Adam meminta kontak aplikasi hijau Vania, ia membalasnya dan memberi kontak itu. Komunikasi Vania dan Adam semakin intens. Vania pamit pada orangtuanya untuk masuk ke kamar. Tak perlu lama Vania langsung menuruti nasehat kedua orangtuanya untuk memberitahu Mas Adam tentang statusnya. "Mas, boleh aku bicara sesuatu yang serius?!" tanya Vania dengan hati-hati masih dalam pesan di aplikasi hijaunya. "Iya dek, kamu mau bicara apa?" tanya Mas Adam dari seberang sana. Karena sudah sangat sering Vania dan Adam berkomunikasi, mereka mempunyai panggilan akrabnya sendiri. "Sebelum kita terlalu jauh, dan akupun tidak ingin Mas terlalu berharap sama aku." tutur Vania dengan lugas. "Kenapa kamu bicara seperti itu dek, memangnya ada apa?" tanya Adam. "Aku sudah pernah menikah mas, dan orang yang selama ini berkomunikasi denganmu itu hanyalah seorang janda. Sekarang terserah padamu, apa kamu bisa menerimaku atau tidak?!" tutur Vania dengan tegas dan sedikit pasrah. "Memangnya kenapa jika kamu sudah pernah menikah, aku tidak mempermasalahkan hal itu. Saat ini aku hanya ingin berkata jangan pergi menghilang setelah semuanya terasa nyaman." ucap Mas Adam dengan lirih. Percakapan Vania dengan mas Adam terus berlanjut hingga mereka memutuskan untuk saling berkomitmen. "Lalu bagaimana dengan orangtua juga keluargamu Mas?" tanya Vania lagi. "Kamu jangan pikirkan itu, biar nanti aku yang menjelaskan pada kedua orangtuaku." balas Mas Adam menenangkan hati Vania yang sedang gundah. Satu bulan sudah terlewati, Mas Adam tiba di Indonesia. Sengaja Mas Adam tidak mengijinkan Vania menjemputnya di Bandara. Karena ia ingin pertemuan pertama dengan wanita pujaannya itu dirumahnya. Mas Adam sampai dirumahnya disambut bahagia oleh kedua orangtuanya. Mas Adam sosok anak yang taat dan penyayang. Banyak oleh-oleh yang ia bawa dari Belanda untuk keponakan dan saudaranya. Setelah membagikan oleh-oleh, Mas Adam mengajak kedua orangtuanya bicara di ruang keluarga. Ia meminta izin dan menjelaskan tentang Vania kepada orangtuanya. Tentu kedua orangtuanya merasa kaget mendengar cerita anak laki-lakinya itu. Dan orangtua Mas Adam tidak perlu waktu lama untuk memberi izin anaknya menikahi seorang janda. Setelah mendapat izin dan restu orangtuanya, esok harinya Mas Adam menemui Vania di rumah. Dengan bantuan Google Maps, akhirnya sampai juga perjaka tampan itu di rumah orangtua Vania. Mereka bertemu dan saling bertatapan, lalu Mas Adam menyalami tangan ayah ibunya Vania terakhir menyalami tangan Vania. Dengan sangat kaku Vania menyuguhi Ice Lemontea favorite drink Mas Adam. "Kriiiiing!" Blue app notification sound. Vania opened it and it turned out to be a friend request from a man named Adam Al Rashid. He had doubts in his heart to accept the friendship. But finally Vania accepted. "Hi.. vania, nice to meet you, I'm Adam, thank you for accepting me as a friend," said the man who this morning sent a friend request on the blue application. "Hey Adam." replied Vania briefly Adam Al Rashid is the first male friend in Vania's blue app. after all this time Vania closed her heart to anyone. Slowly Vania opened her heart just to cheer herself up. "What are you doing Vania?" ask Adam "On your lunch break, what are you doing yourself?" replied Vania, asked back. They exchanged messages. break time is over. Vania continues her work as a production administration in a company engaged in the automotive sector. "I was watching a movie in the mess." Adam replied. Adam is a young entrepreneur who is fairly successful. he is currently in the Netherlands taking care of his business. His busy schedule takes his time so he doesn't have time to think about a serious relationship. But his introduction on social media with Vania made him feel comfortable. "Vania why not answer my message? Are you busy?" Adam said in his message. "Oh yes, I plan to return to Indonesia next month. Hopefully we will meet, Vania." continued Adam In between work, Vania opened her cellphone, she was surprised that Adam had sent several messages for her. Vania didn't take long to reply to a short message from Adam. With a sense of pleasure starting to appear in her heart, Vania began to type a message for Adam. "Sorry I just replied, I was already at work." Vania replied in her short message with a smile. "Yeah, I hope to meet you." he continued. There was another doubt in Vania's heart. Because he had not explained himself to Adam. Trauma still surrounds her heart, Vania still feels afraid that what she had experienced will happen again. Vania's marriage to her ex-husband, who was only her age, left a very deep wound, so that Vania was afraid to start a serious relationship with another man. Vania, who was once betrayed, was abandoned by her ex-husband who married another woman when she was still his wife, and was divorced via text message. At the age of 22, she already holds the status of a widow. Whose heart does not hurt when experiencing such a thing. it took a long time to heal all the heart wounds he experienced. But Vania is a woman who is quite strong and tough. She covered the pain in her heart with cheerful laughter in front of everyone, often Vania entertained many friends at the company where she worked, so that no one knew the hurt she was hiding and the tears she was holding back. Work done, time to go home. when on the way home, Adam called Vania. "Hi, Vania, are you home yet?" asked Adam on the other side. "I'm still on my way, why is that?" replied Vania. "It's okay, oh yeah, what do you want to bring back from the Netherlands?" Adam asked again. "Ah no thanks. I didn't want to bother you." answered Vania firmly. "Oh okay, I want to go to work first, Vania, today there is an important meeting regarding my project here. Pray for me, Vania." said Adam on the other side with a little pleading. "Yeah, good luck and good luck with your meeting and project there, I'll hang up the phone first, okay?" said Vania. "Okay, Vania, be careful there." Adam answered then hung up the phone. Arriving at home, Vania's mother greeted her happily and then prepared warm sweet tea for her eldest daughter. Vania greeted her mother, then drank the sweet tea her mother had made. "Thank goodness you've arrived, son." said the mother to Vania who had just entered the house. "Yes ma'am, today I'm very tired ma'am." replied Vania showing a tired face. "Yes, go clean your body, then have dinner, father and mother are waiting at the dining table, son." said the mother wisely. Vania rushed to the bathroom to clean the body. Vania's family is very warm and harmonious. when Vania was down, her parents were always there to support her. Vania was loved by her mother's father but was wasted by her ex-husband. Every human life journey is different but balanced according to its portion, God created perfection from a difference. and God is merciful, will not give a test beyond the ability of His servant. In the midst of having dinner with her family, Vania told her about her introduction to Mas Adam, she called him politely in front of her parents. "Honey, have you told the man about your status?" she asked, pausing her bite. "Not yet ma'am, I'm still not ready." replied Vania. "You have to tell Vania from now on so you don't feel disappointed. It's better to be sick at the beginning than at the end. before you and Adam hope for each other more." Mother advised Vania. "Vania, a good relationship must be based on honesty with each other. Your past experience can be used as a lesson so that you are more careful." said father advised too. "Yes, I'll tell Mas Adam immediately." replied Vania while feeding her food. After dinner, Vania then cleared the dining table and washed the dishes. His cell phone rang, an incoming message from Mas Adam. in a chat via a short message on the blue application, Mas Adam asked for Vania's green application contact, he replied and gave the contact. Vania and Adam's communication is getting more intense. Vania said goodbye to her parents to enter the room. It didn't take long for Vania to immediately follow the advice of her parents to tell Mas Adam about her status. "Mas, can I say something serious?!" asked Vania carefully still in the message on her green app. "Yeah deck, what do you want to talk about?" asked Mas Adam from the other side. because Vania and Adam have communicated very often, they have their own nicknames. "Before we get too far, and I don't want you to expect too much from me." said Vania straightforwardly. "Why are you talking like that deck, what's the matter?" Adam asked. "I've been married before, and the person you've been communicating with is just a widow. Now it's up to you, can you accept me or not?!" said Vania firmly and a little resignedly. "So what if you're already married, I don't mind it. Right now I just want to say don't go missing once things are comfortable." said Mas Adam quietly. Vania's conversation with Adam continued until they decided to commit to each other. "Then what about your parents and your family, Mas?" asked Vania again. "Don't think about it, I'll explain it to my parents later." Mas Adam replied calming Vania's heart who was upset. One month has passed, Mas Adam arrived in Indonesia. Mas Adam deliberately did not allow Vania to pick him up at the airport. because he wanted the first meeting with the woman he idolized at his home. Mas Adam arrived at his house and was greeted happily by his parents. Mas Adam is an obedient and loving child. He brought many gifts from Holland for his nephews and brothers. After distributing the gifts, Mas Adam invited his parents to talk in the family room. He asked permission and explained about Vania to his parents. Of course his parents were shocked to hear the story of their son. and Mas Adam's parents did not take long to give permission for their son to marry a widow. After getting permission and blessing from his parents, the next day Mas Adam met Vania at home. With the help of Google Maps, the handsome virgin finally arrived at Vania's parents' house. they met and looked at each other, then Mas Adam shook the hands of his mother and father, Vania, lastly shook hands with Vania. Very stiffly, Vania served Mas Adam's favorite Ice Lemontea drink. "Terimakasih, Dek," ucap Adam dengan tersenyum tipis pada Vania yang telah membuatkan minuman. "Sama-sama, silakan diminum." Vania menawari Adam, lalu membalas senyuman laki-laki yang kini berada di hadapannya. Suasana hening dan rasa gerogi Vania maupun Adam terpecahkan ketika ayah Vania memulai obrolan dengan Adam, seorang pemuda yang cukup gentle dan asyik diajak ngobrol. Tidak perlu basa-basi panjang lebar, di depan kedua orangtua Vania, Adam langsung mengungkapkan niat baiknya pada Vania, anak sulung Pak Suryadi dan Ibu Rianti. Penuh rasa haru kedua orangtua Vania menerima niat baik sosok pemuda yang memakai kemeja berwarna biru muda dan celana bahan hitam. Selang satu bulan dari kedatangan Adam ke rumah Vania, pemuda tampan dan mapan resmi melamar Vania, seorang janda cantik yang menjadi pelabuhan terakhir cintanya. Mereka berdua dengan cepat kilat mempersiapkan segala kebutuhan resepsi pernikahan mulai dari undangan, mahar, wedding organizer (WO), hantaran pengantin, hingga pakaian seragam untuk keluarga, sanak saudara juga teman terdekat. Adam benar-benar ingin menjadikan Vania ratunya, semua yang dipersiapkannya begitu matang dan tidak main-main. Dari segi materi sosok Adam Al Rasyid memang tidak diragukan lagi, dia seorang pengusaha muda yang sukses. Namun perjalanan cinta keduanya tidak semulus yang diharapkan. Gunjingan orang-orang di sekitar mulai terdengar. Adam, Vania maupun kedua keluarga tidak ada yang menghiraukannya. Walaupun kuping mereka terasa panas mendengar omongan orang yang tidak enak didengar. Kini Adam sudah menetap kerja di Ibukota. Tak jarang Adam menemui Vania, entah itu menjemputnya di tempat kerja, atau berkunjung ke rumah Vania. Dan akhir pekan ini Adam mengajak Vania ke acara pernikahan rekannya. "Dek, aku sudah di depan rumahmu." ucap Adam di telepon. Sang pengusaha muda itu hendak menjemput wanita pujaannya. "Iya Mas, tunggu sebentar, kubukakan pintu." jawab Vania lalu memutuskan teleponnya. Adam yang merasa kagum melihat kecantikan Vania sore itu, mengenakan dress merah muda dan high heels tak lupa menenteng tas branded warna senada dengan dressnya. "Hello Mas Adam," ucap Vania dengan tangan melambai untuk menyadarkan Adam yang netranya tak berkedip melihat keanggunan tunangannya. "M-Maaf dek, tadi kenapa?" tanya Adam terbatah-batah sadar dari decak kagumnya pada Vania. "Mas Adam kenapa jadi gerogi begitu?" Vania balik nanya. "Aaah masa sih dek?! Aku tidak apa-apa kok, kamu sudah siap?" tutur Adam. "Sudah, Mas," jawab Vania lembut. "Kita pamit dulu pada ayah ibumu ya, Dek." ajak Adam. Setelah pamit, Adam dan Vania langsung bergegas pergi ke acara pernikahan rekannya Adam. Sampailah di tujuan, banyak sekali rekan kerja dan bisnis Adam. Dengan bangga Adam mengenalkan Vania pada rekan-rekannya. Dari kalangan manapun pasti ada saja teman yang suka becanda, lebih tepatnya lagi meledek. Tak terkecuali teman-teman Adam, "Waaaah... Sepertinya setelah dari sini kita bakal undangan ke pernikahan Adam, nih." ledek salah satu temannya Adam, seraya ikut tertawa. Adam termasuk orang yang cukup ramah tak jarang juga dia bercanda dengan teman-temannya. Menanggapi ledekan dari salah satu temannya, Adam hanya tersenyum, menjaga perasaan wanita yang ia gandeng di acara itu. "Pulang dari Belanda, doi gerak cepat cuy meminang pujaannya dengan bissmillah." candaan terlontar lagi dari salah satu teman Adam. Semua teman Adam ikut tertawa. Tak terkecuali Adam dan Vania juga ikut tertawa. Keseruan itu berlanjut hingga malam, kali ini Adam yang habis-habisan diledekin teman-temannya. Karakter Adam yang suffle dan profesional, walau dia seorang petinggi di perusahaannya namun jika diluar jam kantor Adam dan karyawannya akrab layaknya teman, tidak ada jarak di antara mereka. Kebetulan sebagian banyak dari temannya sudah berkeluarga, hanya beberapa saja yang belum menikah termasuk Sang CEO, Adam Al Rasyid. Tibalah Vania di rumah setelah Adam mengajak pergi calon istrinya dan mengantarkannya pulang. "Aku sudah sampai rumah, kamu sedang apa?" tanya Adam dalam pesan singkatnya di aplikasi hijau. "Syukurlah, aku sudah bersiap untuk tidur." jawab Vania yang sudah berbaring di atas kasur empuknya. "Ooh yasudah, istirahat yang cukup ya sayang, besok pagi aku jemput." ucap Adam. Pagi-pagi sekali Adam sampai di rumah Vania, untuk mengantarkan calon mertuanya ke stasiun kereta api, Vania pun ikut serta mengantarkan. Dalam perjalanan pulang setelah dari stasiun. Vania mencoba mengeluarkan unek-unek di hatinya. "Mas, kamu benar-benar yakin memilihku, sedangkan di luar sana banyak sekali gadis? Dan kamupun tahu sendiri konsekuensi menikahiku yang hanya seorang janda. Salah satu konsekuensi yang sedang kita hadapi saat ini, gunjingan orang-orang tentang kita." tutur Vania sedikit melow. "Hey Vania, lihat aku. Tidak perlu alasan untuk tetap menikahimu. Semuanya kuniatkan dengan tulus dan aku tidak peduli omongan orang seperti apapun." jawab Adam yang sudah menghentikan laju kendaraannya di bahu jalan, mereka saling bertatapan. Air mata Vania mengembang di sudut netra, merasa terharu dengan ucapan calon suaminya. Tangan Adam mengelus kepala Vania lalu mengusap air mata yang menetes di pipi. "Jangan khawatir dengan keadaan yang mungkin menyudutkanmu, aku tidak akan membuatmu kecewa, dan akan selalu menjagamu." tutur Adam menenangkan Vania. Vania mengangguk tanda percaya. Kemudian Adam melajukan kendaraannya lagi. Setibanya di rumah, Vania meletakan tas berwarna cokelat muda di meja dan mempersilakan calon suaminya masuk kedalam rumah. Vania bergegas menuju dapur, untuk membuatkan minum, Adam mendatanginya dan memeluk dari belakang, Vania kaget, ingin melepaskan pelukan itu, tapi Adam membalikan badan Vania dan mengecup pipi calon istrinya itu lalu melumat bibir Vania. Rasa rindu yang menggebu membuat hasrat keduanya melampaui batas, Adam membawa Vania ke sofa di ruang tengah, Adam mengecup leher Vania dan bergerak ke arah dua payudaranya, lalu melumati ujung payudara Vania hingga mendesah. Adam membuka satu persatu pakaian Vania, keduanya dalam keadaan telanjang bulat, sampailah kesaktian Adam membungkam mulut bawah Vania lalu menggerakannya dengan penuh kelembutan. Vania dan Adam menikmatinya, hingga lupa dengan minuman yang tadi sedang dibuatkan Vania. Satu bulan berlalu, Vania baru sadar belum haid. Tidak ingin menunggu lama Vania bergegas ke apotik membeli tes pack, lalu Vania mencoba memeriksanya dan ternyata keterangan menunjukan garis dua yang artinya Vania hamil. Perasaan kaget, takut, senang, semua bercampur. "Mas Adam kamu sedang sibuk?" tanya Vania dalam pesan singkatnya lalu mengirim gambar tes spack garis dua ke calon suaminya itu. Adam membuka pesan dari calon istrinya, kaget melihat gambar yang dikirim Vania. Wajah laki-laki yang memakai kemeja merah maroon dan celana hitam terlihat pucat dan terdiam duduk di kursi dalam ruang kerjanya. Tak lama setelah itu Adam membalas pesan dari Vania. "Kamu hamil Vania?" tanya Adam di aplikasi hijau. "Iya Mas Adam, lalu aku harus bagaimana dengan kehamilan ini, aku takut, Mas." balas Vania. "Jangan takut sayang, aku pasti bertanggung jawab." tegas Adam menenangkan Vania. "Orang-orang pasti akan lebih menggunjingku lagi kalau tahu aku hamil, Mas." keluh Vania dalam pesan di aplikasi hijau. "Tenang sayang, yakin semua akan baik-baik saja." balas Adam meyakinkan calon istrinya. "Thank you, Dek," Adam said with a faint smile at Vania who had made the drink. "You're welcome, please drink." Vania offered Adam, then smiled back at the man who was now in front of her. The silence and nervousness of both Vania and Adam were broken when Vania's father started a conversation with Adam, a young man who was quite gentle and fun to talk to. No need for further ado, in front of Vania's parents, Adam immediately expressed his good intentions to Vania, the eldest child of Pak Suryadi and Ibu Rianti. Full of emotion, Vania's parents accepted the good intentions of a young man wearing a light blue shirt and black pants. one month after Adam's arrival to Vania's house, a handsome and well-established young man officially proposed to Vania, a beautiful widow who became the last port of his love. they both quickly prepared all the needs of the wedding reception from invitations, dowries, wedding organizers (WO), bridal deliveries, to uniforms for family, relatives and closest friends. Adam really wanted to make Vania his queen, everything he prepared was so thorough and no joke. In terms of material, there is no doubt about the figure of Adam Al Rashid, he is a successful young entrepreneur. But their love journey is not as smooth as expected. the gossip of the people around began to be heard. Adam, Vania or the two families did not pay attention to him. Even though their ears feel hot hearing people's words that are not pleasant to hear. Now Adam has settled down to work in the Capital. Adam often meets Vania, whether it's picking her up at work, or visiting Vania's house. And this weekend, Adam invited Vania to his friend's wedding. "Dek, I'm already in front of your house." Adam said on the phone. The young businessman was about to pick up his idol woman. "Yes Mas, wait a minute, I'll open the door." Vania answered then hung up the phone. Adam, who was amazed to see Vania's beauty that afternoon, wore a pink dress and high heels, and didn't forget to carry a branded bag in the same color as her dress. "Hello Mas Adam," said Vania with waving hands to awaken Adam, whose blindness did not blink at the elegance of his fiancé. "S-Sorry deck, what was that?" Adam asked stammering consciously from his admiration for Vania. "Mas Adam, why are you so nervous?" Vania asked back. "Aaah, what's the matter, deck?! I'm okay, are you ready?" said Adam. "Yes, Mas," answered Vania softly. "Let's say goodbye to your mother and father first, Dek." take Adam. After saying goodbye, Adam and Vania immediately rushed to Adam's friend's wedding. arrived at the destination, a lot of coworkers and business Adam. Adam proudly introduced Vania to his colleagues. From any circle, there must be friends who like to joke, more precisely, make fun of them. Adam's friends were no exception, "Waaaaah... looks like after here we will be invited to Adam's wedding, here." one of Adam's friends teased, while laughing along. Adam is a quite friendly person, he often jokes with his friends. responding to a joke from one of his friends, Adam just smiled, keeping the feelings of the woman he was holding on the show. "Returning from the Netherlands, doi move quickly cuy ask for his idol with bismillah." another joke came from one of Adam's friends. All of Adam's friends laughed too. Adam and Vania were no exception, laughing too. The fun continued into the night, this time it was Adam who was teased by his friends. Adam's character is suffled and professional, even though he is a senior in his company, but outside of office hours Adam and his employees are close like friends, there is no distance between them. Coincidentally, most of his friends are already married, only a few are unmarried, including the CEO, Adam Al Rasyid. Vania arrived at the house after Adam took his future wife and drove her home. "I've arrived home, what are you doing?" Adam asked in his short message on the green app. "Thankfully, I'm already getting ready for bed." replied Vania who was already lying on her soft bed. "Ooh okay, get enough rest, honey, I'll pick you up tomorrow morning." said Adam. Adam arrived early in the morning at Vania's house, to take his future in-laws to the train station, Vania also accompanied him. On the way home after from the station. Vania tried to get the things out in her heart. "Mas, you really believe in choosing me, while there are so many girls out there? And you also know the consequences of marrying me who is only a widow. One of the consequences we are facing right now, people gossip about us." said Vania a little mellow. "Hey Vania, look at me. There's no need for a reason to keep marrying you. Everything I intend is sincere and I don't care what people say." replied Adam who had stopped his vehicle on the shoulder of the road, they looked at each other. Vania's tears welled up in the corner of the netra, feeling touched by her future husband's words. Adam's hand stroked Vania's head and then wiped the tears that trickled down her cheeks. "Don't worry about the situation that might corner you, I will not disappoint you, and will always take care of you." Adam said calming Vania. Vania nodded in disbelief. Then Adam started his vehicle again. Arriving at the house, Vania put a light brown bag on the table and invited her future husband into the house. Vania rushed to the kitchen, to make a drink, Adam came to her and hugged her from behind, Vania was shocked, wanted to let go of the hug, but Adam turned Vania's body and kissed his future wife's cheek and then crushed Vania's lips. The passionate longing made both of them exceed the limit, Adam brought Vania to the sofa in the living room, Adam kissed Vania's neck and moved towards her two breasts, then crushed the ends of Vania's breasts until she sighed. Adam opened Vania's clothes one by one, both of them were completely naked, until Adam's magic silenced Vania's lower mouth and then moved it gently. Vania and Adam enjoyed it, until they forgot the drink that Vania was making. One month passed, Vania realized that she had not had her period yet. Not wanting to wait long, Vania rushed to the pharmacy to buy a test pack, then Vania tried to check it and it turned out that the information showed two lines, which meant that Vania was pregnant. Feelings of shock, fear, joy, all mixed. "Mas Adam are you busy?" asked Vania in her short message and then sent a picture of the second line of the spack test to her future husband. Adam opened the message from his future wife, surprised to see the picture that Vania sent. the face of a man wearing a maroon shirt and black pants looks pale and silent sitting on a chair in his study. Shortly after that Adam replied to a message from Vania. "Are you pregnant Vania?" Adam asked in the green app. "Yes, Mas Adam, then what should I do with this pregnancy, I'm afraid, Mas." Vania replied. "Don't be afraid honey, I'll be responsible for it." Adam firmly calmed Vania. "People will gossip about me even more if they find out I'm pregnant, Mas." Vania complained in a message on the green application. "Relax honey, I'm sure everything will be fine." Adam reassured his future wife.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD