Chapter 6

1511 Words
"Tapi salut loh gue sama si pengambil berita," decak Aden. Eros terdiam sejenak fokus pada pikirannya sendiri. Tidak lama setelah itu ia mengangkat pandangannya melihat ke arah ke tiga laki-laki di depannya itu bergantian, seraya menunjuk ponsel yang di pegang Rio. "Ini dapat dari mana?" tanya Eros. Selain pikirannya yang tertuju pada Lili, Jujur saja dia juga bingung, bagaimana bisa ada orang yang merekam tapi dia tidak tau itu. Ia ingat tadi pagi tidak banyak orang, dan yang melihat hanya gadis yang berpapasan di depan toilet, dan gadis itu sama sekali tak memegang ponsel atau merekamnya. "Fanbase Lili, terus nyebar ke akun lambe lamis sekolahan," jawab Beni. Apalagi pada caption postingang akun i********: 'lambe lamis' selalu di lebih-lebih kan. Seperti judul, 'Mangsa ganteng Lili keluar dari kamar mandi secara bergantian.' Akun 'lambe lamis' adalah sejenis akun berita gosip khusus sekolah SMA Andara. "Tapi karena video itu, lo jadi terkenal Ros!" celutuk Aden tiba-tiba dengan penuh semangat, yang mana hal itu sontak membuat Eros mengerutkan dahi. "Hm?" "Iya, mana lo ke liat keren juga di sana, baju di keluarin beuh gak kayak Eros yang gini nih," Rio ikut menimpali dan menyetujui ucapan Aden. Eros memejamkan matanya sejenak erat-erat. Kenapa jadi seperti ini. Kenapa hanya karena pertemuannya dengan Lili hidupnya mulai terasa tak tenang. Eros tidak suka ini. "Udahlah, kita lupain!" ujar Eros malas, ketika mengetahui Rio hendak mengeluarkan suara kembali di lihat dari gerakan mulutnya yang terbuka. Rio dan Aden saling menatap satu sama lain melihat reaksi Eros yang seperti ... Ini. Sungguh, baru pertama kali bagi mereka melihat Eros yang biasanya selalu kalem nan tenang, dan kali ini nampak sedikit gelisah. Jelas tidak seperti Eros. "Kalian balik aja ke kantin!" suruh Eros, ia bukan semata-mata mengusir sebab tidak mau membahas ini, tapi Eros tau pasti tiga orang di depannya ini telah menghabiskan waktu istirahatnya yang harusnya bisa menyantap makanan enak di kantin, tapi malah di buang sia sia untuk dapat kemari. Aden melihat ke arah Beni yang saat masih menatap Eros dengan pandangan sulit di artikan. Lalu Aden menyenggol bahu Rio menggunakan bahunya untuk memberi interupsi. Dan saat Rio menoleh, Aden segera menggerakkan dagunya ke arah pintu keluar kelas, mencoba mengatakan 'ayo keluar' dengan isyarat. Tapi dasarnya Rio yang lemot pake banget, pria itu malah mengerutkan dahi tidak mengerti. Alhasil, Aden yang hanya bisa menepuk jidat itu langsung saja menarik kerah seragam bagian belakang Rio dan menyeretnya keluar. Bahkan saat Rio hampir berteriak tidak terima, Aden lebih dulu merelakan tangannya dengan membekap mulut bau Rio. Aish, sejujurnya Aden tidak rela tangannya terkena jigong Rio yang sudah tervalidasi ke bauannya, tapi mau bagaimana mana lagi dari pada pria ini membuat keributan dan lagi ia ingin cepat keluar, Aden cukup peka jika melihat Eros yang tak baik-baik saja. Meski mencoba di tutupi se rapat mungkin. Di sisi lain ketika Aden dan Rio sudah benar-benar keluar, Beni masih saja berdiri di samping Eros, dengan Eros yang sudah menunduk dan membuka buku, entah buku itu di baca atau tidak yang pasti buku itu terbuka dengan posisi terbalik, namun Beni hanya diam saja. "Nggak balik ke kantin?" tanya Eros