Chapter 10

1458 Words
Mata itu, mata penuh tipu daya. Eros tau jika dua mata dengan bulu mata lentik itu mengeluarkan sorot yang begitu sulit di jelaskan, ada rasa tidak nyaman pada diri Eros. Hanya saja pria itu malah tak dapat menahan untuk tidak main menyelami ke dalam tatapan mata itu. Yups, yang Eros maksud di sini adalah mata milik Lili. Si dewi malam yang selalu menghebohkan sekitar hanya dengan kedatangannya. Begitupun saat ini, entah ada apa tapi gadis itu _Lili_ kembali lewat di depan kelas 11 Bahasa dua yakni kelas milik Eros, tapi berbeda dari biasanya, Lili malah berhenti di koridor depan dan melihat ke arah dalam kelas. Alhasil, karena para gadis-gadis yang berdiri menutupi jendela kaca menyingkir, membuat mata mau tak mau Eros tertuju langsung pada dua mata Lili, yang Eros maksud memiliki tatapan maut. Meskipun tidak bertahan lama, kegiatan saling tatap keduanya hanya bertahan satu detik. Namun hal itu sudah berhasil menciptakan getaran aneh di d**a Eros. Bahkan saat Lili sudah melangkah pergi sampai sosoknya tidak terlihat pun, Eros masih merasakan keanehan yang tak kunjung reda. Tapi karena pukulan pelan seseorang pada bahu kiri Eros, hal itu langsung saja membuat Eros tersadar dan getaran pada dadanya sedikit mereda. Rupanya Beni lah yang menepuk bahu Eros. "Lo serius bukan mangsa Lili?" tanya Beni dengan dahi berkerut, sepertinya Beni memang menaruh curiga pada Eros. Padahal tadi dialah yang paling percaya kalau ini hanya berita bohong. "Untuk apa gue bohong?" Eros malah balik bertanya. Lagi pun kenapa masalah ini masih di bahas lagi? Eros sudah cukup jengah dengan semua keruwetan yang terjadi. "Tapi Lili ..., Dia ... Gimana ya ngomongnya ...," Eros mengerutkan dahi sampai alis hitam tebal juga rapinya bertaut. Beni berbicara sama sekali tidak jelas. Karena Beni tak melanjutkan ucapannya, secara tiba-tiba Aden yang duduk di belakang Beni langsung saja menyahut. "Lili jarang atau bahkan nggak pernah perduliin sekitar kalau itu nggak ada hubungannya sama dia ...," Hm? Tunggu sebentar ..., Maksudnya, apa baru kali ini Lili mau melihat seseorang yang tidak di kenal, atau mungkin baru kali ini Lili rela menghentikan langkah hanya untuk melihat keadaan kelas 11 bahasa dua ini? Eros takut salah menyimpulkan. "Ah gue paham." Rio tak tinggal diam, pria itu juga ikut bersuara setelah menelisik dalam. "Jadi gue bisa simpulin, lo emang deket sama Lili ya Ros!" Heh?! Kesimpulan macam apa ini? "Nggak!" Eros tidak habis fikir. Bukti dari mana ia dekat dengan Lili? Padahal jelas video tadi pagi sama sekali tak dapat membuktikan bahwa mereka seratus persen dekat atau paling tidak saling mengenal. "Dia bahkan nggak tau gue siapa." Lanjut Eros. Tapi benar sekali, mungkin saja Lili tidak tahu namanya. "Tapi dia tadi liat ke arah elo loh Ros." Aden masih tidak dapat percaya kalau Eros tidak dekat dengan Lili. Sebab clue clue yang nampak, begitu aneh bagi Lili yang tidak mengenal Eros. "Cuma liat doang kan." Eros menjawabnya cuek. Dia ingin sekali menyudahi pembahasan ini di saat jantungnya masih sedikit berdetak pelan. "Apa mungkin karena Eros lagi viral ya, makanya Lili jadi kepo," dugaan demi dugaan Rio pikirkan matang-matang. Siapa tau dugaannya memang benar adanya. "Tapi ke kepoan Lili itu awal dari kedekatan loh ..., Bisa aja Lili emang lagi ngincer Eros, dan besok-besok baru mulai beraksi." Aden terlihat jelas kalao begitu bersemangat, saking semangatnya bisa saja orang akan salah faham dan menganggap Aden mendukung Eros dekat dengan Lili. "Kalo iya gimana nih Eros?" Tidak se semangat Aden, malah jauh di bawah Aden, sebaliknya Rio begitu nampak lesu ketika berucap. Aden sedikit mencibir, kenapa Rio malah bersikap seperti itu. "Ya nggak gimana mana, emang mau gimana?" "Nanti kalo Eros sakit hati gimana?" Di sini Eros loh yang menjadi pusat perdebatan Aden juga Rio. Tapi pria itu begitu santainya dengan hanya diam dan mendengarkan saja. Tidak memihak Aden maupun Rio. "Eros mah ganteng, sakit hati satu tumbuh hati lain seribu. Bakal cepet move on tuh, orang yang deketin banyak." Aden berusaha memberi penjelasan Rio, kalaupun Eros benar dekat dengan Lili itu bukan masalah besar. Rio terdiam, sepertinya memang tengah mencerna ucapan Aden. Dan karena itu, Eros mulai maju untuk melerai. "Kalian ngomongin apa ya. Udah nggak usah di bahas." Tapi Rio malah menggeleng, tidak mendengarkan pencegahan Eros. Padahal Eros malas mendengar perdebatan orang orang ini. "Ros, lo kudu buat rencana pertahanan diri Ros. Kalo semisal Lili beneran bakal ngedeketin elo," Sekarang ganti, Rio ternyata juga sudah memikirkan kalaupun Eros dekat dengan Lili itu tidak masalah. Hanya perlu Eros tidak menyukai Lili saja. "Udah ya. Nggak perlu mikir macem-macem, dia nggak bakal ngelakuin itu," dia malah terlihat nggak tertarik sama sekali! Lanjut Eros di dalam hati. "Tapi kalo iya gimana?" "Ya jadian lah," celutuk Aden enteng menanggapi Rio, Aden juga tersenyum lebar penuh kemenangan. "Emang Eros mau pacaran ama Lili?" Entah kenapa Rio nampak tidak begitu rela jika Eros dekat dengan Lili? "Siapa yang nggak mau? Cowo b**o mana yang rela nolak Lili?" Yang di katakan Aden memang benar adanya. Banyak lelaki terutama di sekolah ini yang menyukai Lili, semuanya, dari berbagai kalangan telah menyukai Lili, mau secupu apapun orangnya, pria pria itu tetap akan luluh dan jatuh ketika Lili mendekat. Jadi untuk Eros sekalipun sepertinya akan sulit, kecuali Eros memiliki pertahankan yabg begitu tinggi. "Eros! Siapa tau Eros nggak tertarik ama Lili." Tidak menutup kemungkinan memang, kalau Eros tidak menyukai Lili. "Lo nggak tertarik kan ama Lili Ros?" Bangkan saat ditanya seperti itu oleh Rio. Eros malah balik bertanya bingung. "Hm?" Namun gumaman Eros rupanya telah di salah artikan oleh Rio, dan Rio menganggap bahwa Eros setuju dan meng-iyakan ucapan Rio kalau Eros tidak menyukai Lili! "Kan. Selera orang ganteng kayak Eros itu bukan Lili." Rio nampak lega dan bangga karena secara tidak langsung, Rio menganggap, Eros seperti mendukungnya. Aden sontak mencibir. Memahami teman sebangku dan seperjuangannya sejak smp itu _Rio_. "Cih, mulut lo. Bilang aja lo kagak ikhlas kalo salah satu dari kita jadian ama Lili," Dan seperti dugaan Rio langsung di setujui. Karena Rio sontak menyengir lebar setelahnya. "Hehe, dikit. Ya gimana ya, pemersatu jomblo harus sama-sama jomblo, biar nggak saling iri." Aden sedikit geram, tidak habis fikir pada Rio. Ingin sekali dia menggeplak kepala belakang Rio, agar bisa sedikit mengurangi ke bodohan pada diri Rio. "Lo aja yang iri, gue mah enggak. Dasar Playboy cap teri, muka kayak Eros tuh jadi playboy baru pantes." "Emang muka gue nggak pantes?" Rio bertanya dengan di buat-buat semelas mungkin. Tukang drama mulai beraksi. "Perlu di jawab?" Aden malah tersenyum miring seraya menegakkan posisi tubuhnya. Plakk ... Ternyata yang lebih dulu memukul malah Rio bukannya Aden. Meski bukan pukulan keras, tapi hal itu sukses membuat Aden mendelik lebar. "Ye, dasar t*i kuda." Tenang saja adu bacot di antara dua teman ini memang sudah sangat biasa, walaupun bacon bacotannya kadang sudah di level akut, mereka berdua tidak akan bisa saling marah satu sama lain, mungkin kecuali ada kesalahan fatal yang terjadi. "Gue ke toilet dulu," ucap Eros mendadak di sela-sela perdebatan Aden juga Rio. Membuat Aden yang hendak membalas Rio langsung terhenti dan menganga. Sebentar ..., Ini serius Eros ingin ke kamar mandi? Padahal sejak tadi Eros hanya diam saja, dan saat sudah berbicara dia langsung membuat shock ketiganya, baik Aden, Rio, maupun Beni. "Eh Se ... serius?" tanya Beni juga tidak percaya dengan apa yang dia dengar. "Eros beneran ke toilet? ... Di jam istirahat?" Seolah melupakan perdebatannya dengan Aden, Rio juga ikut ternganga. Eros nampak tak memperdulikan teman-temannya yang masih di kuasai keterkejutan. Eros memilih bangkit dari tempatnya seraya mengenakan hoodie hitam yang biasanya hanya di pakai saat berangkat dan pulang saja, tapi kali ini Eros juga memakainya saat pergi ke kamar mandi di jam istirahat, agar sedikit menutupi wajahnya dari sekitar. Setelah Eros benar-benar keluar dari area kelas, di susul suara pekikan histeris para gadis di luar sana. Beni, Aden, juga Rio mulai mengatupkan bibir untuk menguasai keterkejutan. "Wah gilak, rekor lagi nih. Bener-bener hari ini hari penuh pencapaian Eros untuk pertama kalinya," ucap Aden memang betul adanya. Bukan masalah mereka ini lebai, sebab selama dua bulan Eros bersekolah di SMA Andara, baru kali ini Eros mau pergi ke kamar mandi di jam istirahat yang notabene ramai orang-orang di luar. Karena kalau biasanya Eros itu selalu pergi ke kamar mandi jika sudah kepepet, itu pun harus menunggu di jam belajar mengajar di mulai aga keadaan sekitar dapat sepi. "Perlu di ikutin nggak nih?" tanya Rio. "Ya kali," Beni menyahut. Untuk apa mengikuti Eros. Lagipun Eros sebenarnya tidak secupu itu untuk takut pergi ke keramaian. Eros hany menghindar, dan sekarang mungkin sudah waktunya Eros melihat dunia luar atau dunia SMA Andara ini. Beni berharap Eros dapat melakukan hal ini tidak hanya sekali, agar mereka bisa pergi keluar kelas bersama-sama. Beni akan mengenalkan banyak tempat-tempat dan sudut tersembunyi dari SMA Andara ini. Semoga! ... Semoga Eros setidaknya dapat sedikit berubah! Tidak ada salahnya berharap bukan?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD