Perjalan Lili menuju kantin memang harus membutuhkan effort yang cukup tinggi, karena jarak antara kelas 12 ips 2 yakni kelasnya hingga menuju kantin utama memiliki jarak yang lumayan tinggi, dia harus berjalan di sepanjang koridor beberapa kelas 11 dan 10, belum jua selesai mereka juga harus melewati lapangan lebar. Meski bukan lapangan utama tapi tetap saja lapangan itu juga lebar.
Jadi kadang Lili sering kali malas pergi ke kantin, tapi kalau sudah kepepet seperti ini ya mau tidak mau, lagipun di istirahat pertama tadi Lili juga sudah tidak pergi, karena kalau di jam awal kantin cenderung penuh.
Padahal sebenarnya lili adalah sang primadona, kalaupun pergi kemanapun sekalipun itu kantin, Lili tidak akan pernah kesusahan, yang malah LIli akan di sambut begitu antusias oleh orang-orang.
"Li," panggil Ellie tiba-tiba.
"Hm," Dan Lili hanya menyahutnya dengan sebuah gumaman. Mereka pun juga masih tetap berjalan santai di sepanjang koridor.
"Gue pengen ke toilet dulu," adu Ellie, sedikit mendahului langkah Lili lalu menghadang Lili.
Lili pun mau tak mau benar menghentikan langkah, sebab Ellie teman sebangkunya itu sama sekali tidak mengizinkannya berjalan, "Ck. Ya udah sana,"
"Takut kalau sendiri," cicit Ellie dengan mengeluarkan puppy eyes khas macam biasanya. Kalau biasanya sih Lili akan langsung luluh dalam sekejab.
Lili ingin sekali menepuk dahinya tidak habis fikir, "Astaga, ogah gue ___"
"Lili," potong Ellie pelan.
Lili tau jika Ellie itu anaknya penakut, apalagi dulu saat pertama kali Lili bertemu dengan Ellie, gadis itu tengah di bully oleh para senior, awalnya Lili yang melihatnya tentu akan bersikap cuek seperti biasanya, tapi ternyata Lili tidak bisa diam saja, alhasil Lili turun tangan dan membantu Ellie. Sampai akhirnya Ellie berakhir membuntuti Lili terus, jadi mau tak mau meeka pun menjadi teman. Meski hanya teman sebangku tentu saja. Sebab Lili tetap tidak akan mengizinkan Ellie berada terlalu dekat dengannya apalagi sampai memahami Lili. Lili cenderung memasang tembok pembatas tinggi untuk orang-orang sekitarnya, tanpa membiarkan sedikit celah, kalau pun ada celah Lili aka segera menutupnya kembali, sebab Lili selalu berfikir jika ada orang yang terlalu dekat dengannya itu malah akan membuatnya menjadi lemah.
"Anjir," maki Lili pelan, tapi mau bagaimana lagi, nyatanya Lili juga tetap berakhir menemani Ellie. Padahal jelas gadis itu tidak akan pernah ter-bully lagi mengingat dia sudah menjadi teman sebangku Lili. Hanya saja dia tetap tidak dapat mengurangi rasa takutnya, ck, efek pembullyan memang begitu mengerikan.
Ellie sendiri sudah tersenyum senang nan lebar, lalu menarik tangan Lili untuk segera berbelok arah menuju salah satu toilet perempuan di dekat deretan kelas sebelas. Tapi Lili lebih dulu menyentak tangan Ellie sebelum mereka benar-benar melangkahkan kaki.
Dan Ellie hanya menyengir, ia lupa kalau Lili tidak suka di gandeng, Menurut Lili di gandeng terlihat seperti tengah di seret, dan Lili tidak sudi di seret seseorang. Lili sendiri yang akan menentukan langkahnya.
Setelah itu mereka berdua benar-benar berjalan berdampingan, dengan Lili yang sedikit berada di posisi depan.
Oh iya, by the way, seiring langkah mereka sedari tadi hingga sekarang, semua orang yang melihat bahkan dari dalam kelas pun nampak begitu antusias menatap Lili, dan Lili sama sekali tidak perduli, mau ada yang mengambil gambarnya pun Lili juga fine, terserah mereka saja.
Suara ribut-ribut terutama dari kaum adam begitu mendominasi, sebab kalau untuk yang perempuan mereka hanya berbisik lirih, biasa lah, para perempuan tengah saling iri dan membandingkan keburukan Lili dengan dirinya sendiri, dan seolah Lili adalah makhluk paling buruk di muka bumi. Fitnah-fitnah tidak berdasar pun sering ikut di lontarkan.
Lili yang semula fokus pada pikirannya pun mulai tersadar ketika matanya menatap segerombolan para gadis-gadis berjajar di sepanjang kaca jendela juga pintu kelas depan sana.
"Itu kenapa?" tanya Lili langsung saja, siapa tau Ellie mengetahui sesuatu.
"Ah, itu. Mereka lagi liatin cogan good boy."
"Ha?" Sampai sebegitu-nya? Hm, harusnya sih Lili sadar diri atau paling tidak mengaca lah. Yang padahal hal seperti ini masih cenderung di level rendah, sedangkan cara pecinta Lili yakni kaum adam malah lebih parah hanya untuk melihat Lili, apalagi saat Lili masih awal awal menjadi siswi di SMA Andara, beuh itu hebohnya tidak ketulungan.
Tiba-tiba Lili menghentikan langkahnya, yang mana hal itu sontak membuat Ellie ikut berhenti,
"Ada apa?" tanya Ellie langsung.
Lili menoleh cepat, matanya menyipit tajam ke arah Ellie.
"Ke ... kenapa?" Ellie jadi takut sendiri jika melihat Lili yang dalam mode keras seperti ini, apalagi ini tiba-tiba, Ellie bahkan tidak tau kenapa Lili seperti ini.
"Lo sengaja ya," Lili makin menambah picingan matanya, agar Ellie merasa tertekan.
Tapi ternyata, Ellie malas sedikit plonga plongo bin lemot, masih tidak mengerti arah pembicaraan Lili. "Sengaja apa?"
"Cih, sengaja minta anter ke toilet lah." Mau tak mau Lili harus memperjelasnya kan.
Dan seperti memang benar, terbukti dari Ellie yang langsung saja panik. "Eh enggak enggak,"
Lili mendesah kasar meratapi teman sebangkunya yang seperti ini, "Tipuan lo udah keliatan El,"
"Enggak kok ..., enggak Li, jangan su'udzon dong." Padahal sudah betul ketahuan oleh Lili, tapi Ellie masih saja berusaha mengelaknya.
"Mata lo su'udzon, lo emang nipu gue." Cih. Harusnya Lili tidak menuruti pemintaan Ellie tadi. Karena ternyata dia cuma di manfaatkan.
"Halah cuma dikit Li." cicit Ellie seraya menautkan ujung jari telunjuknya.
Kan ... Kan, Ellie baru mau mengakui. Dan lihat dia malah bertingkah sok imut agar di maafkan begitu. Cih No.
"Yaudah, sana lo pergi sendiri!" Lili sudah malah kalau begini caranya. Dari pada membuang waktu lebih baik dirinya pergi ke kantin saja, lebih cepat mengisi perut juga akan lebih baik.
"Eh ... Eh, jangan dong. Gue beneran pengen ke kamar mandi kok. Gue udah nggak tahan." Ellie menolak keputusan Lili, dan langsung memegang lengan Lili agar temannya itu tidak pergi ke mana-mana. Mungkin benar awalnya Ellie hanya ingin mengintip sedikit sosok cogan yang sudah membuat heboh se antero sekolah. Tapi saat berjalan ke sini, Ellie sungguh tidak berbohong jika dia juga kebelet kencing.
"Males," jawab Lili cuek nan acuh.
"Ayo dong Li."
Lili memicingkan mata, puppy eyes yang Ellie tunjukan sudah tidak mempan untuknya.
Tapi ternyata Lili tetap tidak tega. Padahal Lili sampai di juluki dewe malam juga karena dia menyandang ratu tega, khususnya untuk para lelaki. Tapi kalau untuk teman se bangkunya itu Ellie, Lili memang sedikit kesulitan mengontrol akal nan hatinya. "Ini terakhir kali lo bohongin gue," Lili mengacungkan jari telunjuknya tajam.
"Ya, ya, terakhir. Gue pengen liat dikit si cogan good boy secara langsung Li," ucap Ellie sambil melangkahkan kaki kembali begitupun Lili.
"B aja kok," celutuk Lili. Padahal Ellie tidak meminta pendapat atau respon dari Lili.
"Eh serius?" Ellie nampak terkejut. Tapi sepertinya tidak mungkin kalau visual cogan good boy se b aja itu, karena dari hasil jepretan orang-orang yang di sebar luaskan di media sosial juga grup kelas-kelas, pria itu nampak begitu tampan dari segala sisi.
"Hm," Lili menggumam sebagai jawaban.
"Kalau di banding mantan-mantan lo?" Memang pembahasan cogan Ganteng entah bernama siapa itu tidak akan ada habisnya bagi Ellie. Lili sampai jengah sendiri.
"Kalau sama Mantan gue ya nggak bisa di bandingin dong," balas Lili seadanya, tapi tetap jujur. Karena memang jika dilihat dari sudut visual, pria yang Lili temui tadi pagi di toilet nampak begitu tampan.
"Lah __"
Cukup, Lili malas mendengar! Alhasil Lili langsung saja memotong ucapan Ellie begitu saja. "Lo jadi ke kamar mandi nggak nih? Jan ngoceh aja. Gue tinggal juga lo."
"Hehe iya-iya, jangan di tinggal dong."
Lili mengangguk pasrah, "Hm, cepet,"
"Mau liat si cogan dulu __"
Kok ya masih nawar, Lili sudah sangat sangat berlapang d**a loh ini. "Kencing dulu El,"
"Tapi ___"
"Atau gue tinggal!" Untuk kali ini ancaman Lili tidak main-main. Ia sungguh sungguh akan melakukannya jika Ellie tidak dapat menyetujuinya.
"Iya deh, dasar," pasrah Ellie dengan suara memelan di kata terakhir.
Setelah itu mereka berdua pun berjalan ke cepat menuju toilet, tapi tetap Lili yang mendahului juga Lili mengedepankan langkah elegan nan mempesona. Apalagi saat ini para lelaki masih menatapinya dari dalam maupun luar kelas, jadi Lili harus tetap menjaga image.
Mungkin benar, niat dan harapan memang tidak selalu bisa terjadi, karena niat awal dan hasil akhir seringkali melenceng jauh. Seperti saat ini Lili yang awalnya meminta Ellie melewati kelas ramai kaum hawa itu, tapi ternyata dia sendiri yang malah berhenti untuk mengamati keadaan kelas juga sekitar. Bahkan sorakan demi sorakan yang terlontar dari beberapa siswa di kelas itu sudah terdengar makin kerasnya saja, karena seorang dewi malam Lili rela meluangkan waktunya untuk berhenti di koridor kelas sebelas bahasa itu.
Di karenakan para siswi siswi itu takut degan tatapan Lili _yang padahal menurutnya biasa saja itu_ mereka semua malah menyingkir dari depan koridor, dan perlahan-lahan mundur untuk pergi. Ck, sepertinya orang-orang tetap salah faham dan menganggap pria pagi tadi adalah mangsanya, jadi semua ketakutan.
Dan tepat ketika satu persatu orang menyingkir, Lili dapat melihat jelas sosok pria tadi pagi yang saat ini duduk di bangkunya _di dalam kelas_. Meski dia pria cupu dan tidak stylish tapi sialnya dia tetap terlihat tampan dari sisi manapun.
Tatapan Lili dan pria itu saling beradu, tidak lama, mungkin hanya dua detik. Karena setelahnya Lili langsung memutus kontak mata tersebut secara sepihak dan melengos untuk lanjut pergi.
Tanpa di sadari semua orang termasuk Ellie sekalipun _yang berjalan di sampingnya_, Lili sebenarnya tengah mendengkus pelan, Lili sungguh tidak suka dengan tatapan si Cupu ganteng itu. Okay Lili tidak akan munafik, dan tetap mengakui kalau pria itu tampan.
"Ah sudahlah."
"Apa?" tanya Ellie dengan dahi berkerut, sebab merasa aneh dengan lontaran kata tiba-tiba keluar dari bibir Lili.
Oops, Lili pun hanya menggeleng, ia sungguh tidak sadar jika telah menyuarakan isi hatinya.
"Dahlah cepet. Gue pengen cepet ke kantin."
Mendengar itu, Ellie malah makin mengerutkan dahinya. Aneh banget nih orang.
*****
Setelah selesai dari toilet, Lili dan Ellie segera berlanjut menuju kantin utama di bagian paling pojok sisi sekolah. Dan faktanya, Lili tidak mau berbalik dan melewati jalan yang sama lagi, dia lebih memilih memutar arah, katanya tidak apa-apa jauh, asal tidak lewat koridor depan kelas 11 ips dan bahasa itu.
Dih ...
Ellie saja masih merasa aneh, tapi jelas dia tidak dapat berbuat apapun, dia diam saja, toh Lili juga tidak akan berkata jujur maupun mengakui. Ibaratnya Ellie hanya remahan rengginang untuk Lili, meski Lili baik, tapi remahan rengginang ini tidak akan pernah di anggap oleh Lili.
Setelah cukup berjalan-jalan kaki, Lili dan Ellie sampai di area kantin sekolah. Karena merasa terbebani sudah membuat Lili harus rela menemaninya ke kamar mandi, Ellie pun berinisiatif untuk membelikan Lili makanan. _Eii, meski menggunaan uang Lili juga sih_, tapi setidaknya Lili saat ini dapat langsung duduk di tempatnya kan.
Lili duduk sendiri di bangku bagian pojok. Setelah Lili mengambil tempat di sana, bukan hal tabu lagi jika para pria yang juga berada di kantin segera berpindah tempat di sekitar baik kanan maupun kiri Lili. Bahkan mereka saling berebut tempat.
Lagi lagi dan lagi, Lili sama sekali tidak memperdulikannya, tiga tahun ia bersekolah di SMA Andara, jadi hal seperti ini menurutnya adalah sesuatu yang wajar. Kalaupun mereka pada berani mendekat, toh Lili juga siap menghajar agar mereka langsung mundur cepat.
Pernah suatu hari ketika Lili masih duduk di bangku kelas sepuluh. Lili di jebak dan di pepet oleh kakak kakak senior dulu, mereka belum tau saja Lili bagaimana, jadi ketika melancarkan aksi, senior senior songong itu malah berakhir menjadi samsak tinjuan Lili. Apalagi saat itu, senior songong salah satu pentolan sekolah yang di segani.
Alhasil setelah kejadian, nama Lili makin terkenal saja. Bukan hanya wajah cantik, body aduhainya, tapi Lili juga jago adu jotos.
Jadi sekarang banyak laki-laki yang lebih memilih diam dan melihat dari jauh saja, tanpa perlu mendekat. Mereka tidak ingin menjadi samsak seperti senior terdahulu. Mereka akan menunggu untuk Lili yang mendekat lebih dahulu, dan sudah pasti para kaum adam itu siap menyambut dengan sepenuh hati, jiwa, dan raga.
Merasa bosan karena Ellie tak kunjung tiba. Lili memilih memainkan ponsel berlogo apple yang kemarin sempat jatuh dari lantai dua. Tidak rusak sepenuhnya sih, tapi ponselnya lecet, dan Ia berniat ganti ponsel setelah ini.
Baru saja Lili hendak fokus dengan ponselnya, tiba-tiba dari arah samping Lili menyadari ada seseorang yang mendekat. Memiliki insting yang kuat memang ada gunanya, oleh karena itu, Lili langsung saja bangkit dan melayangkan tendangan ke arah samping kuat kuat.
Lili sadar jika gerakan orang di sampingnya tadi di sengaja, dan bukan hal sepele.
Buggg ...
"Arghh ..." Orang itu berteriak keras setelah mendapat tendangan maut tepat di perut.
Dan benar saja saat Lili menoleh, ternyata orang yang hendak mendekat adalah Rolan, mantan pacarnya yang baru ia putuskan kemarin. Dia juga orang yang sama yang telah membuat ponselnya terjatuh dari lantai dua.
Sialan memang. Punya nyawa berapa sih si Rolan sampai berani mendekati Lili setelah di hajar dan di tolak beberapa kali.
"Lili," cicit Rolan pelan seraya memegangi perutnya, dia juga masih terbaring di lantai keramik.
Bukannya merasa iba dan menolong, Lili malah hanya tersenyum miring, lalu bergerak membetulkan letak rok span super pendeknya itu yang saat ini menyingkap cukup tinggi. Sejak awal paha jejang nan mulus Lili memang sudah terlihat jelas oleh mata semua orang, tapi karena di buat menendang, paha itu makin terpampang nyata saja, hingga menampakkan celana ketat pendek berwarna hitam.
Para lelaki yang melihat kesempatan itu bahkan sampai mengabadikan moment dengan memotretnya. Lili tau itu, tapi dia tetap diam saja.
Lili kembali duduk di tempatnya, mengabaikan Rolan yang meringis kesakitan dan juga para laki-laki yang makin menatap Lili diantara kagum juga lapar.
Cih ... Lili merasa pening sendiri, ia sampai memijit pelipisnya pelan. Kasus seperti Rolan ini memang bukan sekali dua kali, ada banyak sekali mantan Lili yang masih tidak rela di putuskan dan mereka selalu mengejar-ngejar.
Hanya saja kali ini Lili sama sekali tidak mood meladeni. Kalaupun si Rolan ini berani maju lagi, Lili bersiap menghajar tanpa ampun untuk menuntaskan rasa jengkelnya.
"Li, lo apain anak orang?" Ellie yang baru saja tiba dengan membawa dua piring nasi rames pun langsung terharan-heran, melihat si mantan Lili itu bergerak bangkit dari posisinya dengan menahan sakit.
"Senggol dikit," jawab Lili acuh, lqlu merampas satu piring makanan di tangan Elli. Memang kalau lagi lapar, hawa mood swing selalu muncul tiba-tiba.
"Astaga, Lili." Bukan hal pertama, tapi tetap saja setiap melihat Lili menghajar para laki-laki Ellie masih tidak habis pikir. Rasanya dia masih tidak menyangka seorang gadis bersampul elegan, feminim, nan seksoi macam Lili bisa berbuat seperti itu.
"Hust, diem. Cepet makan." Lili malas mendengar celotehan Ellie, dia memilih langsung menyantap makanan cepat-cepat, tanpa perduli jika cara makannya saat ini menjadi pusat perhatian orang-orang. Definisi orang cantik mah bebas, mau makan kalem ataupun bar bar, toh mereka akan selalu cantik semriwing splendid.
Ellie pasrah, mengikuti Lili dengan duduk di bangku depan Lili dan mulai ikut menyantap makanan.
"Li ... Lo tau ___"
"Nggak," belum juga Ellie menyelesaikan ucapannya, Lili sudah lebih dulu memotongnya.
Kalau saja Ellie tidak memiliki stok kesabaran yang tumpah ruah, Ellie pasti sudah marah kepada Lili. Tapi sayangnya Ellie masih ingin melanjutkan ucapannya walaupun Lili nampak tidak perduli.
"Gue tadi denger dari rumpian cewek-cewek kelas sebelas, ternyata namanya si cogan good boy itu ... Eros."
Tangan kanan Lili yang memegang se sendok penuh makanan pun terhenti di udara secara tiba-tiba.
Eros?
Tapi tidak berlangsung lama, sebab sedetik setelahnya, Lili berlanjut memasukkan makanan itu ke dalam mulut. "Terus gue perduli?" ucapnya sebelum benar-benar memasukkan nasi ke mulut.
"Emang enggak kepo?"
Lili menggeleng kuat, dan setelah mulutnya bersih dari makanan Lili baru mulai bersuara kembali. "Samsek. Dahlah, diem lo El."
Ellie memberenggut, menurutmu Lili tidak asyik sama sekali hari ini.
Lili sendiri juga sudah melanjutkan menyantap makanan dalam diam. Walaupun Lili nampak baik-baik saja santai tanpa beban, tapi kenyataan di otaknya saat ini tidak demikian.