Chapter 8

1372 Words
Breaking news: Di mangsa dua bidadari? Siapa sih yang nolak! Hanya dengan melihat judul di postingan akun i********: Lambe Lamis, Lili sudah sudah menduga jika beritanya akan sangat ngadi-ngadi kalau kata selebgram keano. Entah siapa yang memegang akun ini, tapi yang jelas Lili juga sudah tidak perduli dengan semua berita yang di posting, meski itu berita tentang dirinya yang tersebar di sana. Lili juga tidak pernah ingin mengklarifikasi kebenaran, mau itu benar atau hanya hoax, Lili tidak perduli. Dan biasanya, Lili hanya mengandalkan teman sebangkunya Ellie sebagai sie informasi tanpa ia perlu repot-repot mengecek akun i********: 'lambe lamis' sendiri. Hanya saja tadi pagi Lili merasa berbeda, Lili terlihat sedikit perduli, meski hanya sedikit. Terbukti dari Lili yang menyempatkan diri untuk membuka akun gosip sekolahan itu demi melihat postingan yang di rilis istirahat pertama tadi. Padahal jelas biasanya mau seberapa heboh berita tentang dirinya, Lili akan tetap acuh. Tapi ternyata keperdulian Lili dengan akun gosip itu tidak berhenti di sana, di istirahat ke dua ini Lili kembali mengecek akun i********: itu setelah tadi sempat ia nyalakan notif akun tersebut. Ck, sungguh seperti bukan Liliana yang biasanya! Perbedaan Lili tersebut jelas, sebenarnya ia lakukan setelah mendengar kabar berita tidak benar tentang dirinya dan seorang pria yang ia temui di kamar mandi. Lili hanya penasaran apakah berita burung itu akan kembali di posting oleh si akun gosip lambe lamis. Lili mulai membaca caption yang di sematkan admin akun i********: tersebut di bawah postingan foto judul. Setelah pagi tadi berhasil menjadi mangsa Lili sang dewi malam yang mempesona, siang ini si Cogan baru, beralih menjadi mangsa Vanie gadis semlohai pujaan para lelaki. "Ck," Belum sempat Lili membaca caption panjang lebar dan tidak jelas itu, tapi Lili sudah tidak tahan, rupanya ia tidak seperduli itu dengan akun ini. Ia sudah menduga menjerumus ke arah mana judul dan caption postingan itu berikutnya. Ia pun berniat keluar dari aplikasi saja. Namun niatan itu ia urungkan ketika Lili sadar, bahwa dia sedikit penasaran untuk me swipe ke samping, karena postingan itu menyertakan tiga titik foto. Dan tanpa pikir panjang jari jempol Lili pun bergerak menggeser ke arah kiri, benar saja seperti dugaan Lili sejak tadi. Jika dalam sertaan postingan itu terdapat foto pria yang hendak kencing tadi pagi, namun dengan posisi yang begitu dekat sampai hampir memeluk si Ulet keket Vanie. Ck, ya bagaimana ya. Vanie memang sudah menjadi rival Lili sejak lama. Bukan, bukan Lili yang mencari gara-gara, tapi Si Ulet keket itu yang selalu memulai. Hanya saja jelas, Vanie tidak akan pernah bisa menang melawan Lili, jadi ulet keket itu juga tidak pernah sampai melakukan hal yang terlalu jauh. Cantik-cantik dan bahenol gini Lili adalah pemegang sabuk hitam taekwondo, dia sudah mempelajari bela diri sejak kecil maka dari itu tidak ada yang berani macam-macam dengannya, sekalipun itu para lelaki yang kesal atau mantannya yang tidak terima, sebab mereka semua tetap akan habis di tangan Lili kalau berani melewati batas yang sudah Lili gariskan. Entah kenapa melihat hasil jepretan di postingan akun Lambe lamis malah membuat Lili tak tahan. Alhasil ia benar-benar keluar dari aplikasi i********: tanpa ada pikir-pikir lagi. Baru saja Lili meletakkan ponselnya di dalam laci bangku, seorang gadis rambut di kuncir kuda dengan poni korean style pun datang menghampiri Lili secara terburu-buru. Gadis itu adalah Ellie, yang Lili sempat katakan bahwa dia teman sebangkunya. Ellie tadi memang tengah berada di toilet, dan entah kenapa sekarang malah datang dengan tergesa-gesa. Aneh sekali. "Li, Lili ..." Nafas Ellie memburu, terlihat jelas jika gadis itu baru saja berlarian hingga sampai tersenggal-senggal seperti ini. "Kenapa?" tanya Lili yang masih duduk di tempatnya, seraya melipat kedua tangan di depan. Ellie belum juga menjawab masih berusaha menetralkan nafasnya, dia juga sedikit memukul dadanya agar nafas cepat normal kembali. Lili mendesis pelan, kebiasaan kalau Ellie berlari di tambah panik akan langsung seperti ini. Lili jadi penasaran, seberapa penting kabar atau sesuatu yang akan Ellie sampaikan sampai gadis itu tidak memperdulikan fisiknya. "Liat ...," Setelah cukup leluasa bernafas, dan mulai tenang, Ellie berucap sambil menyodorkan ponsel di depan Lili. "Liat, ini Cogan tadi pagi yang mau lo jadiin __" Ck ..., "Udah gue bilang, bukan. Gue nggak kenal dia siapa." Lili langsung saja menyela ucapan Ellie tanpa pikir panjang, rupanya ini yang hendak Ellie katakan. Sangat tidak berfaedah sekali, Lili tidak perduli pemborosan kata yang dia lontarkan, karena Ellie sungguh bodoh, rela berlarian hanya demi mengucapkan sesuatu yang tidak penting seperti ini. "Tapi biasanya lo nggak kenal pun langsung embat." "Yang satu ini nggak minat. Lagi pun gue udah punya pacar," jawab Lili acuh. "Udah punya ganti?" Ellie sedikit terkejut, tapi ya tidak heran bagaimana perangai teman sebangkunya itu. "Hm." "Astaga Lili, gue pikir sama Rolan bakal awet." "Jangan harap," "Tobat dong Li __" Niat baik, ingin sedikit menasehati, tapi nyatanya Lili kembali menyela. "Lo ceramah, gue pergi!" Ellie mendengus pelan, "Cih, cape gue bilangin lo." "Emang paling bener, diem El." "Ya ya ..." Ellie memutar bola matanya malas. "Eh, tapi serius lo nggak pengen ngegaet cogan ini, di liat liat dia kalem gitu loh Li. Udah cakep banget, dan kalem, bukannya dia masuk ke kriteria lo banget ya." Yups, memang benar, tak bisa di pungkiri jika cupu-cupu kalem good boy begitu adalah selera Lili. Tapi entah kenapa Lili sama sekali tidak tertarik membuat dia menjadi mangsa, tatapan si good boy itu berbeda dari laki-laki biasanya. Dan Lili sulit menjelaskan. "Nggak," balas Lili acuh. "Duh sayang banget padahal. Udah cakep, baik, nilai plus nya dia ya ganteng Li dari pada mantan-mantan elo." Plus dari mananya? Lili tidak habis pikir dengan temannya ini. Kenapa dia sejak tadi ngotot berbicara macam-macam tentang cowok tadi pagi. "Ya ya, udah ya, lo diem." Apa Lili harus mengeluarkan jurusnya agar Ellie mau menutup mulut ya. "Keburu di ambil si ulet keket Li. Mubazir." Rupanya benar, perintahan Lili sama sekali tidak di dengarkan oleh Ellie. Gadis itu masih saja mengoceh dengan wajah lesu dan pandangan menatap ponsel yang sudah ia tarik kembali tadi. "Ck, si t*i. Katanya lo pengen gue tobat, gimana sih malah jadi kompor mleduk." Kesal, siapa yang tidak kesal memiliki teman sebangku yang gonta ganti keyakinan macam Ellie. "Emang lo mah tobat?" Mendengar pertanyaan Ellie, Lili hanya mendesis pelan. "Nggak." "Kan. Emang dasarnya lo nggak niat tobat. Cogan good boy kali ini beda Li, dia ganteng, meski keliat cupu tapi karismanya tetep kuat. Siapa tau lo bisa tobat karena dia," jelas Ellie penuh kegirangan yang tak dapat di tutupi. Terus kompor, lanjot lanjot! Lili ingin memijit pelipisnya yang tidak pening itu. "Lo nggak diem, gue sumpel mulut lo pake kaos kaki si Tono El." Ancam Lili, siapa yang tidak tau Tono, teman se kelas mereka yang sudah sangat famous bahkan sampai ke kelas-kelas lain, kalau dia memiliki bau kaki yang overdosis. Karena ancaman Lili, sepertinya Elli juga cukup takut sampai gadis itu benar-benar mengunci bibirnya rapat. Tapi sejujurnya memang. Memang betul apa yang di katakan Ellie semua ada benarnya. Cowok tadi itu tipe-tipe Lili sekali, kalem dan terlihat cupu minus ganteng saja. Sebab laki-laki yang selalu Lili pacari jarang yang memiliki penampilan menarik dan tampan, karena jelas Lili tidak perduli jika soal wajah, mungkin tetap ada satu dua orang, tapi jelas yang Lili lihat hanya sifat laki-laki yang cupu atau tidaknya saja. "Kalo mau berubah pikiran kabar kabar ya Li, soalnya mangsa yang kali ini gue malah dukung banget." Ellie nampak tidak ingin menyerah sebenarnya. "Anjir lah lo El. Nggak bakal berubah pikiran. Kalau pun gue tertarik, udah dari tadi pagi gue gaet tuh cowok." Memang betul, Lili tipe orang yang akan langsung gas di pertemuan pertama sekalipun, kalau dia memang sudah tertarik loh ya. Tapi kali ini, dia sama sekali tidak berminat. "Ya ya ya, pokoknya kabar kabar aja deh." Ellie malah menyengir lebar, menunjukkan deretan gigi rapinya itu "Dih," Lili yang tak tahan, segera bangkit dari posisi duduknya, lalu berlanjut melangkah pergi meninggalkan Ellie. "Kemana?" tanya Ellie sedikit keras sebab Lili sudah berada agak jauh." "Kantin. Males denger ocehan nggak bermutu elo." Walaupun ucapan Lili sering kali kasar cenderung pedas, Ellie sudah tahu betul bagaimana sifat Lili, jadi Ellie sana sekali tidak akan tersinggung dengan semua yang di ucapkan Lili. Karena Ellie tau, Lili tidak serius saat mengucapkannya. "Ikut," pekik Elli, dan setelah itu langsung mengejar Lili yang sudah melangkahkan kaki keluar dari area kelas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD