Pakai Bajumu!

1206 Words
Elena bangun dari bawah dan menatap langsung kepada pria, yang kini sudah terlihat duduk di atas tempat tidurnya itu. "A-aku... Aku sama sekali tidak begitu!" elak Elena. "Tidak begitu?? Jangan mengelak! Aku sudah melihatnya sendiri!" tuduh Edgar lagi. "Melihat apa?? Memangnya, kamu lihat aku melakukan hal yang macam-macam dengan ayah kamu itu??" seru Elena. "Iya. Kalian sering bersama dan juga , aku melihat kalian berpeluk-pelukkan. Apa namanya, kalau tidak ada hubungannya. Kalau kelihatannya kalian sangat intim seperti itu??" "Tapi, tapi aku benar-benar bukan wanita yang seperti itu! Aku bukan wanita simpanann ayahmu! Aku, aku anak temannya!" elak Elena dengan keras. Enak saja, ia dibilang simpanann. Pria ini sembarangan sekali dalam menuduh. "Kamu pikir, aku akan percaya begitu saja huh?? Tidak semudah itu! Jangan mencoba untuk mengelabui ku!" ucap Edgar yang masih bersikukuh, tentang intuisinya sendiri. Elena menganga. Ada-ada saja, pemikiran pria satu ini. Hanya berpelukan dan dibilang simpanann?? Sudah gila sepertinya dia ini. "Ya kamu tanyakan saja kepada ayah kamu itu!" seru Elena yang tetap mencoba untuk membela diri, dari segala tuduhan yang tidak berdasar itu. Edgar terkekeh-kekeh dan menatap Elena dengan remeh. "Mana ada, maling yang mau mengakui kesalahannya?? Mereka pasti mengelak. Mereka pasti mengatakan kebohongan demi kebohongan, untuk menutupi kebenaran yang sesungguhnya!" cetus Edgar sembari melontarkan senyuman masam. Ia sangat percaya diri sekali. Sangat yakin sekali dengan pikirannya sendiri. Elena telan salivanya dan kembali duduk lagi saja di bawah sana. Laki-laki yang benar-benar sok tahu. Atas dasar apa, dia mengira bila ia adalah seorang wanita simpanann?? Hanya karena ayahnya membawa ia dan ikut tinggal di sini juga?? Lantas, berpelukan saja pun malah membuat pria ini merasa kata-katanya adalah benar. Padahal, malah sebaliknya lah yang terjadi. Gila sekali dia ini. Tapi kalau benar hanya karena berpelukan saja, itu konyol namanya!! Laki-laki inipun, kenapa sembarangan sekali dalam menuduhnya. Tidak ada bukti yang jelas dan hanya mengira-ngira, dari melihat kedekatan ia bersama dengan ayahnya itu. Memangnya salah, bila ia dekat dan sebatas dekat seperti layaknya ayah dan anak?? Atau pria ini saja yang buta, karena tidak bisa membedakannya. Ah tidak tahu lah! Ia juga tidak peduli. Ia malas menjelaskan. Kalau ucapannya sedari tadi saja, selalu ditimpali lagi dan lagi. Seolah, dia tidak terima bila dirinya itu salah. Mau membuktikan pun, ia tidak tahu bagaimana caranya. Jadi sudah paling benar diam untuk sekarang. Karena berdebat dengannya, hanya membuang-buang waktu dengan percuma dan membuatnya lelah sendirian. Tubuh Elena bergeser kebawah dan berikutnya, ia pun merebahkan tubuhnya di sana , dengan pikiran yang tidak tenang. Bagaimana mau tenang, ia malah menikah dengan orang, yang berpikir bila dirinya ini memiliki hubungan asmara dengan ayahnya sendiri. Konyol. Di keesokan harinya. Elena terbangun dari tidurnya. Ia buka kelopak matanya bersamaan dan disaat itu juga, ia melihat sesuatu yang aneh di depan lemari pakaian. Dahinya mengernyit, ketika melihat tubuh polos seorang pria dari arah belakangnya saja. Namun, ketika pria tersebut berbalik, spontan kedua biji mata Elena seperti akan keluar saja dan ia berteriak dengan sekencang-kencangnya, seraya menutupi wajahnya itu dengan kedua telapak tangannya itu. "Kyaaaaaaaa!!! Kenapa kamu tidak pakai bajuu begituuuuuu!!!" seru Elena sembari bangun dan duduk, lalu berbalik ke arah tempat tidur. Tersangka yang membuat Elena menjerit dengan nyaringnya itu, tengah mengernyitkan dahi. Ia juga mendekati Elena dengan santai sekali, bahkan dengan tubuhnya yang masih juga tidak berbalut apa-apa. "Kenapa memangnya huh??" tanya pria tersebut, yang kini sudah berdiri di belakang tubuh Elena sembari bertolak pinggang. Elena melirik serta mengintip dari balik celah-celah tangannya dan saat melihat , lekukan tubuh yang polos tanpa ada kain yang melapisinya sama sekali, iapun berbalik dengan cepat dan membelakangi pria itu lagi. "Kenapa masih belum dipakai juga bajunya??? Pakai dulu sana!!" seru Elena, yang sudah merasa merinding hingga sekujur badannya. "Oh ya ampun! Acting-mu benar-benar bagus sekali. Aku sampai ingin bertepuk tangan jadinya. Atau mungkin, aku harus melakukannya sekarang??" cibir Edgar, yang masih santai berdiri tanpa pakaian. "Sana! Pakai bajumu! Apa kamu ini tidak punya malu??" seru Elena. Edgar terkekeh-kekeh. Ia kembali melontarkan kata-kata lagi, untuk wanita yang ia pikir tengah melakukan sandiwara ini. "Tubuhku ini, bahkan lebih bagus dari tubuh ayahku kan?? Aku heran, bagaimana bisa, kamu tertarik dengan seorang pria tua. Oh iya, pasti karena uangnya kan?? Tubuh nomor sekian, yang terpenting bisa memberikan banyak uang. Hahh... Benar-benar wanita gila," ucap Edgar sembari berbalik dan Elena pun langsung menoleh dan melemparkan botol body lotion, yang ada di atas nakas dan mengenai belakang kepala Edgar. Tuk! "Aduh!" "Kamu yang gila!!" seru Elena dan Edgar segera berbalik lagi. Tapi Elena malah membeliak dan juga bangun , lalu berlari ke dalam kamar mandi, serta menutup pintunya cepat-cepat dan bersembunyi di dalam sana. "Sial! Berani sekali dia!??" cetus Edgar sembari memegangi kepalanya sendiri. Untungnya, hanya sebotol lotion saja. Bagaimana jika asbak, atau benda yang berat serta keras lainnya. Bisa bocor kepalanya ini. Edgar datang ke lemari pakaiannya lagi dan menarik satu persatu helai pakaian, yang telah ia pilih tadi. Kini, ia mulai mengenakannya satu persatu dan dimulai dari bagian celana pendeknya dulu. Ia gunakan semuanya dan kemudian, ia keluar dari dalam kamarnya dan mendatangi ruangan makan. "Dimana Elena?? Kenapa kamu datang sendirian??" tanya Rowan dan pria yang baru juga menempelkan bokongnya di atas kursi, terlihat menghela napas dengan cukup panjang juga. "Dia masih di kamar mandi, Dad. Lelet. Jadi tinggalkan saja!" cetusnya sembari menarik semangkuk smoothies. "Ya jangan ditinggalkan sembarangan. Dia itu istri kamu. Apa salahnya menunggunya dulu?? Bukannya kamu tunggu dia, tapi malah datang sendirian ke sini dan meninggalkannya di dalam kamar," ceramah sang ayah dan sudah cukup membuat Edgar gerah. "Biarkan sajalah, Dad! Lagi pula, Edgar ke sini mau sarapan. Bukannya mau mendengarkan ceramah Daddy , yang tidak ada habis-habisnya itu!" seru Edgar yang sedang dalam mode jengkel. Jadinya ia lupa, bila harus bermanis-manis kepada wanita itu dan bersikap baik di depan ayahnya juga. "Astaga! Kamu itu, tidak ada sopan- sopannya dengan orang tua! Sana! Naik ke atas dan bawa Elena ke sini!" perintah Rowan. "Dad, Edgar baru mau makan. Kenapa malah disuruh ke atas lagi??" protes pria yang tidak kalah keras dari duplikatnya tersebut. Rowan tidak berucap banyak. Ia cukup memandangi pria yang satu ini dan mengucapkan kata-kata, yang membuatnya tidak bisa lagi mengelak. "Pergi ke atas, atau Daddy jual mobil baru kamu itu!" ancam Rowan. "Oh ya ampun. Itu keluaran terbatas! Jangan main jual sembarangan, Dad!" seru Edgar tak terima. "Ya sudah cepat panggil Elena ke sini! Ajak dia sarapan bersama! Itupun, kalau kamu tidak mau kehilangan mobilmu itu!" perintah Rowan. "Suruh pelayan saja," bela Emily, yang sudah pusing mendengarkan pertikaian ayah dan anak setiap harinya. "Untuk apa memiliki suami, bila memanggil istrinya saja, dia harus menyuruh pelayan segala??" timpal Rowan seraya memberikan tatapan sinis, bagi putranya sendiri. "Ayo cepat. Panggil Elena ke sini!" perintah Rowan dengan cukup keras dan juga lantang. Edgar mengembuskan napas dengan kasar, lalu menyentuh meja dengan kedua tangannya dan bangkit dari kursi yang ia duduki, kemudian pergi untuk memanggil wanita, yang bak tuan putri itu. Tidak mengetuk dan tidak dikunci juga pintunya. Edgar menerobos masuk begitu saja dan langsung melihat pemandangan, yang membuatnya meneguk ludah dalam sekejap saja. Sementara wanita yang kaget dengan kehadiran Edgar di sana, cepat-cepat menarik handuk dan menutupi tubuh bagian atasnya, yang sempat Edgar lihat tadi. "Kenapa kamu masuk sembarangan! Kenapa tidak ketuk pintunya dulu!" seru Elena sembari mendekap handuk putih, yang menutupi dadanya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD