Suasana di tempat makan berlangsung canggung. Anggun yang mendapat pertanyaan itu segera tertawa untuk mencoba mencairkan suasana yang ada. “Rivaldi, kamu bicara apa? Bukankah semua tempat duduk itu sama saja? Lagi pula, Kinnan sedang rindu dengan Malika. Momen ini sangat tepat, bukan?” balas Anggun dengan senyum menawan. Rivaldi diam sebentar melihatnya, lalu dia tersenyum kecil. “Benar juga. Itu masuk akal. Kalau begitu...” Tanpa dugaan siapa pun, tiba-tiba saja pria dingin itu memindahkan kursinya untuk duduk di sebelah Kinnan. “Sayang, makan yang banyak, ya. Sekarang, mama Malika sudah pulang ke rumah. Jadi, nanti kita bisa pergi berlibur sesuai dengan rencana kita,” ujar Rivaldi dengan senyuman hangat, mengusap puncak kepala putrinya dengan sangat kebapakan. Ketiga wanita dewasa