tanpa berniat melihat Beni, teman sebangkunya selama dua bulan ini. Meski baru mengenal dua bulan lamanya, mereka sudah cukup akrab dan mengerti satu sama lain, walaupun Eros tetap lah Eros, pria yang mencoba memberi tembok besar di sekelilingnya agar tidak ada yang paham siapa dirinya sebenarnya. Beni mengabaikan pertanyaan Eros, dan malah melangkah dan duduk di bangku tepat depan Eros. Bangku teman lain yang saat ini masih kosong karena penghuninya tengah berada di kantin. "Ros ... Em videonya udah nyebar se antero sekolah. Emang lo nggak papa?" Beni mencoba bertanya perlahan. Meski Beni menduga Eros jelas kenapa kenapa, tapi ia harus memastikan dari bibir pria di depannya ini. Tidak perduli kalau Eros pasti tidak akan berkata yang sebenarnya. "Ya," jawab Eros masih tanpa melihat ke arah Beni. Eros juga sudah membalik posisi bukunya yang tadi sempat terbalik, cukup memalukan tapi dia berusaha abai. "Ini cuma salah faham, biarin kabar miringnya reda sendiri." Setelah mengucapkan itu baru Eros mengangkat pandangannya ke arah Beni. Beni diam seraya menatap Eros sulit di artikan, sebelum akhirnya dia mengangguk, "Emm, Okey kalo gitu." Eros saja sudah berucap seperti itu jadi untuk apa Beni khawatir? Tapi tetap saja Beni tidak sepenuhnya tenang, walaupun baru bertemu 2 bulan ini, Beni tau betul Eros pria pendiam yang selalu membatasi dirinya sampai rela berangkat begitu pagi dan pulang begitu petang dari yang lain. Eros tidak seperti anak anti sosial, tapi Beni melihat Eros sengaja melakukannya karena ... "Iya," semoga. Lanjut Eros dalam hati. Beni mengangguk kembali, lalu tersenyum singkat seraya menepuk bahu Eros perlahan. "Gue mau balik ke kantin. Lo mau nitip sesuatu?" Eros langsung saja menggeleng. Beni yang mengerti segera mengiyakan lalu berlalu pergi meninggalkan kelas dan Eros yang duduk sendiri di tempatnya. Setelah kepergian Beni, Eros hanya bisa menghela nafasnya lelah. Masih tidak menyangka dirinya akan seperti ini, ia pikir setelah kepindahannya ia akan hidup seperti bayangannya, menjalani satu setengah tahun lebih masa SMA-nya tanpa di usik. Eros menoleh ke arah jendela luar, setelah dirinya di ketahui orang orang bagaimana hidupnya nanti? Apakah orang orang akan segera melupakan masalah ini seperti yang ia katakan pada Beni tadi, atau malah sebaliknya orang orang akan begitu penasaran dan datang sedikit demi sedikit untuk mengusiknya? Eros harus apa kalau hal terburuk tersebut terjadi? Okay, lebih baik untuk sekarang Eros tidak memikirkannya lebih jauh, toh juga mereka belum mengetahui apapun yang akan terjadi nantinya. Eros harus melupakannya, dan menganggap masalah ini tidak ada. Jadi meski cukup sulit Eros berusaha membaca buku kembali demi melupakan semuanya, video menggemparkan tadi juga ... Gadis itu ... Lili. Dan semua usaha Eros itu benar-benar sia sia. Walaupun sekuat tenaga dia mencoba melupakan. Tapi tetap saja, dia tidak bisa fokus, terutama pada nama gadis itu ... Lili. Bayangan dia tetap saja berputar di otaknya. Jadi karena lelah Eros memilih segera menutup bukunya yang sangat percuma terbuka itu, lalu memasang earbuds di kedua telinganya. Ia mendengarkan suara lantunan musik klasik bersamaan dengan pikirannya yang terus saja memikirkan sosok itu. Dan Eros membiarkannya saja, ia tidak bisa menghalaunya meski ia sudah berusaha sekuat tenaga pun nyatanya kan tidak bisa. Eros menyandarkan punggungnya di kursi dan berlanjut memejamkan mata dengan tenang, mungkin semua orang yang melihat begitu, tapi tidak sepenuhnya, Eros tetap memikirkan sosok Lili, jadi memejamkan mata hanya sebagai kamuflase orang orang kalau dirinya tidak masalah dengan semua masalah ini. Tidak perlu menunggu lama setelah Eros mencoba begitu tenang, tanpa pria itu sadari sebenarnya beberapa orang mulai mengintip ke arah kelas mereka melalui pintu dan kaca jendela samping Eros. Dan Eros sama sekali tidak mengetahuinya, pria itu menggunakan earbuds yang sengaja di setel cukup keras memang bertujuan tidak mendengar suara suara sekitar. Padahal semua grasak-grusuk orang orang terutama para siswi yang berdatangan itu bisa di bilang cukup keras, mereka juga berbisik-bisik seraya melihat sosok Eros yang masih setia memejamkan matanya. "Waw, beneran kayak di video tadi," "Kenapa gue baru tau ada cogan di sekolah ini, mana di samping kelas." "k*****t lah si Anna, udah tau sekelas sama cogan malah sengaja nggak bilang-bilang." "Pengen pepet, tapi ..." "Udah punya Lili. Huhu, iya kalau udah sama Lili kita hanya bisa tunggu." "Bener kita tunggu aja. Bekasan Lili pun nggak masalah." Mungkin kira-kira seperti itu lah percakapan para gadis di sana. Padahal Eros berpenampilan tidak stylish sama sekali loh malah menjorok ke cupu, tapi hal tersebut sama sekali tak membuat para gadis mengurangi dalam melihat ke tampanan Eros. Kalau bisa jujur, fakta anak-anak kelas ini memang sengaja tidak membicarakan Eros dengan orang luar, terutama para kaum hawanya, mereka sepakat tidak ingin memiliki saingan lebih untuk menikmati wajah tampan Eros. Hanya saja sekarang sudah pupus, banyak orang sudah mengetahui Eros di kelas mereka. Dan Eros sampai sekarang masih tidak tau jika di perhatikan banyak orang, sebelum akhirnya sebuah tepukkan di bahunya mulai menyadarkannya. Dan saat Eros membuka mata, pria itu langsung saja melihat sosok Beni yang panik di depannya. Belum sempat Eros bertanya dia malah salah fokus melihat sekitar, dia segera melepas kedua earbuds yang menempel di kedua sisi telinganya. Ad ... Ada apa ini? Eros kebingungan, banyak gadis-gadis yang berjajar di sepanjang pintu juga jendela samping Eros. Dan lagi, saat ini Aden juga Rio tengah berteriak-teriak mengusir para gadis aneh itu untuk pergi. "Woy, pergi woy!" "Pergi-pergi, jangan bikin rusuh kelas orang. Pergi!" "Anjink, pergi atau gue kentutin nih kalian atu atu," Teriakan demi teriakan pengusiran Aden dan Rio lontarkan, tanpa memperdulikan dumelan para gadis yang seolah tidak terima atas tindakan Aden juga Rio. Dan Eros sendiri hanya mengerjapkan matanya bingung. Walaupun dia pintar, dan berusaha menduga duga, tapi tetap saja otak nya tidak mampu untuk menganalisis sendiri. "Ben ..." Huft, "Udah terjadi Ros!" ucap Beni pelan. Mak ... Maksudnya? "Para gadis-gadis itu kepo sama elo Ros ... Jadi kayaknya sekarang hal seperti ini bakal jadi hal biasa dalam hidup elo." Eros hanya mendengarkan ujaran Beni tanpa berniat merespon, dia menoleh kembali ke arah orang-orang di luar sekilas dan bergantian. Entah apa yang dipikirkan Eros saat ini, tapi nama Lili tetap saja terselip di otaknya tersebut. Lili ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD