Chapter 5 - Pertemuan Pertama

1811 Words
Sepertinya hari-hari biasanya, pagi ini Eros memutuskan untuk kembali berangkat pagi-pagi. Bahkan lima belas menit lebih pagi dari waktu biasanya. Alhasil keadaan sekolah benar-benar begitu sepi. Eros ingin cepat berangkat dan melanjutkan membaca buku secara nyaman di kelas, kalau ia membaca di rumah ia takut malah terbawa suasana yang mana berujung terlambat. Dan Eros tidak mau itu. Eros berjalan santai di sepanjang koridor, keheningan yang terasa membuat Eros hanya mendengar suara derap langkahnya sendiri. Tapi tiba-tiba ia merasakan sedikit perasaan ingin membuang air kecil. Meski hanya sedikit tapi kalau ia tahan pasti nanti malah akan mengganggu kegiatannya membacanya. Alhasil Eros memutuskan untuk berbelok arah menuju toilet laki-laki terdekat, dan akan menuntaskan di sana. Toilet yang Eros tuju berada di jajaran kelas-kelas dua belas, berada di antara kelas 12 ips 2 dan ips 3. Karena keadaan yang begitu sepinya benar-benar belum ada seorang pun, membuat Eros merasa santai untuk menggunakan toilet kelas dua belas. Setelah sampai Eros langsung saja memasuki toilet tersebut, yang terlihat bersih sebab setiap harinya di bersihkan oleh para petugas. Sekolah mahal, ya kali toiletnya macam toilet umum yang bau pesing di mana-mana, oh jangan lupakan kalau di toilet perempuan banyak pembalut berceceran. Sungguh menjijikan. Bagaimana bisa orang-orang itu tidak mau menjaga kebersihan umum. Eros menurunkan tas punggung warna hitam itu, dan meletakkannya di samping wastafel. Ia sendiri memutuskan berjalan ke jajaran urinoir yang berada di pojok ruangan, atau tempat untuk membuang air kencing para lelaki. Hanya saja saat Noah baru saja berdiri di depan urinoir dan mulai melepas gesper di pinggangnya juga pengait celana abu-abu khas anak SMA. Eros malah di kejutkan dengan adanya suara seseorang yang tiba-tiba menyelutuk. "Ei, ada orang rupanya." Deg, Jantung Eros berdegup kencang, sekencang itu pasalnya suara itu bukan lah suara pria yang mana harusnya memang hanya di peruntukan di kamar mandi laki-laki. Karena kenyataan suara itu milik perempuan? Tunggu ... Bagaimana ... Yang Eros masuki sungguh kamar mandi laki-laki kan? Atau malah malah Eros yang salah baca dan masuk? Tidak! Tidak mungkin, Eros benar-benar yakin ini adalah kamar mandi laki-laki, karena kamar mandi perempuan tidak berlokasi di sini, meski baru dua bulan berada di SMA Andara tapi Eros sudah tau itu. Jadi memang tidak seharusnya ada suara perempuan di sini. Atau malah bukan perempuan? Tapi kalau iya dia makhluk halus, Eros malah bersyukur karena tidak harus merasa malu berada di kamar mandi dengan seorang gadis dan dengan keadaan Eros yang sudah seperti ini, hampir mengeluarkan adik kecilnya dari balik celana ... s**l! "Oi, lo tetep lanjut kencing nih? Diem aja loh." Suara dari perempuan itu terdengar lagi, membuat Eros buru-buru mengaitkan kancing celananya itu berlanjut memakai ikat pinggang secepat yang dia bisa, sampai dia tidak peduli penampilannya yang tak rapi lagi seperti tadi, mengingat seragam putihnya sudah keluar berantakan. Mata Eros menajam, lumayan geram dengan sikap seorang gadis yang lancang untuk masuk di kawasan toilet laki-laki. Bagaimana jika gadis itu datang sedikit terlambat, bukan kah akan makin bertambah memalukan jika gadis itu melihat Eros yang tengah kencing. Eros memutar badannya ke belakang cepat, hendak memberikan gadis itu wejangan kemarahan. Tapi saat baru saja melihat, Eros malah sedikit tertegun menyadari seorang gadis dengan rambut coklat se punggung dan bergelombang itu, dia nampak melipat kedua tangannya di depan tubuh bagian atas, dan jangan lupakan wajahnya yang terpahat epik dengan alis pas berbentuk natural, mata indah, juga bibir tipis. Bisa di bilang gadis di depan sana begitu cantik, dengan segala aspek yang ada di tubuhnya benar-benar terlihat sempurna. Baik dari ujung kaki hingga ujung kepala. Dan Eros tidak dapat membohongi dirinya untuk tidak memuji. Meski begitu Eros masih sadar diri, jika gadis cantik ini adalah orang yang sama yang dengan lancang memasuki kamar mandi laki-laki. Jadi Eros tidak akan tergoda hanya dengan wajahnya itu. Mata tajam Eros makin menajam saja, wajahnya datar dengan pandangan yang menunjukkan sorot ke marahan. Tapi gadis di depan sana terlihat sama sekali tidak peduli akan sorotan marah yang Eros pancarkan. "Ini kamar mandi khusus laki-laki!" ucap Eros dengan nada tajam. Hanya saja masih tidak sesuai ekspektasi Eros, gadis itu malah tersenyum miring seraya mengangkat alisnya sebelah, "Emang kenapa?" Waw, Eros tak dapat berkata-kata melihat ada wanita seperti ini. Tung ... Tunggu ... Apa mungkin gadis di depan sana itu adalah Lili? Liliana si gadis paling sering di bicarakan orang-orang. Kalau benar dia Lili memang tidak salah lagi, dia memiliki wajah dan tubuh yang cantik, juga sikapnya kali ini benar-benar seperti Lili yang di ceritakan Beni, Rio ataupun Aden. Tapi meski begitu kalau Eros tetap berusaha melanjutkan amarahnya, bukankan itu malah akan menjadi sia-sia meningkat sikap buruk Lili. Setidaknya Eros harus mencoba agar gadis itu bisa sedikit jera. "Ini hanya untuk laki-laki!" "Ck, lebai amat lo, gue aja nggak masalah." 'Tapi gue yang bermasalah,' Sial, memang sepertinya Eros tidak bisa terus berada di sini berasa Lili ini. Percuma berucap sesuatu pada gadis ini, dan Lili akan tetap seperti ini. Eros diam saja dan hanya mengepalkan kedua tangannya, merasa tak berdaya. Tapi matanya tetap menatap tajam Lili. "Terus lo mau apa sekarang?" Lili itu bertanya dengan nada mengejek, dan mulai melangkah perlahan mendekati Eros. Langkah Lili terasa begitu mengancam, sampai membuat jantung Eros berdegup tak karuan. Eros mencoba berfikir, dan berniat mencari aman, dalam jarak seperti ini saja dia sudah tidak aman, apalagi ketika gadis itu mencapainya. Alhasil Eros langsung melengos tatapan tajamnya dia putus dari gadis itu, dan mulai melangkah pergi menghindari gadis itu yang hendak mendekat. Tak lupa Eros mengambil tasnya yang tadi ia taruh di samping wastafel. Lalu menyampingkannya di bahu kanan. Eros pergi begitu saja tanpa memperdulikan Lili yang entah sekarang bereaksi seperti apa. Yang pasti Eros tau betul jika gadis itu saat ini tengah menatapinya. Eros melangkah lebar keluar dari kamar mandi, ia menghembuskan nafasnya kasar. Eros tidak suka seperti ini, tidak seperti Eros yang selalu tenang dalam segala situasi di sekolah. Mungkin ini juga alasan utama Eros tidak suka berinteraksi dengan orang-orang asing. Siapa sangka saat keluar dari kamar mandi, ternyata sudah mulai ada beberapa siswa siswi yang tiba. Tidak banyak, seperti saat Eros berangkat biasanya. Tapi ada seorang gadis yang sedikit terkejut melihat sosok Eros yang dengan langkah lebarnya keluar dari kamar mandi itu. Tapi Eros tidak peduli, dia ingin cepat tiba di kelasnya. Dan melupakan kejadian nano-nano tadi. Huft, Eros akan berusaha keras melupakannya, meski sejujurnya terasa sulit. Okay, tidak masalah, tidak apa-apa sudah terjadi hal memalukan. Setidaknya tidak ada orang lain yang tau kejadian tadi. Sebab Eros tidak akan mampu jika ada seorang yang melihatnya. Ah s**l, Eros ingat ada gadis tadi, gadis yang terkejut melihat Eros. Huft semoga Lili tidak keluar dari kamar mandi lebih cepat, agar tidak di lihat dua kali oleh orang yang sama. Eros takut jika hal itu malah akan menimbulkan masalah. Hanya saja siapa sangka, jika pemikiran Eros memang ada benarnya. Dan tanpa Eros tau jika sebenarnya ada seseorang dari balik pilar yang tengah mengarahkan kamera ponsel ke arah koridor di mana kamar mandi tempat Eros keluar berada. ***** Kenapa ya, setiap manusia itu sulit sekali melupakan kenangan memalukan. Bukan hanya memalukan sih tapi menyenangkan juga biasanya sulit di lupakan. Hanya saja untuk kenangan memalukan itu lebih terasa membebani hati ketika ingat. Dan biasanya kenangan itu sering ter trigger hanya dengan pancingan sedikit. Begitupun dengan Eros yang merasa masih malu mengingat kejadian tadi. Di mana gadis itu Lili memergokinya yang hampir kencing. Harusnya Eros tak perlu berlebihan seperti ini, tapi kenyataannya dia tetap tidak bisa. Bahkan sampai di jam istirahat pertama tiba, Eros tetap merasa kesulitan fokus, dia juga sampai gagal melanjutkan membaca buku seperti niatan awal, ia benar-benar tidak fokus. Ingatannya terus berputar. Jujur Eros sedikit bingung antara mengingat kejadian memalukan tadi ataupun malah mengingat sosok yang dia temui. Sebab ingatan tentang itu juga berputar. Sosok Lili yang di perbincangkan orang-orang selama ini, baru pertama kali Eros lihat dengan mata kepalanya sendiri. Lamunan Eros sontak buyar tiba-tiba di karenakan suara teriakan seseorang yang baru saja datang memasuki kelas. "Eros ... Eros ..." Karena saat ini waktu istirahat sedang di mulai, dan sebagian siswa berada di food court, membuat Eros hanya sendirian saja di kelas. Dan dia sedikit heran padahal jam istirahat baru di mulai beberapa waktu lalu, jadi tidak mungkin teman-temannya itu berlarian secara tergesa-gesa memasuki kelas jika tidak ada hal yang mengejutkan. "Ros ... Eros," Eros mengalihkan tatapannya ke depan, di mana sosok Rio, Aden, dan Beni tiba dari kejauhan dengan wajah paniknya. Tentu Eros hanya bisa mengerutkan dahinya tak mengerti "Ada apa?" Eros bertanya setelah ketiganya berada di depannya, atau malah mengerubunginya. Aneh sekali orang-orang ini, sampai berlarian dan nafasnya tersengal-sengal seperti itu. Meski nafasnya seolah hampir putus, salah satu dari ketiganya yakni Rio langsung saja menodongkan niatannya untuk rela berlarian kemari itu. "Ini liat, diem-diem lo ada apa-apa ya ama Lili?" tanya Rio dengan nada memburu. Yang mana membuat Eros mengerutkan dahi makin kebingungan. Plakkk ... Aden memukul punggung Rio sedikit kuat, menyebabkan sang empu sontak meringis kesakitan. "Jangan gitu napa. Cara tanya lo kayak nginterogasi maling." Masih dengan ringisan, Rio mengangguk. Rio tidak marah karena dia juga merasa bersalah. "Oke oke, khilaf. Jadi gimana Ros?" Eros yang tidak tau dengan maksud orang-orang ini memberikan raut tak paham yang kentara. Melihat hal itu, Rio pun menyodorkan ponsel yang sedari tadi dia pegang tepat di depan Eros, menampakkan sebuah rekaman video koridor. Eros awalnya masih tak mengerti, tapi detik berikutnya Eros sontak melebarkan mata terkejut melihat apa yang terekam pada Video tersebut. Di mana video itu menampakkan sosok dirinya sendiri yang keluar dari kamar mandi tadi pagi, dan rupanya di belakangnya di ikuti sosok Lili. "Lo bener-bener ada hubungan ama Lili?" tanya Beni yang sedari tadi diam saja perlahan. Eros nampak linglung, dia terkejut bukan main. Video ini, siapa yang mengambilnya? "Enggak ada." Eros menjawab apa adanya perlahan. "Terus ini apa? Lo keluar dari kamar mandi yang sama sama Lili." Rio kembali bersuara. Tapi Eros kembali menjawab dengan sebuah gelengan pelan. Meski Eros terkejut dia tidak akan terbawa suasana lagi dengan ikut panik. "Gue cuma ketemu di sana. Jangan perduliin gosip." Ya gosip, dan gosip ini akan menghilangkan nantinya. Ia dan Lili benar-benar tidak seperti itu. "Serius lo Ros. Ini buktinya loh." Aden sedikit mendesak saat berbicara, berharap Eros jujur. Padahal memang Eros sudah berkata jujur bukan. "Iya, itu pertama kali gue ketemu Lili." Eros menjawabnya dengan tenaga. "Wah, bener-bener nih video." Aden merampas ponsel Rio lalu melihat video itu lagi. Saat berada di kantin tadi, Aden, Beni, dan Rio sangat terkejut melihat video yang tersebar dan banyak di perbincangkan, dan saat tau itu adalah Eros, ke tiganya langsung berlari ke kelas untuk meminta klarifikasi pada yang bersangkutan, dengan meninggalkan segala macam makanan yang mereka pesan begitu saja di meja. "Tapi salut loh gue sama si pengambil berita." decakan Aden tak di respon oleh yang lain. Begitupun Eros, pria itu memilih terdiam memikirkan hal lain, selain perasaan, ada orang lain yang pasti juga ikut terlibat, yakni Lili. Eros penasaran bagaimana respon Lili saat ini ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD