26

862 Words

Aku terbangun keesokan harinya. Semalam sangat mengantuk, tak ingat apa pun kecuali Ian yang terus berbisik lembut di telingaku meminta maaf. Apa yang terjadi semalam? Perlahan, mulai teringat saat ia membelai lembut rambutku, pipi ... Aku menarik napas, bagaimana mungkin kembali melakukannya? Aku menoleh ke samping, agak terkejut saat mendapati Ian sedang berbaring miring menghadapku, tersenyum kecil. Lagi-lagi, melihat senyum itu, dadaku bergemuruh. Jangan tatap. Jangan. Hanya akan membuatmu ragu melangkah pada Mas Aswin. "Pagi, Cantiik?" "Kenapa melakukannya?!" Ian tersenyum lebar. "Memangnya kenapa? Kamu kan istriku." "Kamu kan tahu aku ingin kita berpisah?!" "Gak akan, Can. Gak akan." Ian merengkuh tubuhku agak kasar. "Siapa bilang aku akan menceraikanmu?!" Nadanya meninggi. "A

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD