Chapter 3 - Mulai Tahu

2127 Words
Seperti hari-hari biasanya, siang ini Eros lagi-lagi sengaja pulang di paling terakhir dari pada siswa siswi lain. Ingat kan prinsip Eros, perangkat paling awal pulang paling belakang. Padahal apa yang di lakukan Eron tersebut cukup menguras tenaga, bayangkan dia harus berangkat dari rumah pukul 6 pagi dan pulang jam setengah 4 sore, padahal anak-anak lain sudah pulang sejak setengah jam yang lalu. Kenyataan Eros tidak peduli, yang penting Eros menyukainya bukan kan perkataan orang lain tidak penting lagi? Mau Beni mengajaknya pulang cepat sampai berbusa pun, Eros tidak akan mendengarkan. Sudah sesore ini sebenarnya seolah juga tidak sepi-sepi amat, mengingat ada beberapa murid penting yang masih mengerjakan sesuatu di sekolah. Maksud Eros penting itu, para siswa-siswi yang mengikuti organisasi maupun ekstrakulikuler. Walaupun kegiatan ekstrakurikuler sudah di jadwalnya untuk di laksanakan serentak pada hari sabtu, tapi beberapa pembina tetap ingin mengadakannya setelah pulang sekolah meski hanya sebentar. Jadi sore ini Eros sengaja mengenakan oversize dan mengenakan tudungnya hingga menutupi hampir sebagian kepalanya. Eros malas bersitatap dengan orang-orang yang mungkin masih akan di temuinya nanti. Langkah Eros cenderung santai, dia juga menyematkan satu earbuds di sisi kiri telinganya, dan mendengarkan musik klasik dari sana. Eros pikir perjalanan pulangnya hari ini akan begitu lancar tanpa adanya hambatan apapun. Tapi Eros salah besar, rupanya dia malah mendapatkannya saat dia baru saja menginjakkan kaki dari koridor ke lapangan, hendak menuju parkiran. Karena kenyataannya Eros langsung mendapat sebuah timpukan benda tumpul dari atas. Ah, ralat entah itu timpukan atau hanya benda jatuh tapi tetap saja itu sangat menyakitkan bagi kepala Eros. Tak ... "Ahss," Eros reflek meringis kesakitan lalu memegang atas kepalanya yang tadi terkena benda itu. Eros menunduk mencari benda yang tadi sempat mengenainya, dan begitu terkejutnya ia saat matanya melihat sebuah benda persegi panjang pipih dengan kamera tiga boba terkapar tidak berdaya di paving. Eros masih tidak dapat percaya, benarkah benda berlogo buah apel tergigit itu yang mengenainya? Padahal jelas jika barang itu berharga puluhan juta, apalagi jika di lihat sekilas itu adalah seri terbaru. Kepala Eros mendongak mencari siapa gerangan yang kira-kira melempar atau membuang benda ini. Namun ketika sudah melihat atas dan sekilas, seolah tidak ada yang memiliki benda mahal itu. Eros pun berjongkok hendak memungut ponsel tersebut, tapi saat tangannya terulur tangannya malah terhenti menggantung di udara melihat sebuah notifikasi pesan yang tiba-tiba muncul di layar tersebut. Ting ... Itulah bunyi notifikasinya. 'Lili, kamu di mana?' Ting ... 'Aku udah di depan.' Deg ... Li ... li? Jadi ponsel sultan ini milik Lili, gadis yang di gadang-gadang dapat melemahkan kaum adam itu. Belum selesai rasa keterkejutan Eros, pria itu malah mendengar sebuah suara keributan dari atas sana, sepertinya dari lantai dua. Eros hendak mendongak untuk mengecek, tapi ketika nama gadis itu kembali di sebut, Eros malah mengurungkan niatnya. Lili? Lagi-lagi ketika Eros hendak pergi sebab tidak ingin ada urusan dengan orang lain. Dia malah mendengar sebuah teriakan perempuan yang sepertinya memang di tujukan kepadanya. "Eh, woy, lo yang di bawah, jagain hape gue. Jangan di bawa kabur, awas lo kalo berani." Eros diam saja tak bergerak juga tak menjawab. Kenapa wanita itu malah menyuruhnya, atas dasar apa dia berani menyuruh? Harusnya memang Eros tak perlu mendengarkan ucapan gadis tadi, tapi kenyataannya dia malah diam saja seolah setuju dengan permintaan itu. Padahal nyatanya Eros berhenti karena tidak sadar saat telinganya mencuri dengar. "Lili, lili, dengerin penjelasan aku dulu." Ah, jadi gadis yang mengajaknya berbicara tadi adalah gadis itu ... Lili? "Lo udah buang ponsel gue Sialan!" makian Lili terdengar begitu keras untuk sampai di telinga Eros yang berada di lantai satu. "Aku minta maaf, aku akan ganti pasti. Tapi please aku nggak mau tidak kayak gini." Tapi seperti tidak peduli akan makian yang di lontarkan sang gadis, laki-laki berseragam SMA di depannya itu malah memohon-mohon dengan suara dan wajah begitu jelas, bukan di buat-buat, tapi memang benar adanya seperti itu. Gadis itu, gadis yang di panggil Lili tadi mencibir jengah, "Kayak gini gimana maksud loh? Cih, penolakan gue tadi pagi harusnya udah cukup buat lo sadar diri ya No. Kita. Udah. Putus. Ngerti!" ucapnya dengan penekanan di akhir kalimat. "Enggak. Lili kita masih pacaran, enggak." si laki-laki benar-benar penuh permohonan ketika mengucapkannya, sampai dia menyatukan kedua tangannya untuk meyakinkan si gadis yang seminggu ini menjadi kekasihnya, ah tidak, tapi gadis di depannya itu sudah memutuskannya secara sepihak tadi pagi. Namun ia tidak dapat menerimanya. Karena perasaan yang masih mendalam, laki-laki itu berusaha bertahan, dia hendak mendekat, tapi ia lebih dulu di hentikan dengan makian skakmat dari Lili. "Kampret. Lo berani ngedeket, gue tendang lo kayak tadi pagi!" Lili melebarkan mata seraya menunjuk nunjuk wajah melas laki-laki di di depannya. "Lili ... Lili jangan gini. Aku tau kamu udah ada cowok lain, tapi aku ___" Tidak mau mendengarkan lebih lanjut, gadis itu langsung saja memutus ucapan begitu saja. "Itu sadar, please deh pergi! Pacar gue udah nunggu di depan." Yups, pacar. Meski gadis itu Lili notabene baru putus tadi pagi dengan laki-laki di depannya ini, hal itu sama sekali tidak menjadi penghalang untuknya mendapat pacar baru lagi di siang harinya. "Aku pacar kamu!" Tidak terima akan ucapan Lili, dia langsung berucap tegas. Status putus yang d lontarkan Lili tadi pagi seolah tak pernah dia dengar, ia merasa masih berhubungan dengan gadis itu. "Berani lo ngebacot lagi, gue tampar tuh mulut!" Jengah. Lili sudah tidak tau harus melakukan apa, apalagi sosok pacar baru yang dia maksud mungkin sudah menunggunya di depan sana. Gadis itu pun memutuskan untuk langsung membalik badan hendak melangkah pergi begitu saja tanpa memperdulikan laki-laki yang berstatus mantan pacarnya itu. "Li ..." "Diem," teriak Lili. Dan baru saja Lili berjalan beberapa langkah, instingnya mengatakan untuk langsung berbalik dan menyerang. Bugg ... Tendangan keras pun akhirnya tak terelakkan, Lili sadar jika mantannya satu ini bergerak hendak menahannya. Puji syukur Lili memiliki insting kuat, alhasil dia langsung saja dapat menendang pria itu hingga sang empu terjatuh tersungkur di lantai koridor. "Arggg." Laki-laki itu berteriak keras kesakitan dengan memegangi perutnya yang terasa nyeri akibat perbuatan Lili. "Sakit kan?" Tidak merasa bersalah sama sekali, Lili malah tersenyum miring dengan penuh kepuasan. "Udahlah. Awas aja lo berani bertindak jauh ke gue," ancamnya, sambil mengangkat satu tangan membentuk kepalan erat. Jangan salah kecil-kecil begitu tangan Lili sudah tervalidasi mematikannya, dan jajaran mantan ngeyel macam laki-laki ini lah yang menjadi sasarannya. Mungkin karena takut laki-laki itu pun diam saja pasrah melihat wanita yang menjadi dambaan hatinya pergi meninggalkannya sendiri dengan perasaan yang tak karuan. Kembali kepada Eros, pria itu yang memang malah asik mencuri dengar pun akhirnya tersadar dengan tindakan salahnya. Ia menggelengkan kepalanya, berniat melupakan percakapan laki-laki dan perempuan tadi. Huft sepertinya Eros memang harus segera pergi. Setelah itu Eros benar-benar pergi serat membiarkan ponsel berlogo buah apel itu tergeletak di tanah. Dan sehabis Eros sudah berada di kejauhan, gadis itu juga telah tiba di posisi Eros berada tadi, yups ..., Gadis yang di maksud adalah Lili. Lili awaknya berfikir jika ponselnya akan di bawa kabur oleh pria ber-hoodie hitam tadi, sampai ia harus berlari terburu-buru menuruni anak tangga dan sampai di sini. Tapi kenyataannya pemikiran buruk itu sama sekali tidak terjadi, Lili malah melihat ponselnya utuh di paving, meski tidak benar-benar utuh sebab sehabis terjatuh dari ketinggian, setidaknya ponselnya itu aman. Lili mengangkat pandangannya, menelisik ke arah sekitar, dan matanya langsung saja menangkap seseorang orang yang memakai hoodie hitam sudah berada jauh di depan sana, dan hampir menghilang di telan jarak. Entah apa yang di pikirkan Lili, tapi gadis itu malah menyunggingkan sudut bibir bagian kiri ke atas. ***** Eros berjalan kaki santai, sampai dia tak sadar telah tiba di halte bus dekat SMA Andara. Beberapa menit lagi jadwal bus berikutnya akan tiba, jadi Eros memutuskan untuk duduk saja di kursi yang di sediakan, dari pada harus berdiri. Halte tersebut sangat sepi, hanya Eros saja makhluk yang berada di sana. Sudah menjadi hal lumrah sendirian seperti ini terjadi, kawasan elit macam SMA Andara memang banyak dari siswa siswinya yang menaiki kendaraan pribadi, atau paling tidak di antar jemput mobil-mobil mewah milik orang tua. Jadi untuk menaiki kendaraan umum itu para siswa sangat jarang, masih ada tapi tidak se banyak itu, karena itu lah Eros yang memang berangkat pagi pulang sore jarang sekali berpapasan dengan siswa-siswa lain. Drttt ... Drttt ... Drttt ... Getaran terasa beberapa kali dari saku hoodie yang Eros pakai. Dan dia sadar jika itu berasal dari ponsel yang ia simpan di dalam sana. Drttt ... Drttt ... Drttt ... Getaran itu kembali terasa, awalnya Eros yang berniat mengabaikan pun alhasil menjadi penasaran. Ia merogoh saku jaketnya itu dan mengeluarkan benda pipih bermerk china dan sedikit jadul. Drtt ... Baru saja memegangnya saja ponselnya sudah kembali bergetar, dan ketika Eros melihat sedikit notif yang sepintas muncul itu, tiba-tiba perasaan Eros berubah sedikit tidak enak. 'Eh serius nih Ben?' Pesan itu lah yang muncul dari aplikasi chating berwarna hijau yang sangat populer di negara ini. Tepat ketika Eros membukanya, Eros langsung di arahkan menuju halaman chating grup di mana sudah ada beberapa orang saling bercakap-cakap di sana. Eros mengerutkan kening, terdapat nomor Beni yang sudah dia simpan, bersama dengan dua nomor asing lain di grup itu. Beni menambahkan anda. Eros mulai membaca pesan itu dalam diam. ___________________ Beni: 'Welcome Erossss,' +085416729790 _Adendra: 'Hi Eros,' +081427427257 ~ioiowo: 'Eros, kayaknya kita bisa jadi bestie nih Ros, hehe jangan lupa kerjain pr ya.' Beni: 'Udah nggak sungkan lagi lo? Biasanya ngantri gue.' +081427427257 ~ioiowo: 'Ya enggak dong, Eros aja baik.' +085416729790 _Adendra: 'Dih,' Beni: 'Ros tenang, gue masukin loh di grup atas suruhan Aden. Kalo nggak terima langsung gebukin yang bersangkutan aja.' +081427427257 ~ioiowo: 'Eh, serius nih Ben!' 'Jadi si Aden yang nyuruh, ck, ck, ck,' 'Oke, silahkan menghadap Aden Ros.' ________________ Bibir Eros sedikit bergerak membaca percakapan absurd orang-orang ini. Merasa sudah terlalu lama menjadi pendiam cenderung menutup diri, Eros merasa adanya sedikit keanehan ketika berada dalam posisi ini. Ah sudahlah, Eros mencoba menyingkirkan pemikiran-pemikiran aneh di otaknya, lalu kembali membaca pesan yang masih di kirimkan oleh Beni, dan kedua nomor asing yang Eros tau adalah Aden dan Rio. _____________ +085416729790 _Adendra: 'Anjink ya kalean.' +081427427257 ~ioiowo: 'Eh-eh, gue udah check, Eros udah read! Yuhu.' 'Ros, mohon di percepat ngebogemnya ya, gue liat bisep lo lumayan juga bikin Aden jadi kalem.' Kalem sebab babak belum maksudnya, Eros tau maksud bocah ini. __________ Karena sudah ketahuan telah membaca pesan, entah kenapa tangan Eros mau bergerak untuk mengetikkan balasan di sana. Padahal biasanya Eros itu sangat malah untuk sekedar membalas pesan. Tapi kali ini sedikit berbeda. Hanya saja Eros tak dapat menjelaskannya. ______ Anda: 'Okay,' ______ +085416729790 _Adendra: 'Hei hei, ya nggak gitu juga dong Ros! Main setuju-setuju aja. Gue nggak terima' ______ Setelah membaca balasan itu Eros hanya mengeluarkan respon dengusan pelan lalu keluar dari percakapan, dan mengabaikan percakapan yang rupanya masih berlanjut jika di lihat dari notif yang terus masuk. Karena tak ingin terganggu, Eros me mode silent grup tersebut cepat. Saat Eros hendak menutup seluruh aplikasi pengirim pesan itu, tapi ia kembali mengurungkan ketika melihat sebuah notif dari teman sebangkunya, Beni. Alhasil Eros mau tak mau membacanya. ____ Beni: 'Ros, gue masukin lo ke grup yang ada dua kunyuk itu. Mereka pengen temenan juga sama lo.' 'Lo nggak masalah kan?' ____ Tanpa pikir panjang, Eros langsung saja mengetikkan balasan cepat, singkat, nan padat. _____ Anda: 'Iya,' _____ Dan setelah menjawabnya, Eros benar-benar keluar dari aplikasi itu dan menyimpan ponselnya kembali ke dalam saku. Eros tiba-tiba mengerutkan dahi, merasa aneh karena ia sudah menunggu lima menit lamanya tapi bus yang ia tunggu belum juga tiba. Padahal perkiraan jadwal bus datang tepat waktu dua menit yang lalu. Pemikiran Eros tersebut sontak buyar, mendengar suara deru motor keras-keras mulai memenuhi keadaan sekitarnya. Eros langsung menoleh ke arah kanan, di mana gerbang sekolah berada, dan rupanya di sana ada seorang laki-laki yang memakai jaket denim dan helm full face tengah mengendarai motor besar. Namun melihat itu Eros malah salah fokus ke arah seorang gadis yang berdiri menyamping dan berusaha memasangkan pengait helm yang sudah terpasang di kepalanya. Tidak mau meneruskan sesi kepo-nya Eros memilih cepat cepat menoleh dan menatap lurus ke depan. Dengan iringan suara deru yang makin terdengar keras Eros mencoba tetap tidak peduli, sampai deru motor itu terdengar makin keras saja, rupanya motor sudah bergerak melaju kencang melewati depan Eros. Harusnya Eros memang tidak memperdulikan hal seperti ini, okay untuk suara yang keras Eros memang peduli karena suaranya mengganggu sekitar. Tapi untuk yang lainnya, Eros harusnya tidak begini. Sekuat apapun Eros menahan, kenyataan dia malah menolah otak warasnya, dan memilih menoleh mengikuti perjalanan laju motor tersebut hingga tidak terlihat di telan jarak. Jelas yang membuat Eros seperti ini bukan laki-laki yang mengendarai motor, atau motornya sendiri, melainkan sesosok gadis yang di bonceng dengan memeluk erat si laki-laki tersebut. Dan entah kenapa, lagi-lagi tidak seperti biasanya, pemandangan seperti itu malah cukup menarik di matanya kali ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD